Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Harga Minyak Anjlok karena Dolar Naik dan Potensi Resesi Global Mengkhawatirkan Investor

Foto : ANTARA/REUTERS/Nerijus Adomaitis

Ladang minyak Equinor di Johan Sverdrup, Laut Utara Norwegia (22/8/2018).

A   A   A   Pengaturan Font

NEW YORK - Harga minyak jatuh sekitar dua persen ke level terendah 12-minggu dalam perdagangan yang bergejolak pada akhir transaksi Rabu (6/7) atay Kamis pagi WIB, memperpanjang kerugian besar sesi sebelumnya karena investor semakin khawatir permintaan energi akan terpukul di tengah potensi resesi global.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September merosot 2,08 dolar AS atau 2,0 persen, menjadi menetap di 100,69 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Agustus turun 97 sen atau 1,0 persen, menjadi ditutup di 98,53 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan ditutup pada level terendah sejak 11 April, di wilayahoversoldsecara teknis untuk hari kedua berturut-turut.

Minyak diesel berjangka AS juga turun lebih dari lima persen.

Ke depan, para analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan persediaan minyak mentah AS turun sekitar 1,0 juta barel pekan lalu. Penurunan stok minyak mentah dapat mendukung harga.

American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri, akan mengeluarkan laporan persediaannya pada pukul Rabu pukul 20.30 GMT. Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan data persediaan minyak pada Kamis pukul 15.00 GMT. Kedua laporan itu tertunda satu hari oleh libur 4 Juli AS.

Perdagangan bergejolak, dengan kedua patokan minyak mentah naik lebih dari dua dolar AS per barel di awal sesi karena kekhawatiran pasokan dan turun lebih dari empat dolar AS per barel pada sesi terendah. Minyak mentah berjangka sangat fluktuatif selama berbulan-bulan.

Pada Selasa (5/7), WTI jatuh 8,0 persen sementara Brent jatuh 9,0 persen, penurunan 10,73 dolar AS yang merupakan terbesar ketiga untuk kontrak sejak mulai diperdagangkan pada tahun 1988. Penurunan terbesarnya adalah 16,84 dolar AS pada Maret.

Analis di bank investasi Goldman Sachs dan UBS mengatakan harga minyak turun karena kekhawatiran resesi.

UBS mengutip berbagai alasan, termasuk "penurunan perdagangan minyak sebagai lindung nilai inflasi, dolar AS yang lebih kuat, dana lindung nilai yang bereaksi terhadap momentum harga minyak negatif, lindung nilai produsen, dan kekhawatiran pembatasan mobilitas baru di Tiongkok."

Dengan Federal Reserve AS diperkirakan akan terus menaikkan suku bunga,open interestdi WTI berjangka turun pekan lalu ke level terendah sejak Mei 2016 karena investor mengurangi aset berisiko.

"Ada kekhawatiran yang tidak dapat disangkal tentang kehancuran permintaan resesi, ditambah,open interestWTI di posisi terendah multi-tahun telah menciptakan sedikit krisis likuiditas," kata Robert Yawger, direktur eksekutif energi berjangka di Mizuho.

Ketua Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan prospek ekonomi global telah "suram secara signifikan" sejak April dan dia tidak dapat mengesampingkan kemungkinan resesi global tahun depan mengingat risiko yang meningkat.

Pembukaan pekerjaan AS turun kurang dari yang diharapkan pada Mei, menunjuk ke pasar tenaga kerja yang masih ketat yang dapat membuat kebijakan Federal Reserve agresif karena mencoba menurunkan inflasi tinggi ke target 2,0 persen.

Harga minyak juga terpukul oleh melonjaknya dolar AS, yang mencapai level tertinggi hampir 20 tahun terhadap sekeranjang mata uang, membuat minyak lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.

Di Tiongkok, importir minyak terbesar dunia, pasar khawatir bahwa penguncian Covid-19 baru dapat memangkas permintaan.

Impor minyak mentah Tiongkok dari Rusia pada Mei melonjak 55 persen dari tahun sebelumnya ke level rekor. Rusia menggantikan Arab Saudi sebagai pemasok utama, dengan penyulingan mengambil pasokan yang didiskon karena negara-negara Barat memberi sanksi kepada Moskow atas invasinya ke Ukraina.

Lebih lanjut menekan harga minyak, Equinor ASA mengatakan semua ladang minyak dan gas yang terkena dampak pemogokan di sektor perminyakan Norwegia diperkirakan akan kembali beroperasi penuh dalam beberapa hari.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top