Logo

Follow Koran Jakarta di Sosmed

  • Facebook
  • Twitter X
  • TikTok
  • Instagram
  • YouTube
  • Threads

© Copyright 2024 Koran Jakarta.
All rights reserved.

Selasa, 24 Agu 2021, 01:12 WIB

Hati-hati Menyikapi Soal Taliban

Foto: Istimewa

Saat ini sejumlah negara tengah mengevakuasi warga mereka dari Afganistasn setelah negeri itu jatuh ke tangan Taliban. Indonesia sendiri juga sudah mengevakuasi WNI dari bandara Kabul. Banyak pendapat mengemuka terkait kemenangan Taliban ini.

Semua mesti berhati-hati, waspada, dan tetap mengedepankan akal sehat yang cerdas dalam menyikapi situasi di Afganistan. Jangan emosional menanggapi kemenangan Taliban. Kita perlu mendengarkan masukan berbagai pihak. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Komjen Boy Rafli Amar, misalnya, mengingatkan agar jangan salah bersimpati. Sebab dia melihat sekarang sudah ada yang mencoba menggalang simpati.

Sedangkan masyarakat mengingatkan agar WNI yang kembali dari Afganistan dipantau, diperhatikan, dan malahan diminta menjalani tes tertentu untuk mengetahui ada tidaknya di antara mereka yang "berjiwa" Taliban.

Polri sendiri tegas menyelidiki kemungkinan adanya simpatisan Taliban di Indonesia. Hal ini untuk mengantisipasi gerakan terorisme dan ekstrimisme di Tanah Air. Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono menandaskan, terus menyelidiki apakah ada warga yang berkaitan dengan Taliban.

Anggota Komisi III DPR, Ahmad Sahroni, malah tegas-tegas minta Polri menumpas para simpatisan Taliban di tanah air. Dia minta Polri dan BIN menumpas benih-benih Taliban di Indonesia.

Untuk sikap negara, Guru Besar Hukum Internasional UI, Hikmahanto Juwana mengingatkan agar pemerintah tidak tergesa-gesa mengakui pergantian pemerintah di Afghanistan pascakemenangan Taliban pada Minggu, 15 Agustus 2021.

Itulah masukan, usul, dan cara bersikap yang disampaikan sejumlah pihak yang perlu disimak. Jangan sampai kita memvonis bahwa Taliban sekarang pasti berbeda dengan Taliban yang dulu. Jangan juga memastikan bahwa Taliban sekarang ingin segera berubah. Nyatanya, warga setempat (yang pasti jauh lebih memahami Taliban daripada pejabat atau bekas pejabat atau siapa pun di sini) terus membanjiri Bandara Kabul untuk eksodus.

Logikanya sederhana. Kalau memang Taliban sekarang manusiawi dan memperlihatkan tanda-tanda prodemokrasi, menghargai hak asasi manusia, dan wanita, tentu tidak banyak orang ingin keluar Afganistan. Tapi pemandangan yang terjadi sebaliknya. Bandara terus dibanjiri warga yang ingin mencari tumpangan untuk meninggalkan tanah air mereka.

Maka, janganlah di antara kita merasa lebih tahu dari rakyat Afganistan, apa pun jabatan kita di sini. Kita juga harus menghargai warga yang ketakutan dengan pengalaman sehari-hari di bawah Taliban. Sebaiknya kita menunggu perkembangan lebih lanjut situasi di Afganistan.

Jangan ada juga yang mengajak bersimpati entah untuk Taliban atau kelompok lainnya. Biarlah waktu berjalan dulu sambil menunggu perkembangan lebih lanjut. Semoga keadaannya semakin baik, sehingga ada penghormatan hak asasi manusia, perempuan, dan demokrasi.

Redaktur: Aloysius Widiyatmaka

Penulis: M. Selamet Susanto

Tag Terkait:

Bagikan:

Portrait mode Better experience in portrait mode.