Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Ia Datang dalam Kesunyian

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Banyak kejadian memprihatinkan atas bangsa Indonesia dan dunia. Bencana di mana-mana. Terbaru adalah terjangan tsunami di pantai-pantai Serang, Pandeglang, dan Lampung Selatan. Ini menambah panjang berbagai bencana sebelumnya termasuk di musim hujan bulan Desember ini yang mengakibatkan tanah longsor atau banjir bandang. Dalam kondisi seperti itu tentu bangsa ini bersedih dan berduka.

Sayang, di bagian lain, manusia-manusia tamak terus saja terjaring operasi tangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi. Para koruptor tidak peduli dengan keprihatinan dan kedukaan para korban bencana. Bahkan, bantuan untuk para korban bencana pun mereka korup juga. Hampir tak ada ruang yang tidak terjamah tangan-tangan koruptor.

Misi koruptor hanya satu: mau hidup mewah secara cepat, tanpa bersusah-susah dengan cara mengambil uang yang bukan haknya. Tujuannya, supaya dengan begitu apa saja dapat dibeli. Biar mereka mampu memiliki semua benda yang dibutuhkan, bahkan kadang benda yang sebenarnya tak dibutuhkan. Dengan kata lain, orang korupsi agar memiliki uang yang bisa untuk berfoya-foya. Fokus mereka pada hidup duniawi.

Dalam situasi seperti itulah, Yesus lahir pada hari Natal ini. Yesus lahir di ruang bawah tanah tempat para gembala mengandangkan kambing, domba, dan sapi. Yesus lahir di dusun, jauh dari ingar bingar keramaian kota. Sebaliknya, Dia lahir hanya ditemani kesunyian malam, para gembala, hewan-hewan, bintang-bintang di langit, dan bau tai binatang peliharaan tentu saja.

Yesus lahir dalam kesenyapan. Maka, hanya hati yang "kosong" dapat menerima kehadiran-Nya. Sebab dengan "kekosongan" hati itu, manusia bisa fokus akan kehadiran Juruselamat dunia. Dengan kata lain, untuk dapat menyadari kelahiran Yesus, manusia harus lebih dulu mengosongkan diri agar Tuhan dapat 'masuk.'

Itu berarti tak boleh ada kelekatan pada harta dan kekuasaan, kalau mau menerima kehadiran Yesus. Oleh sebab itu, berita sukacita kelahiran Juruselamat hanya disampaikan kepada para gembala, simbol manusia tanpa pamrih, tak ada harta dan kekuasaan. Bahkan, boleh jadi mereka adalah kaum terbuang, terpinggirkan, serta tak dianggap.

Kabar suka cita kedatangan Anak Allah tak disampaikan kepada orang kaya dan penguasa karena fokus mereka pada dunia, bukan Anak Manusia. Orang kaya terlalu lekat pada harta, sehingga menepis kedatangan Juruselamat. Demikian pula, penguasa sulit menerima Yesus karena lebih mengutamakan tahta.

Maka, mestinya, Natal menjadi inspirasi untuk kembali hidup dalam kesunyian, menjauhkan dari pemujaan harta dan tahta. Di tengah orang subyo-subyo uang dan kekuasaan, Natal dalam kehampaan seharusnya menjadi cermin untuk meninggalkan uang dan kekuasaan. Hal itu akan membuat orang bisa hidup menjauhi korupsi karena sadar akan kemiskinan Yesus yang sebenarnya memiliki segalanya.

Mari berkunjung ke goa Natal untuk menimba kesederhanaan dan kesunyian sebagai sebuah jalan permenungan. Tidak akan pernah cukup jika manusia mengejar kegemilangan. Kejarlah kesederhanaan dan kesunyian agar ada ruang yang cukup bagi kehadiran Yesus. Juruselamat tidak menuntut banyak, cukup bagi manusia hanya hidup sederhana dan kesunyian.

Hanya dalam kesederhaan dan kesunyian, manusia mengosongkan diri untuk menyambut Natal malam ini. Kita cukupkan dalam mengejar harta dengan mengejar kesederhanaan. Jika semua berlomba mengejar kesederhanaan, korupsi bakal terkikis pelan-pelan. Namun, rasanya di era keglamouran seperti sekarang, tak terlalu mudah mengajak orang untuk hidup sederhana seperti Yesus yang tak membawa apa-apa saat datang ke dunia.

Komentar

Komentar
()

Top