Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
WAWANCARA

I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Dari RUPSLB tersebut, diputuskan untuk mengangkat I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra atau lebih dikenal dengan panggilan Ari Askhara untuk menjadi Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Ari menggantikan Pahala Mansury.

Sebelum ditunjuk memimpin PT Garuda indonesia, Ari menjabat sebagai Direktur Utama PT Pelindo III. Pria kelahiran Jakarta pada 13 Oktober 1971 ini sebenarnya bukan orang baru di Garuda Indonesia. Dia pernah menduduki jabatan Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko di maskapai nasional tersebut pada Desember 2014 hingga April 2016.

Dengan berbagai pengalaman tersebut, Ari optimistis bisa memimpin Garuda Indonesia dengan baik, meskipun tantangan yang dihadapinya saat ini tidak mudah. Tantangan tersebut, antara lain nilai tukar rupiah atas dollar Amerika Serikat (AS) sedang mengalami pelemahan dan harga minyak tengah bergolak.

Selain itu, pelayanan Garuda Indonesia akan terus ditingkatkan. Selama ini, Garuda Indonesia telah menerapkan konsep layanan keramahtamahan Indonesia diaplikasikan dalam ikon yang memanjakan pancaindra. Garuda Indonesia Experience adalah konsep layanan yang menyajikan aspek-aspek terbaik dari Indonesia kepada para penumpang.

Mulai dari saat reservasi penerbangan hingga tiba di bandara tujuan, para penumpang akan dimanjakan oleh pelayanan yang tulus dan bersahabat yang menjadi ciri keramahtamahan Indonesia, diwakili oleh "Salam Garuda Indonesia" dari para awak kabin. Dengan pengenalan konsep Garuda Indonesia Experience, Garuda Indonesia menciptakan ciri khas yang membanggakan sekaligus meningkatkan citra Indonesia di dunia internasional.

Konsep Garuda Indonesia Experience didasarkan pada pancaindra atau "5 senses" (sight, sound, scent, taste, dan touch) dan mencakup 24 customer touch points, mulai dari pelayanan pre-journey, pre-flight, in-flight, post-flight, dan post-journey. Sejak pertama diluncurkan, Garuda Indonesia Experience mengandalkan keramahtamahan Indonesia.

Ini sejalan dengan visi Garuda Indonesia, yaitu perusahaan penerbangan yang andal, menawarkan layanan berkualitas bagi masyarakat dunia dengan menggunakan keramahan Indonesia. Garuda Indonesia mengemban misi khusus sebagai perusahaan penerbangan pembawa bendera bangsa Indonesia yang mempromosikan Indonesia kepada dunia.

Untuk mengetahui lebih jauh apa saja yang akan dilakukan jajaran pimpinan Garuda Indonesia ke depan, wartawan Koran Jakarta, Muhammad Zaki Alatas, berkesempatan mewawancarai Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, di Jakarta, baru-baru ini. Berikut petikan selengkapnya.

Apa yang membuat Anda menerima amanah baru ini?

Pertama, hal ini penugasan dari pemegang saham yang mungkin melihat rekam jejak saya yang sebelumnya di dalam tim saat Garuda Indonesia berbalik pada 2014-2015. Saat itu bisa memperbaiki kerugian dari 378 juta dollar AS menjadi laba 78 juta dollar AS. Selain itu, untuk menjalankan misi perbaikan diperlukan orang yang mengerti dan pernah menjalani bisnis ini sehingga bisa berlari kencang melakukan perubahan.

Selain langkah di atas, apa lagi yang akan Anda lakukan?

Kita tahu, Garuda Indonesia adalah national flag carrier sehingga keberadaannya harus dipertahankan karena menyangkut sentimen nasional yang tinggi serta menjadi penyatu bangsa Indonesia. Hal ini yang membuat saya terpanggil memenuhi tugas mulia ini.

Apa yang akan Anda lakukan dalam waktu dekat ini?

Fokus utama dalam jangka waktu pendek pada tahun 2018 yang tersisa tiga bulan adalah meminimalkan kerugian, dari rugi 170 juta dollar AS menjadi di bawah 100 juta dollar AS. Caranya dengan mendefinisikan kembali struktur biaya tanpa mengurangi kualitas pelayanan. Segmen pelanggan Garuda Indonesia tidak satu. Makanya ada layanan explore, namun struktur biayanya sama. Ini harus ditinjau ulang.

Maksudnya ditinjau ulang bagaimana?

Iya, peninjauan tidak terbatas pada strategi harga, tetapi juga layanan dan biaya. Layanan yang baik tidak selalu mahal karena layanan melulu menyangkut modal manusia. Jika kita bisa memperlakukan pegawai dengan baik, otomatis mereka akan memberikan pelayanan yang lebih baik lagi kepada para pelanggan kami.

Selain itu, persoalan utama apalagi yang akan Anda benahi?

Pelanggan Garuda Group selama ini dilayani setara sehingga menimbulkan biaya yang sama, yang relatif tinggi. Kenyataannya, pelanggan Garuda Group terdiri atas beberapa segmen yang seharusnya diberi pilihan produk sehingga bisa menekan struktur biaya. Memperbarui utang untuk pesawat juga harus segera dilakukan karena ini memakan biaya cukup signifikan, dan penghematan biaya tersebut bisa sekitar 10 persen hingga 20 persen.

Langkahnya seperti apa?

Pada tahun 2015, kami berhasil menurunkan harga Airbus 320 Neo hingga 30 persen melalui negosiasi prospek ke depan tanpa ada komitmen mengikat. Kami akan bicara dengan pihak yang menyewakan. Kami akan lihat lagi apakah bisa direstrukturisasi, khususnya memperpanjang usia sewa, sehingga menurunkan biaya setiap bulannya.

Bagaimana dengan persoalan ketenagakerjaan?

Selain itu, kami juga memiliki program transformasi sumber daya manusia (SDM) dengan merangkul Serikat Pekerja Garuda Indonesia (Sekarga) dan Asosiasi Pilot Garuda (APG). Fokus kami juga kepada satu transformasi human capital karena yang paling penting dari servis jasa adalah bagaimana kami membuat para pegawai happy dengan menaikkan remunerasi sehingga nantinya membuat pelayanan meningkat kepada penumpang.

Terkait harga avtur dan nilai tukar dollar AS, apa strategi yang akan Anda ambil?

Dalam ketidakpastian seperti saat ini, yang perlu dilakukan adalah membeli kepastian dengan cara lindung nilai. Tentunya ini akan menekan margin, namun lebih baik dari sisi pengelolaan risiko. Dilakukan dengan terukur sesuai kebutuhan.

Bagaimana dengan upaya menekan kerugian Garuda Indonesia?

Kami akan redefine cost structured, karena hal itu juga dibutuhkan mengingat tren nilai tukar rupiah dan harga minyak saat ini. Dan redefine cost structured diyakini tidak akan mengurangi daya saing dan mempengaruhi peningkatan pendapatan. Sebab, perseroan bakal meninjau perluasan ceruk pasar di Tiongkok, Jepang, atau bahkan mengupayakan slot penerbangan di Bandar Udara Halim Perdanakusuma.

Kami juga berniat memperluas struktur lindung nilai (hedging). Bukan soal tambah persentase yang di-hedging, tapi kami akan coba lihat kemungkinan menggunakan produk struktur hedging lainnya. Sejauh ini, kami masih untung dengan menggunakan produk hedging simple forward, tapi sebetulnya untuk potensi ke depan bisa berisiko jika hanya mengandalkan itu.

Bagaimana dengan optimalisasi pendapatan dari anak usaha?

Kami akan tetap melanjutkan rencana mengundang investor strategis untuk masuk ke PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI). Bahkan, kami mungkin akan tandatangani perjanjian bersamaan dengan momentum International Monetary Fund (IMF) - World Bank (WB) 2018 pada Oktober mendatang.

Bagaimana dengan rencana kinerja keuangan Garuda Indonesia ke depannya?

Kami akan memperkuat kinerja keuangan perusahaan secara berkelanjutan. Garuda Indonesia bersama jajaran anak perusahaan di awal tahun 2018 mencanangkan strategi bisnis jangka panjang bertajuk Garuda Indonesia Group (Sky Beyond 3.5), yang akan menjadi value-driven aviation group dengan valuation Garuda Indonesia group sebesar 3,5 miliar dollar AS pada tahun 2020.

Seperti diketahui pada H1 (First Half)/2018 PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) berhasil membukukan operating revenue sebesar 1,9 miliar dollar AS dengan pertumbuhan sebesar 5,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 1,8 miliar dollar AS.

Bagaimana dengan kinerja operasional Garuda Indonesia?

Pada H1/2018 Garuda Indonesia mencatatkan peningkatkan jumlah passenger carried sebesar 8,3 persen dengan angkutan penumpang sebanyak 18,7 juta penumpang. Sementara itu, kargo yang diangkut juga meningkat sebesar 2,7 persen menjadi 225 ribu ton.

Ketepatan waktu penerbangan (on time performance/OTP) Garuda Indonesia sebagai mainbrand mencapai 89 persen atau meningkat dibandingkan catatan capaian OTP pada periode yang sama di tahun lalu sebesar 85,8 persen. Hal tersebut turut diikuti juga oleh peningkatan aircraft utilization dari 9:26 jam menjadi 9:40 jam.

Pertumbuhan positif pada H1-2018 ini juga ditunjang oleh capaian peningkatan pendapatan anak usaha (subsidiaries & strategic business unit) sebesar 28,4 persen. Selain itu, perseroan juga secara konsisten terus meningkatkan capaian pendapatan kargo yang pada H1/2018 ini tumbuh sebesar 7,6 persen menjadi 124,5 juta dollar AS.

Untuk optimalkan kinerja Citilink bagaimana?

Sementara itu melalui upaya Garuda Indonesia Group dalam memaksimalkan potensi pasar low cost carrier (LCC), Citilink berhasil mencatatkan pertumbuhan penumpang hingga 25,6 persen menjadi tujuh juta penumpang pada H1/2018. Jumlah tersebut meningkat cukup signifikan dari angkutan penumpang pada H1/2017 sebesar 5,6 juta penumpang.

Terakhir, untuk pengembangan rute Garuda Indonesia bagaimana?

Kami akan terus melihat pasar-pasar potensial tidak hanya domestik, namun juga di kawasan internasional. Sedangkan sepanjang H1/2018, perseroan juga mengembangkan jaringan penerbangan dengan membuka sejumlah rute.

Rute baru tersebut, di antaranya adalah rute Denpasar-Xian, Denpasar-Zhengzhou, Makassar-Palembang, Jakarta-Sorong, hingga Mumbai-Denpasar. Dengan demikian saat ini Garuda Indonesia melayani penerbangan ke 90 destinasi terdiri dari 22 destinasi internasional dan 68 destinasi domestik.

N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto

Komentar

Komentar
()

Top