Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Hipertensi, The Silent Killer yang Perlu Diwaspadai

Foto : istimewa

dr wirawan

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Hipertensi, atau dikenal juga dengan istilah tekanan darah tinggi, adalah kondisi medis yang umum dijumpai di masyarakat. Sayangnya seringkali penderitanya tidak disadari jika mengalami kondisi tersebut.

"Jika tidak dikelola dengan baik, kondisi ini berisiko menimbulkan masalah terhadap kesehatan," kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Pondok Indah - Puri Indah, dr. Wirawan Hambali, Sp. P. D., FINASIM, melalui keterangan tertulis, Selasa (10/10).

Ia menerangkan, secara teori hipertensi adalah kondisi medis di mana tekanan darah dalam arteri tubuh meningkat secara persisten. Sementara itu, tekanan darah merupakan kekuatan yang diberikan oleh darah saat mengalir melalui arteri.

Hipertensi sering disebut sebagai pembunuh diam-diam atauthesilent killerkarena umumnya tidak menimbulkan gejala yang jelas pada penderitanya, tetapi berisiko menyebabkan masalah serius pada pembuluh darah dan organ penting tubuh, seperti jantung, otak, mata, ginjal, dan organ tubuh lainnya jika tidak ditangani dalam jangka panjang.

"Berdasarkan panduan American College of Cardiology/American Heart Association tahun 2017, hipertensi dapat didiagnosis apabila tekanan darah menetap tinggi lebih dari satu kali pengukuran yaitu jika menetap lebih dari sama dengan 130 per 80 mmHg," ungkap dr. Wirawan.

Ia menegaskan, pengukuran tekanan darah harus mengikuti kaidah yaitu tidak sambil berbicara, kandung kemih kosong, menggunakan ukuran manset yang tepat, telapak tangan tidak mengepal, lengan sejajar dengan jantung. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan baik dalam posisi duduk, maupun berbaring, selama lengan yang diukur berada dalam posisi sejajar dengan jantung tungkai/kaki tidak menyilang dan tubuh dan kaki dalam topangan yang cukup.

Ada beberapa faktor risiko terjadinya hipertensi seperti usia, faktor genetis, gaya hidup dengan mengonsumsi garam berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, obesitas, merokok, dan konsumsi alkohol berlebihan merupakan faktor-faktor gaya hidup yang berkontribusi pada timbulnya penyakit ini.

Faktor risiko selanjutnya adalah diet tidak sehat berupa kebiasaan diet dengan kandungan tinggi lemak jenuh, kolesterol, dan gula dapat berperan dalam perkembangan hipertensi. Stress yang menyebabkan kondisi tekanan psikologis kronis dapat turut mempengaruhi tekanan darah, kondisi medis tertentu seperti gangguan hormon, gangguan tidur sepertisleep apnea, penyakit pankreas, dan lain sebagainya juga dapat meningkatkan risiko hipertensi

Dokter Wirawan memaparkan, pencegahan dan pengelolaan hipertensi sangat penting untuk menghindari komplikasi yang lebih serius seperti serangan jantung, stroke, atau kerusakan organ lainnya. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengelola hipertensi antara lain, perubahan perubahan gaya hidup menerapkan pola makan sehat, mengurangi konsumsi garam, meningkatkan aktivitas fisik, berhenti merokok, dan mengurangi konsumsi alkohol.

Terapi pengobatan dapat dilakukan dengan meresepkan obat untuk menurunkan tekanan darah jika perubahan gaya hidup tidak cukup efektif membantu. Ada baiknya obat rutin yang sudah diresepkan dokter diminum secara teratur untuk membantu kerja organ tubuh dalam menurunkan tekanan darah.

"Obat rutin yang sudah diresepkan oleh dokter tidak akan membuat ginjal rusak, karena dosisnya sudah disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien. Sebaliknya, resep obat rutin yang tidak dikonsumsi dengan baik, justru dapat memperberat kerja organ ginjal," katanya.

Pemantauan rutin dilakukan untuk memeriksa tekanan darah secara teratur, bahkan jika merasa sehat. Hal ini penting untuk memantau kemajuan dan memastikan bahwa pengobatan berjalan dengan baik. Pada konsultasi medis tertentu jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam jika memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi atau faktor risiko lain yang meningkatkan peluang berkembangnya kondisi ini.

"Edukasi diri diperlukan kepada penderita hipertensi untuk memperkaya pengetahuan mengenai berbagai informasi terkait hipertensi dan cara mengelolanya. Hal ini dapat membantu dalam menentukan langkah-langkah yang lebih baik untuk menjaga kesehatan," kata dr. Wirawan.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top