Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Harus Transparan Soal Komponen Biaya PCR

Foto : ANTARA FOTO/Adwit B Pramono/rwa

Tenaga kesehatan melakukan tes usap Antigen dan Polymerase Chain Reaction (PCR) di Manado, Sulawesi Utara, Rabu (28/7/2021).

A   A   A   Pengaturan Font

Masyarakat bukannya tidak mau mengeluarkan uang untuk tes PCR secara mandiri, hanya saja biayanya memang terlalu mahal, sekali tes 900 ribu rupiah. Jika hasilnya positif, setelah menjalani isolasi harus tes lagi. Itu pun hasilnya belum tentu negatif. Minimal dibutuhkan dua kali tes agar seseorang bisa dinyatakan sembuh dan bisa beraktivitas seperti semula. Dua kali tes berarti 1,8 juta rupiah, tentu itu bukan uang yang kecil.

Masyarakat enggan melakukan tes dan akhirnya strategi 3T tidak bisa berjalan. Padahal 3T adalah kunci memutus rantai penularan Covid-19. Maka tak heran jumlah kasus baru dalam beberapa bulan terakhir angkanya selalu di atas 20.000 karena enggannya orang melakukan tes PCR.

Presiden Joko Widodo minggu (16/8) lalu sudah meminta agar harga maksimal tes Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk mendeteksi Covid-19 sebesar 550 ribu rupiah dan hasilnya dapat diketahui maksimal 1x24 jam. Tentu saja ini kabar baik bagi kita semua. Tujuannya agar strategi 3T bisa berjalan. Namun tetap saja biaya maksimal 550 ribu rupiah masih terlalu mahal, terlebih bila dibandingkan dengan harga tes PCR di India yang hanya 96.000 rupiah.

Pemerintah harus transparan soal biaya tes PCR ini. Menjelaskan komponen-komponen apa saja yang membentuk biaya tersebut supaya masyarakat tidak merasa dibohongi. Wajar masyarakat beranggapan seperti itu, karena begitu banyak kritikan mengapa harga tes PCR kita jauh lebih mahal dibanding India, harga tes PCR bisa turun. Jadi selama ini keuntungan yang didapat lembaga kesehatan, baik rumah sakit maupun klinik begitu besar. Bukan hanya sebulan atau dua bulan, tetapi sejak awal pandemi.

Dan yang terpenting, semoga saja dengan penurunan harga tes PCR tidak mengurangi kualitasnya. Tidak ada lembaga yang berbuat curang, akal-akalan, hanya mengambil sampel dengan usap lantas hasilnya keluar tanpa diproses di laboratorium. Pemerintah harus mengawal dan mengawasi proses tes PCR. Bukan berburuk sangka, tetapi pengalaman membuktikan begitu banyak cara licik dilakukan oleh beberapa oknum untuk meraih keuntungan pribadi di masa pandemi ini. ν


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : M. Selamet Susanto

Komentar

Komentar
()

Top