Hasilkan Lulusan Berdaya Saing Global, Kini Rumah Sakit Pendidikan Dibangun di Cikarang
Indonesia melalui lembaga pendidikan terus meningkatkan daya saing sumber daya manusia (SDM). Kali ini dengan membangun pusat pendidikan medis di Cikarang, Jawa Barat
Foto: istimewaJAKARTA-Indonesia melalui lembaga pendidikan terus meningkatkan daya saing sumber daya manusia (SDM). Kali ini dengan membangun pusat pendidikan medis di Cikarang, Jawa Barat. Proyek ini diharapkan memperkuat ekosistem medis di tanah air dan juga mengurangi devisa yang lari ke luar akibat orang Indonesia yang berobat negara tetangga.
Setelah secara resmi meluncurkan Fakultas Kedokteran pada 1 September 2023, Perguruan tinggi swasta di tanah air, President University (Presuniv) memulai babak baru dengan melakukan prosesi groundbreaking President University Teaching Hospital.
Rumah sakit pendidikan atau teaching hospital ini dirancang untuk menjadi pusat unggulan pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan. Ini sejalan dengan visi Presuniv untuk menghasilkan lulusan berdaya saing global.
- Baca Juga: Menewaskan 2.500 Imigran India
- Baca Juga: Kenya, Negara yang Muncul Karena Jalur Rel Uganda
Berlokasi di kawasan strategis Jababeka Medical City, Cikarang, teaching hospital ini akan menjadi fasilitas utama dalam mendukung pembelajaran dan pelatihan mahasiswa Fakultas Kedokteran, Presuniv.
Pj. Bupati Kab. Bekasi, Dedy Supriyadi, mengapresiasi terobosan ini. “Kami dari Pemerintah Kabupaten Bekasi dan seluruh masyarakat sangat berterima kasih atas dimulainya pembangunan teaching hospital. Dampaknya tentu akan sangat dirasakan oleh masyarakat sekitar Jababeka dan Cikarang. Kami siap mendukung hadirnya rumah sakit pendidikan ini,” tegas Dedy dalam acara groundbreaking proyek tersebut jelang akhir pekan lalu.
Pembangunan teaching hospital ini dirancang melalui tiga tahapan strategis. Setiap tahapan tidak hanya berfokus pada pengembangan infrastruktur, tetapi juga pada penciptaan lingkungan pembelajaran yang holistik dan inovatif bagi mahasiswa dan masyarakat sekitar.
Darmono, pendiri Jababeka dan Presuniv menjelaskan pembangunannya tiga tahap. Pertama, renovasi gedung President Executive Club (PEC) menjadi Rumah Sakit Umum yang akan beroperasi dalam enam bulan.
Kedua, pengembangan menjadi Rumah Sakit Kelas B sebagai Smart Teaching Hospital dengan layanan unggulan di bidang onkologi, kardiovaskular, kedokteran, dan kesehatan kerja. "Ketiga, pembangunan Rumah Sakit Kelas A dan research center di bidang biomedik, artificial intelligence, serta digital health untuk meningkatkan produktivitas masyarakat,” jelas Darmono.
Sebagai bagian integral dari Jababeka Medical City, teaching hospital ini mendukung visi kawasan untuk menjadi pusat kesehatan berstandar internasional. Teaching hospital ini diharapkan menjadi sarana kolaborasi antara akademisi, praktisi, dan peneliti dalam mengembangkan solusi kesehatan inovatif.
Rektor Presuniv Handa S. Abidin menegaskan, ini bukan hanya untuk Presuniv, tetapi untuk Indonesia. Dengan banyaknya masyarakat yang berobat ke luar negeri, proyek ini diharapkan dapat mengurangi devisa ke luar.
"Jababeka, sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan, memiliki ekosistem yang siap, seperti Fakultas Kedokteran yang didukung oleh Fakultas Kedokteran, Universitas Padjajaran, dan Prof. Satyanegara sebagai Ketua Majelis Wali Amanat Fakultas Kedokteran, rumah sakit, perusahaan farmasi, serta profesional dari berbagai negara. Ini adalah langkah besar menuju kemandirian kesehatan nasional,” ungkap Handa.
Selain sebagai tempat pelatihan praktis bagi mahasiswa kedokteran, fasilitas ini juga akan mendukung penelitian medis yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, baik di tingkat nasional maupun internasional. "Mahasiswa akan memiliki kesempatan belajar yang unik, di mana teori bertemu dengan praktik nyata," kata Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan, Dekan Fakultas Kedokteran, Presuniv.
Selain dihadiri petinggi dan pengajar Yayasan Pendidikan Universitas Presiden (YPUP), acara ini juga Direktur Kelembagaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi. Hadir pula sejumlah tokoh nasional Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Menteri Kesehatan periode 2004-2009, Menteri Negara Riset dan Teknologi (1999-2001) Drs. Muhammad AS Hikam, dan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2005-2009) Dr. Ir. H. Erman Soeparno, serta Duta Besar Indonesia untuk Qatar (2003-2007) Abdul Wahid Maktub.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: Erik, Fredrikus Wolgabrink Sabini
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Incar Kemenangan Penting, MU Butuh Konsistensi
- 2 Thailand Ingin Kereta Cepat ke Tiongkok Beroperasi pada 2030
- 3 Kepercayaan Masyarakat Dapat Turun, 8 Koperasi Bermasalah Timbulkan Kerugian Besar Rp26 Triliun
- 4 Polresta Bukittinggi giatkan pengawasan objek wisata selama liburan
- 5 Cegah Kepunahan, Karantina Kepri Lepasliarkan 1.200 Burung ke Alam