Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Harga Minyak Mentah Global Kian Merosot

Foto : REUTERS/Nerijus Adomaitis

Ladang minyak Equinor di Johan Sverdrup, Laut Utara Norwegia (22/8/2018).

A   A   A   Pengaturan Font

New York - Harga minyak terus tergelincir untuk hari keempat berturut-turut pada akhir perdagangan Rabu (17/3/2021) waktu New York, Amerika Serikat (AS) atau Kamis (18/3/2021) pagi WIB, terseret oleh ekspektasi permintaan yang lebih lemah di Eropa dan setelah data menunjukkan kenaikan dalam persediaan minyak mentah Amerika Serikat.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei melemah 39 sen atau 0,6 persen, menjadi ditutup pada 68 dollar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April turun 20 sen atau 0,3, menjadi berakhir di 63,68 dollar AS per barel.

Beberapa negara Eropa telah menghentikan penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca karena kekhawatiran akan kemungkinan efek samping. Jerman mengalami peningkatan kasus virus corona, Italia memberlakukan penguncian secara nasional, dan Prancis berencana untuk memberlakukan pembatasan yang lebih ketat.

"Penangguhan tidak akan membantu pemulihan ekonomi dan bahan bakar blok itu," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM. "Harapannya sekarang adalah Eropa bisa mendapatkan kembali peluncuran vaksinnya yang lambat ke jalurnya."

Harga-harga minyak tergelincir ke posisi terendah sesi setelah data pemerintah menunjukkan persediaan minyak mentah AS naik 2,4 juta barel pekan lalu, menyusul laporan industri pada Selasa (16/3/2021) yang memperkirakan penurunan satu juta barel. Analis memperkirakan peningkatan tiga juta barel.

Persediaan minyak mentah AS telah meningkat selama empat minggu berturut-turut setelah operasi kilang di selatan terhambat oleh cuaca dingin yang parah bulan lalu.

Perusahaan-perusahaan perlahan-lahan mulai kembali mengoperasikan fasilitas-fasilitas minyaknya dan keseimbangan diperkirakan pulih dalam beberapa minggu ke depan, kata analis.

"Lebih dari tiga perempat dari kenaikan 1,1 juta barel per hari minggu lalu terjadi di Gulf Coast. Peningkatan lain dalam aktivitas penyulingan dalam laporan minggu depan akan mengantarkan kita kembali ke tren penarikan persediaan," kata Matt Smith, direktur riset komoditas di ClipperData.

Lebih lanjut menambah tekanan, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan dalam laporan bulanannya bahwa harga minyak tidak mungkin meningkat secara dramatis dan berkelanjutan serta permintaan diperkirakan tidak akan kembali ke tingkat sebelum pandemi hingga 2023.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top