Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Usaha Mikro dan Koperasi

Hari Koperasi Harus Citrakan Suara Gerakan

Foto : ISTIMEWA

Suroto, Wakil Ketua INKUR

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kegiatan perayaan Hari Koperasi Nasional (Harkopnas) akan diselenggarakan pada Jumat, (12/7) mendatang, yang rencananya akan dipusatkan di Kota Purwokerto, Jawa Tengah, tempat kelahiran koperasi pertama di Indonesia. Pada kegiatan seremoni ini rencananya akan dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia beserta jajaran Kabinet. Kegiatan ini melibatkan 12 ribu orang peserta, dari seluruh tanah air.

Suroto, Wakil Ketua Induk Koperasi Usaha Rakyat (INKUR), yang juga Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES) mengatakan, setiap tahun perayaan Harkopnas selalu saja terlihat seremonial. Kegiatan yang diselenggarakan menghabiskan dana sebesar 10 miliar rupiah dari sumber pajak rakyat. Tetapi, kondisi koperasi tetap tertinggal di buritan (terbelakang), ditelan oleh mafia kartel, konglomerasi bisnis privat yang eksploitatif.

Hingga sekarang ini, menurut Suroto, jumlah koperasi kita sebanyak 150 ribu unit. Jumlah ini apabila dirata-rata berarti ada 2 unit di setiap desa. Tetapi rupanya, kondisi ini belum juga memberikan makna bagi kesejahteraan masyarakat. Setidaknya ini dapat dilihat dari kontibusi koperasi terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) yang kurang dari 5 persen.

Faktanya, koperasi hanya menjadi nyanyian indah dalam seremoni, tetapi tidak dalam praktik kehidupan sehari-hari. Usaha mikro kecil yang berjumlah 98,9 persen, dibiarkan berkompetisi satu sama yang lain tanpa aturan yang memadai. Sementara, hulunya semua dikuasai dalam sistem duo oligopoli.

"Ini sama saja praktik dari homo homini lupus, manusia satu memangsa manusia yang lain. Ini jelas tidak sesuai dengan konsep sistem demokrasi ekonomi sebagaimana kita anut," tutur Suroto.

Menurutnya, Indonesia juga menjadi sangat ketinggalan dengan koperasi di negara lain yang sudah menjadi konglomerasi milik rakyat. Sebut saja misalnya, satu koperasi NTUC Fair Price di Singapura yang kuasai 73 persen market ritel di negara itu, SANASA yang kuasai 16 sektor strategis bisnis di negara ini.

Koperasi NRECA (National Rural Elextricity Co-operative Association (NRECA) yang menjadi penyedia layanan listrik yang beroperasi di seluruh negara bagian Amerika Serikat. Koperasi susu Fonterra dari New Zeland yang kuasai 34 persen pangsa pasar koperasi dunia, Koperasi Kredit Desjardin yang menjadi bank terbaik Canada dan lain sebagainya.

"Prof Joseph Stigliz, penerima Nobel Ekonomi belum lama ini bahkan mengajak untuk semua pihak belajar dari koperasi untuk mencegah ketidakadilan ekonomi dan kondisi stagflasi pasar dunia saat ini," paparnya.

Seharusnya, tegas Suroto, kegiatan semacam Harkopnas menjadi milik gerakan koperasi. ers/E-12

Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top