Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Hikikomori Tak Selamanya Buruk, Seniman Bisa Terlahir dari Penemuan Diri Para Penyendiri

Foto : The Conversation/FAL/Nito Souji

Video game "Pull Stay" karya seniman Jepang Nito Souji yang menjadi seorang hikikomori selama 10 tahun.

A   A   A   Pengaturan Font

Beberapa hikikomori memiliki kehidupan kreatif yang tinggi dan hal ini dapat mempertahankan hubungan antarmanusia yang vital.

Jessica Holtaway, Solent University

Kata "hikikomori" dalam bahasa Jepang berarti "menarik diri". Istilah ini diciptakan pada tahun 1998 oleh psikiater Jepang Profesor Tamaki Saito untuk menggambarkan fenomena sosial yang saat itu berkembang di kalangan anak muda. Mereka merasakan tekanan ekstrem untuk sukses di sekolah, pekerjaan, dan kehidupan sosial serta takut gagal, dan memutuskan untuk menarik diri dari masyarakat. Pada saat itu, diperkirakan sekitar satu juta orang memilih untuk tidak meninggalkan rumah atau berinteraksi dengan orang lain setidaknya selama enam bulan, bahkan ada yang sampai bertahun-tahun. Sekarang diperkirakan sekitar 1,2% dari populasi Jepang adalah hikikomori.

Ketika tren ini diidentifikasi pada pertengahan 90-an, istilah ini digunakan untuk menggambarkan laki-laki muda yang memilih untuk menyendiri. Namun, penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan jumlah hikikomori berusia paruh baya. Selain itu, banyak hikikomori perempuan yang tidak diakui karena ekspektasi yang terhadap mereka untuk mengambil peran domestik sehingga pengasingan diri mereka dari masyarakat dapat luput dari perhatian.

Peneliti manga Jepang, Ulrich Heinze dan Penelope Thomas, menjelaskan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi perubahan halus dalam cara orang memahami fenomena hikikomori. Pergeseran ini terwujud melalui peningkatan kesadaran akan kompleksitas dari pengalaman hikikomori di media arus utama dan pengakuan akan tekanan sosial yang dapat menyebabkan penarikan diri secara sosial. Mereka berpendapat bahwa penolakan untuk menyesuaikan diri dengan "norma-norma" sosial (seperti perkembangan karier, pernikahan, dan menjadi orang tua) dapat dipahami sebagai tindakan menyendiri dan penemuan diri yang radikal.

Sejalan dengan perubahan citra ini, beberapa hikikomori memiliki kehidupan kreatif yang tinggi dan hal ini dapat mempertahankan hubungan antarmanusia yang vital. Sebelumnya, banyak orang terpaksa hidup dalam isolasi karena COVID-19. Meskipun hal ini tidak sama dengan menjadi hikikomori, kita dapat belajar dari berbagai cara mereka yang telah melewati, atau masih menjalani, pengalaman isolasi.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : -
Penulis : -

Komentar

Komentar
()

Top