Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pelestarian Lingkungan

Harga Keekonomian Energi Baru Terbarukan Kian Kompetitif

Foto : ANTARA/Benardy Ferdiansyah

Sekjen Kementerian ESDM Dadan Kusdiana.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Harga listrik dari pembangkit energi baru terbarukan (EBT) sudah hampir mendekati harga listrik berbasis fosil, bahkan ada yang lebih efisien. Perkembangan positif ini membuat keseimbangan persaingan usaha antara EBT dan energi fosil sehingga pemerintah mempunyai alasan kuat untuk menjadikan EBT sebagai sumber energi.

"Secara keekonomian, PLTB Sidrap dan PLTB Jeneponto di 2016, kontrak listriknya yang ditandatangan dan disetujui oleh Menteri ESDM, harganya itu 10,9 sen dollar AS per kWh. Sekarang, sudah ada kontrak baru PLTB di Kalimantan Selatan awal tahun 2023 ini, kapasitasnya sama kira-kira 75 megawatt (MW)," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, lewat keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu (18/12).

Seperti dikutip dari Antara, Dadan menyampaikannya saat diskusi bertajuk Bedah NZE untuk Peluang Usaha Baru Sektor ESDM, di Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu (16/12).

"Jika dibandingkan dengan harga 6-7 tahun lalu, sekarang angkanya adalah di bawah 6 sen dollar AS per kWh," lanjut Dadan.

Lebih Efisien

Kementerian ESDM menyatakan kemajuan dalam teknologi energi terbarukan, khususnya pada sektor pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan angin (PLTB), telah memungkinkan efisiensi yang lebih tinggi sehingga berdampak terhadap penurunan biaya produksi listrik yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan pembangkit energi fosil.

Ia juga membandingkan harga pembangkit EBT dengan harga pembangkit berbasis energi fosil, seperti batu bara (PLTU). Bahkan, ia menilai harga energi hijau bahkan lebih murah. Hal itu menunjukkan pembangkit listrik dari EBT bisa lebih kompetitif.

"Harga listrik PLTS Cirata (5,8 sen dollar AS per kWh) itu angkanya di bawah 6 sen dollar AS per kWh juga. Kalau ingin sederhana hitung saja, misal produksi listrik dari batu bara satu kWh itu perlu sekitar 0,7 sampai 0,8 kilo batu bara. Jadi, komponen bahan bakarnya itu bisa langsung dihitung di situ. Yang per sekarang angkanya harus lebih mahal dari yang tadi. Apakah EBT ini kompetitif? Sekarang sudah tendensinya ke situ," ujarnya.

Dengan harga batu bara acuan (HBA) berkisar antara 125-130 dollar AS per ton maka harga listrik dari EBT sudah dapat bersaing dengan harga listrik berbasis fosil.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top