Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Iga Swiatek Percaya Diri Tatap Prancis Open

Foto : Tiziana FABI / AFP

Iga Swiatek

A   A   A   Pengaturan Font

PARIS - Iga Swiatek mengakui favorit juara dan merasa percaya diri. Hal tersebut diungkapnya untuk menjadi petenis putri keempat yang menang empat gelar tunggal Roland Garros di era Open. Petenis nomor satu dunia itu juga bisa menjadi putri pertama yang merebut tiga gelar berturut-turut di Paris, setelah dilakukan Justine Henin tahun 2007.

Swiatek menjadi favorit kuat setelah kembali mendominasi lapangan tanah liat musim ini. Dia tiba di Paris setelah kemenangannya di turnamen WTA 1000 di Madrid dan Roma. Dari hasil undian Jumat (2/5) Swiatek berhasil dijauhkan dari ancaman Aryna Sabalenka di putaran awal.

Swiatek menghadapi petenis kualifikasi di babak pertama. Tetapi dia bisa bertemu mantan pemenang Grand Slam, Naomi Osaka di babak kedua. Satu-satunya petenis putri dalam sejarah yang merebut tiga gelar: Madrid, Roma, Roland Garros di musim yang sama adalah Serena Williams.

Swiatek mengatakan termotivasi dengan pencapaiannya. Sebagai petenis nomor satu, dia merasa favorit di mana pun tampil. Tapi, menurutnya, peringkat tidak berpengaruh. Dia akan melakukan semuanya selangkah demi selangkah.

Tentu saja dia merasa percaya diri dan memainkan tenis dengan hebat. Tapi itu tidak mengubah fakta bahwa dia benar-benar ingin tetap rendah hati dan fokus. Petenis Polandia berusia 22 tahun itu masih punya banyak waktu untuk mengejar rekor. Nnamun, dia memilih tidak membuang waktu.

Empat gelar WTA 1000 yang diraih musim ini membuat total menjadi 10 dalam karirnya. Catatan itu hanya terpaut 13 poin dari rekor sepanjang masa Serena Williams. Dengan empat gelar Grand Slam, Swiatek tidak kesulitan mewujudkan performa tersebut di turnamen besar. Namun, dia menegaskan lebih sulit untuk mengangkat trofi terbesar dalam olahraga tenis di lapangan tanah liat.

Swiatek ingin bergabung dengan Chris Evert, Steffi Graf, dan Henin dalam mengangkat trofi Coupe Suzanne-Lenglen empat kali di era Open. Hambatan terbesar yang menghalanginya adalah Sabalenka.

Petenis Belarusia itu melewatkan tiga match point sebelum kalah dari Swiatek di final Madrid yang menegangkan. Dia berharap bisa mendapatkan kesempatan lain untuk mengalahkan rivalnya setelah menderita kekalahan di Roma.

Sabalenka, juara bertahan Australia Open dua kali, setidaknya mencapai semifinal di enam turnamen Grand Slam terakhir. Dia juga satu-satunya petenis putri yang mengalahkan Swiatek di final di lapangan tanah liat di Madrid tahun lalu. Ini terjadi sejak petenis Polandia itu kalah dalam penentuan gelar WTA pertamanya saat masih remaja tahun 2019 dalam sebuah turnamen di Swiss.

Sabalenka memiliki catatan menang kalah 8-3 melawan Swiatek. Dia menegaskan setelah di Roma ingin menghadapi Swiatek lagi di Paris. "Meskipun saya kalah di dua final, tidak pernah fokus ke masa lalu," ujar Sabalenka. Dia tidak peduli berapa kali kalah dari Swiatek.

Sabalenka belum pernah mencapai pekan kedua di Roland Garros hingga tahun lalu, ketika disingkirkan Karolina Muchova di semifinal. "Saya jelas bukan favorit di sana. Tapi di saat yang sama saya merasa benar-benar bisa melakukannya," tandasnya.

Elena Rybakina, satu-satunya petenis yang mengalahkan Swiatek di lapangan tanah liat tahun ini, disebut-sebut sebagai bagian dari tiga besar. Namun, petenis Kazakhstan itu gagal mencapai empat besar Grand Slam sejak kalah di final Australia Open 2023 dari Sabalenka. Peringkatnya dilewati oleh juara US Open, Coco Gauff. ben/AFP/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Benny Mudesta Putra, AFP

Komentar

Komentar
()

Top