![Humor, Hoaks, dan Politik](https://koran-jakarta.com/images/article/phpikpfuy_resized.jpg)
Humor, Hoaks, dan Politik
![Humor, Hoaks, dan Politik](https://koran-jakarta.com/images/article/phpikpfuy_resized.jpg)
CATATAN ARSWENDO
Akhirnya penyebar hoaks atau hoax, penyebar kabar bohong mulai menempuh jalur hukum. Kasus yang masih bergulir dengan perhatian masyarakat adalah "Ratna yang ngaku dijotosi ternyata oplas" yang bisa membuka ke arah adanya persekongkolan atau kerja sama, atau sama-sama tahu untuk menyebar kebohongan. Tujuannya lebih jelas, bikin ribut di masyarakat, dan pada akhirnya masyarakat tak percaya pemerintah. Tiadanya kepercayaan berarti chaos, berarti kegaduhan. Ini membahayakan karena tiadanya faktor keamanan yang terganggu.
Yang baru saja berlangsung, Bagus Bawana yang didakwa menyebarkan berita yang ternyata bohong. Bahwa kotak suara sudah dicoblos untuk keperluan capres tertentu. Jumlahnya mencapai tujuh juta suara. Diselundupkan lewat kapal laut, dan terbongkar. Katanya. Ternyata kemudian, itu tidak benar. Bayangkan akibat yang ditimbulkan tak terbayang jika benar tersebar dan dianggap besar, baik kasus Ratna ataupun jutaan kotak suara.
Akan tetapi, kenapa hoaks berapa kali pun terbongkar, tetap menyebar. Tahun lalu kasus ini telah diangkat dalam seminar nasional secara lengkap dengan mempertemukan jalinan adanya humor, hoaks, dan politik. Politik sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan. Hoaks politik menjadi dominan, hingga saat ini. Tentu beberapa selebritas, tokoh masyarakat yang masuk perangkap, namun akibat sosial tak seseram kaitan politik. Dua kasus di atas menunjukkan bahwa "ketidakpercayaan pada pemerintah, atau penyelenggara pemilu/pilpres" bisa fatal.
Di sini peran humor dilirik. Kenapa humor macet dalam persoalan ini? Kenapa tak ada suara riang ria, meledek tanpa menyakiti, mengritik dengan pengertian? Kadang masih bisa, namun kenyataannya justru pemusuhan dan lontaran kebencian yang lebih menonjol? Kenapa tidak ada suasana ala Gus Dur yang begitu lucu, mengena dan komunikatif? Humor mungkin akan bicara, dan menyertai, namun porsinya sudah tereliminir. Sehingga yang diperlihatkan adalah justru hujatan, saling tuntut, suara sengit dan kasar.
Halaman Selanjutnya....
Komentar
()Muat lainnya