Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kerja Sama Bilateral

Hubungan AS dan Tiongkok Diperkirakan Akan Makin Bergejolak pada Tahun 2024

Foto : ISTIMEWA

Presiden AS, Joe Biden dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, menghadiri pertemuan bilateral di perkebunan Filoli di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC), di Woodside, 15 November 2023.

A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON - Setelah satu tahun hubungan Tiongkok dan Amerika Serikat (AS) diwarnai ketegangan terkait balon mata-mata, perebutan teknologi semikonduktor, dan persaingan militer yang semakin intensif, kedua negara mengakhiri tahun ini dengan sikap tenang.

Hal ini menyusul pertemuan bulan November antara Presiden AS, Joe Biden dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, di mana keduanya mengisyaratkan keinginan untuk menghentikan dan menurunkan ketegangan.

Namun, turbulensi baru diperkirakan akan muncul pada tahun 2024. Mulai dari masalah pemilihan presiden di Taiwan dan AS, hingga berlanjutnya perang dagang AS-Tiongkok. Biden dan Xi menghadapi banyak masalah yang dapat menyebabkan keterpurukan di tahun depan.

Dikutip dariThe Straits Times, Kamis (21/12), masalah pertama adalah pemilihan presiden dan legislatif Taiwan pada 13 Januari. Reaksi Tiongkok dapat menentukan apakah hubungan antara negara-negara dengan ekonomi terbesar di dunia akan dipenuhi dengan rasa saling curiga.

Wakil Presiden Taiwan, Lai Ching-te, dan pasangannya, Hsiao Bi-khim dari Partai Progresif Demokratik yang berkuasa memimpin perolehan suara. Tiongkok menjuluki mereka sebagai tindakan ganda kemerdekaan dan menolak tawaran perundingan yang diajukan Lai.

Pemilihan umum di pulau tersebut, yang dianggap Tiongkok sebagai wilayahnya, sebelumnya telah meningkatkan ketegangan, terutama pada tahun 1996 ketika latihan militer dan uji coba rudal Tiongkok menjelang pemungutan suara, mendorong AS untuk mengirim satuan tugas kapal induk ke wilayah tersebut.

Tekanan Militer

Kali ini Beijing kembali meningkatkan tekanan militer dan politik, menggambarkan pemilu sebagai pilihan antara perdamaian dan perang, menyebut partai yang berkuasa sebagai separatis yang berbahaya dan mendesak masyarakat Taiwan untuk membuat pilihan yang tepat.

Beberapa analis percaya bahwa Xi, yang berharap dapat menghindari konflik, akan melunakkan respons militer Tiongkok jika Lai menang. Namun, Taiwan sangat waspada terhadap aktivitas Tiongkok, baik militer maupun politik, menjelang pemilu.

Sedangkan pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 2024 bisa menjadi lebih penting lagi, kecuali ada kejutan di menit-menit terakhir, pemilu kemungkinan akan menjadi pertandingan ulang antara Biden dan mantan Presiden Donald Trump.

Meskipun kontestasi ini pasti akan menampilkan retorika panas mengenai Tiongkok, Xi akan lebih fokus pada satu pertanyaan: Akankah Trump kembali menjabat?

"Ketika masyarakat Tiongkok memikirkan pemilu tahun depan, kembalinya Trump akan menjadi mimpi terburuk mereka," kata Yun Sun, Direktur Stimson Center di Washington.

Hubungan AS-Tiongkok yang tegang selama masa jabatan mantan Presiden Barack Obama, telah memicu perang dagang habis-habisan di bawah pemerintahan penggantinya, dengan tuduhan mengenai asal usul virus Covid-19, dan ketegangan baru mengenai status Taiwan.

Di satu sisi, kembalinya Trump bisa menjadi keuntungan geopolitik bagi Tiongkok. Biden dengan cerdik meningkatkan tekanan terhadap Beijing dengan mempertahankan tarif era Trump, menambahkan kontrol ekspor baru, dan memperkuat aliansi AS.

Jika naluri isolasionis Trump berarti mundurnya AS dari aliansi, hal ini bisa jadi merupakan kepentingan para penguasa Tiongkok, yang merasa terkekang oleh kekuatan Amerika.

Namun, kata Sun, meskipun mereka tidak senang dengan Biden, para penguasa Tiongkok melihat seorang pemimpin yang mengikuti aturan keterlibatan dan hubungan semi-fungsional AS-Tiongkok. Trump berarti ketidakpastian.

"Di bawah kepemimpinan Trump, tidak ada pembicaraan berarti tentang apa pun. Sebaliknya, terjadi peningkatan ketegangan yang tidak dapat dihentikan," katanya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top