Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Ikuti Facebook dan Twitter, TikTok Batasi Akses Media Milik Rusia Usai Disebut Sebarkan Hoax Soal Perang di Ukraina

Foto : istimewa

TikTok

A   A   A   Pengaturan Font

Media sosial berbasis di Tiongkok, TikTok menyampaikan bahwa telah membatasi akses media milik pemerintah Rusia. Ini seiring ketengangan akibat perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina sejak 24 Februari lalu.

TikTok anak perusahaan ByteDance membatasi akses beberapa akun media yang beroperasi di Uni Eropa, yakni Russia Today News (RT) dan Sputnik News. Kedua media tersebut disebut-sebut dioperasikan oleh pemerintah Rusia.

Salah seorang juru bicara TikTok pada Senin (28/2) mengatakan, perusahaan telah berkoordinasi dan bekerja sama dengan Uni Eropa (UE) terkait pembatasan akses ke entitas yang terikat dengan pemerintah Rusia.

Juru Bicara Komisi Eropa Badan Eksekutif UE Eric Marner mengatakan, pihaknya sedang menyusun rencana terkait bagaimana penerapan larangan secara praktis dilakukan kepada lembaga penyiaran, di tengah perang antara Rusia dan Ukraina.

Sebelumnya Meta juga sudah terlebih dahulu mengumumkan untuk membatasi akses ke RT News dan Sputnik News. Ini sejalan dengan permintaan dari sejumlah pemerintahan dan UE.

Menurut laporan Wall Street Journal, Langkah dari kedua perusahaan media sosial tersebut menjadi strategi terbaru yang dilakukan untuk mengawasi penggunaan media sosial sejak Rusia memutuskan untuk melancarkan invasi ke Ukraina.

Dikutip SCMP, invasi Rusia ke Ukraina mendorong sejumlah perusahaan media sosial untuk mencekal layanan media sosial di Rusia.

Bahkan, Polandia dan negara-negara Baltik juga telah meminta perusahaan-perusahaan teknologi untuk mengambil sikap melawan Rusia. Perusahaan terkait dipaksa menghapus konten dari media yang didukung pemerintah Rusia, seperti RT News dan Sputnik News.

Sebelumnya, TikTok sempat menyatakan pihaknya tidak akan menghapus dan akan terus menyiarkan konten perang antara Rusia dan Ukraina.

Direktur Investigasi di Center for Information Resilience (CIR), sebuah organisasi nirlaba yang berfokus pada operasi militer, Benjamin Strick mengatakan ada banyak konten aktivitas militer Rusia yang masih bertebaran di TikTok. Menurutnya, tak sedikit rekaman video dari pasukan dan kendaraan tempur yang dibagikan masyarakat melalui smatrphone pribadinya.

Sehingga, kata dia, jangan berharap TikTok akan berhenti menyiarkan konten perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.

"Ada banyak data di luar sana," ujar Benjamin.

Di sisi lain, Google juga mengumumkan telah resmi memblokir aplikasi dua media Rusia yakni Russia Today News (RT) dan Sputnik News dari Google Play Store di Eropa. Ini lantaran kedua media tersebut disebut-sebut menyebar berita palsu terkait perang antara Rusia dan Ukraina.

"Kami konsisten dengan sikap yang telah kami jelaskan untuk mengurangi rekomendasi, menangguhkan monetisasi, dan membatasi jangkauan media yang dibiayai pemerintah Rusia, maka aplikasi mobile untuk kanal berita Rusia, RT dan Sputnik tidak lagi tersedia di Play Store di wilayah Uni Eropa," papar Google, dikutip Senin (7/3).

"Tim kami terus mengawasi situasi (Rusia-Ukraina) sepanjang waktu untuk mengambil tindakan cepat," lanjutnya dikutip dari Tech Crunch.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Rivaldi Dani Rahmadi

Komentar

Komentar
()

Top