Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Ketahanan Pangan l Penjual Telur Mengaku Sepi Pembeli

Harga Mahal, Warga Kurangi Konsumsi Telur

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Kenaikan harga telur disikapi beragam oleh Masyarakat Ibu Koia, seperti kurangi konsumsi telur.

JAKARTA - Harga telur ayam di pasar tradisional wilayah Jakarta Barat yang masih berada pada 28.000 rupiah per kilogramnya mengakibatkan para pembeli mengurangi konsumsi telur.

Di Pasar Palmerah, Jakarta Barat, Kamis (19/7) sejumlah kios penjual telur tampak sepi pembeli. Beberapa telur yang dijual tampak sedikit dan menurun kualitasnya.

Sementara itu, harga telur di Pasar Gondangdia, Jakarta Pusat masih tinggi atau mahal berkisar antara 28.000 hingga 30.000 rupiah per kilogram
Seorang pembeli bernama Iqbal mengaku bahwa dia merasa berat untuk membeli telur ayam dengan harga seperti saat ini. "Saya punya usaha kuliner di Sabang, bagi saya harga Rp29.000/kg itu mahal," ujarnya.

Namun, bagaimanapun juga, Iqbal mengaku membutuhkan telur untuk bahan dasar dagangannya. "Mau tak mau (harus membeli,red)," ujarnya lagi.

Selain itu, harga telur ayam kali ini membuat sebagian pembeli yang didominasi ibu rumah tangga enggan membelinya dalam jumlah besar. Paling banyak hanya berani membeli sekitar setengah kilogram. "Di rumah, konsumsi telur ayam juga sudah mulai dikurangi, terutama untuk sarapan. Saya mulai perbanyak tempe dan tahu di rumah," ujarsalah satu pembeli, Rosidah.

Kontras dengan pemandangan yang tampak di pasar, beberapa ibu rumah tangga membawa beberapa telur ayam kualitas baik dengan pak plastik. Seperti salah satunya ibu Muryati, 45, yang membawa dua pak di kantung belanjaannya.

"(Telur ayam) ini dapat dari Kartu Jakarta Pintar, saya ambil jatah karena masih ada saldo. Lumayan karena satu pak besar sekilo ditebus 15 ribu," ungkapnya.

Dia juga mengatakan bahwa naiknya harga telur ayam membuatnya tidak berani untuk berdagang lagi jajan tradisional risol mayo dan pastel. "Takut tidak laku terjual kalau harga naik. Biasanya jual sekitar 100 biji risol dan pastel setiap hari, sekarang ganti jualan kue molen atau yang lain. Sudah tidak ambil pesanan jajan yang pakai telur," keluhnya.

Pasar Sepi

Sementara itu, seorang pedagang yang tak mau disebutkan namanya mengaku harga telur telah naik beberapa hari belakangan. Pengunjung pasar terlihat tidak begitu ramai sampai pukul 11.00 WIB.

Seorang pembeli, Iqbal mengaku bahwa dia merasa berat untuk membeli telur ayam dengan harga seperti saat ini. "Saya punya usaha kuliner di Sabang, bagi saya harga 29.000 per kilogram itu mahal," ujarnya.

Namun, bagaimanapun juga, Iqbal mengaku membutuhkan telur untuk bahan dasar dagangannya. "Mau tak mau (harus membeli,red)," ujarnya lagi.

Aktivitas jual beli masih stabil, meski harga telur ayam di beberapa kios bervariasi sekitaran 28.000 hingga 30.000 rupiah per kilogram.
Sebelumnya, untuk menekan harga telur di pasaran, Kementerian Pertanian berencana untuk menggelar operasi pasar telur ayam dengan harga yang sama dengan harga dari peternak/produsen.

Menurut Menteri Pertanian Amran, salah satu penyebab tingginya harga telur adalah masalah rantai pasok, sehingga meroket ketika sampai di kios.

Ant/P-5


Redaktur : M Husen Hamidy
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top