![Hanya Ada Waktu 7 Tahun untuk Capai Pembangunan Berkelanjutan Terkait Air](https://koran-jakarta.com/images/article/hanya-ada-waktu-7-tahun-untuk-capai-pembangunan-berkelanjutan-terkait-air-240522012057.jpg)
Hanya Ada Waktu 7 Tahun untuk Capai Pembangunan Berkelanjutan Terkait Air
![Hanya Ada Waktu 7 Tahun untuk Capai Pembangunan Berkelanjutan Terkait Air](https://koran-jakarta.com/images/article/hanya-ada-waktu-7-tahun-untuk-capai-pembangunan-berkelanjutan-terkait-air-240522012057.jpg)
POLUSI AIR HARUS SEGERA DISELESAIKAN - Sejumlah aktivis menaiki perahu untuk melihat kualitas air dari Sungai Citarum di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, yang sebelumnya sangat tercemar. Polusi air menjadi tantangan mendesak yang harus diselesaikan guna mencapai target Sustainable Development Goals, SDGs, terutama air.
Secara global, pada 2009, dunia hanya mengalokasikan 8,7 miliar dollar AS dalam bentuk bantuan pembiayaan untuk pembangunan air dan sanitasi. Jumlah tersebut tergolong kecil dibanding kebutuhan investasi tahunan di bidang air dan sanitasi yang jauh lebih besar.
Negara-negara berkembang tercatat menghabiskan sekitar 0,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk air setiap tahunnya, dan hanya 70 persen dari anggaran tersebut yang dibelanjakan. "Jadi uangnya sudah kecil, penyerapan dan eksekusinya pun semakin kecil," katanya.
Oleh sebab itu, diperlukan peraturan yang jelas dan tepat dalam skema pembiayaan campuran atau blended finance guna menarik lebih banyak investasi di sektor air dan sanitasi.
Pakar konservasi tanah dan air dari Universitas Brawijaya, Didik Suprayogo, mengatakan untuk memastikan keamanan ketersediaan air, perlu upaya untuk mengatasi masalah lingkungan di kawasan hulu dengan melibatkan peran serta masyarakat.
"Pembenahan atau konservasi air ini bisa dilakukan dengan reboisasi, menyediakan daerah resapan, penataan kawasan pemukiman, dan lainnya. Langkah-langkah konservasi lingkungan seperti reboisasi lebih bermanfaat dan efektif mencegah bencana banjir," kata Didik.
Halaman Selanjutnya....
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya