Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Strategi Pendidikan

Hadapi Era 4.0, PTS Terbentur Masalah Klasikal

Foto : KORAN JAKARTA/HENRY PELUPESSY

PENGUKUHAN PENGURUS | Ketua Umum Apperti, Jurnalis Uddin mengukuhkan pengurus Aliansi Penyelenggara Perguruan Tinggi Indonesia (Apperti) di Auditorium Universitas Yarsi, Jakarta, Sabtu (23/3).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Perguruan Tinggi Swasta (PTS) masih menghadapi masalah klasikal dalam menghadapi era revolusi industri 4.0. Hal ini terjadi karena pemerintah terlalu fokus mengurusi perguruan tinggi negeri.

Demikian benang merah Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Aliansi Penyelenggara Perguruan Tinggi Indonesia (Apperti) dan Seminar Nasional bertemakan Hilangnya Legitimasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi di Era Disruption yang diadakan di Auditorium Universitas Yarsi, Jakarta, Sabtu (23/3).

Ketua Umum Apperti, Jurnalis Uddin, mengatakan banyak keluhan dari berbagai PTS di daerah yang harus diselesaikan saat memasuki era industri 4.0, yakni terjadinya disrupsi di bidang pendidikan. "Memang, disrupsi tidak akan datang dalam dua tiga bulan, tapi kita harus menyiapkan diri menghadapinya. Sekarang dikatakan dunia kerja tidak memerlukan ijazah. Tanpa ijazah bisa bekerja. Tapi, ini kan tidak serentak begitu saja. Mungkin di Google, Apple bisa. Mereka bisa begitu karena sudah kuat," papar Jurnalis.

Jurnalis mengungkapkan PTS sesungguhnya siap menghadapi Era 4.0. Namun, pada kenyataannya harus menghadapi masalah klasikal, yakni masalah daya tampung dan anggaran. "Sekarang ini, PTS masih ditegur oleh pemerintah ketika melebihi daya tampung, padahal banyak juga PTN yang kelebihan daya tampung," katanya.

Selain itu, banyak PTS yang mengalami kesulitan dana sementara alokasi anggaran pemerintah untuk perguruan tinggi malah banyak digunakan oleh PTN. "Dari sinilah muncul ide untuk mendirikan bank pendidikan. Saya kira kalau dikelola dengan baik bisa menjadi besar yang nantinya dapat membantu pembiayaan penyelenggaraan pendidikan," ujarnya.

Jurnalis menyebutkan target pendirian bank pendidikan bisa setahun kemudian. Bank itu nanti beroperasi seperti halnya koperasi simpan pinjam yang mengelola dana anggota. "Namun pendirian bank pendidikan tetap mengacu kepada regulasi yang dikeluarkan oleh OJK," jelas dia.

Di tempat yang sama, Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi), M Budi Djatmiko, mengatakan revolusi industri 4.0 mau tidak mau harus dihadapi oleh kalangan PTS. yok/E-3

Komentar

Komentar
()

Top