Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Haedar Nashir Sentil Elit Politik yang Bilang Kementerian Negara Lahir Hanya untuk Golongan Tertentu

Foto : Istimewa

Haedar Nashir.

A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Indonesia merdeka sudah 76 tahun. Indonesia berbangsa bahkan berabad-abad lamanya. Mestinya, segenap warga dan elite negeri makin dewasa dalam berindonesia. Ibarat buah makin matang, seperti ilmu padi, makin tua kian merunduk ke bumi.

Namun, masih saja ada yang belum beranjak akil-balig dalam berbangsa dan bernegara. Semisal elite negeri yang menyatakan suatu Kementerian Negara lahir diperuntukkan golongan tertentu dan karenanya layak dikuasai oleh kelompoknya. Suatu narasi radikal yang menunjukkan rendahnya penghayatan keindonesiaan.

Demikian dinyatakan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah dalam tulisannya berjudul Negara Milik Semua yang diterbitkan di laman Muhammadiyah, Minggu (24/10).

Meski tak disebut secara spesifik ditujukan kepada siapa pernyataan tersebut, namun ramai dibahas publik pada tiga hari sebelumnya Menag Yaqut Cholil Qoumas atau akrab disapa Gus Yaqut menyampaikan pernyataan kontroversial.

Gus Yaqut dalam acara webinar RMI PBNU dalam peringatan Hari Santri 2021 pada Rabu (20/10), menyebut Kemenag merupakan hadiah dari negara untuk NU.

Dalam tulisannya, mengaku heran karena masih ada elite politik yang berpikiran kerdil yakni adanya elite yang menyinggung kementerian diperuntukan untuk golongan tertentu.

"Namun, masih saja ada yang belum beranjak akil-balig dalam berbangsa dan bernegara. Semisal elite negeri yang menyatakan suatu Kementerian Negara lahir diperuntukkan golongan tertentu dan karenanya layak dikuasai oleh kelompoknya," kata Haedar.

"Suatu narasi radikal yang menunjukkan rendahnya penghayatan keIndonesiaan," lanjut dia.

Haedar kemudian menyinggung masih banyak masalah lain di Indonesia. Ia menyoroti praktik oligarki yang semakin menjamur di bumi pertiwi.

"Belum terhitung praktik paradoks lain yang sama gawat. Dunia politik, ekonomi, dan kekayaan alam dikuasai oleh sekelompok kecil pihak dan ramai-ramai membangun sangkar besi oligarki. Negara Republik Indonesia yang susah payah diperjuangkan kemerdekaannya oleh seluruh rakyat dengan segenap jiwa raga, direngkuh menjadi miliknya," ucap Haedar.

Haedar menuturkan, masalah-masalah itu merupakan ironi keIndonesiaan. Menurutnya, masalah ini sejatinya berlawanan arus dengan gempita Aku Pancasila, Aku Indonesia, Aku Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI harga mati.

"Ironi sebagai bukti, Indonesia ternyata belum menjadi milik semua!" tutur dia.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top