Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Guyon Maton ala Praktisi Keuangan

Foto : dok. Ketoprak Finansial
A   A   A   Pengaturan Font

Lakon 'Arya Penangsang' yang digelar komunitas masyarakat keuangan, perbankan, BUMN, ekonom, Anggota DPR Komisi XI yang membidangi keuangan dan kalangan media massa, membawa pesan kuat soal kehidupan dan juga soal melestarikan kesenian tradisi ketoprak.

Komunitas Keuangan Perbankan kembali menggelar seni ketoprak dengan lakon kali ini Arya Panangsang yang diselenggarakan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, belum lama ini.

Kesenian ketoprak, yang sejatinya sebuah pentas drama tradisional yang kental akan unsur jenaka ini menjadi kian menarik, karena yang memainkan adalah orang-orang yang biasa berkecimpung di bidang keuangan, yang secara penampilan mungkin tak jauh dari kata 'serius'.

Kendati demikian, dalam gelarannya gemuruh tawa tetap terdengar sangat kencang dari para penonton yang hadir saat itu, ada saja tingkah dan spontanitas dari pemain yang mampu memancing tawa, semisal sesekali lupa naskah dan yang paling mengundang tawa ketika mereka memelesetkan istilahistilah ekonomi, yang tentunya sangat mengena dengan isu kekinian.

Gemuruh tawa pun makin takterbendung, karena selain dari tingkah komunitas finansial itu, mereka juga turut melibatkan legenda seniman panggung, Tessy Srimulat dalam pementasannya. Celetukan gemas khas Tessy pun sangat memecah tawa para penonton, ketika seniman memiliki nama asli Kabul ini mengomentari aksi pangung para praktisi finansial Indonesia, "Iki piye, ketoprak opo rapat ekonomi," ungkapnya, disusul oleh tawa keras penonton.

Dalam gelarannya ini banyak melibatkan praktisi dan regulator keuangan dan perbankan yang ikut dalam pergelaran ini antara lain Destry Damayanti (LPS), Anto Prabowo (OJK), Ahmad Fajar (J-trust Bank), Kusumaningtuti S Soetiono (mantan DK OJK), Benny Purnomo (MNC Bank), Diding S Anwar (Kadin), Nicolaus Prawiro (Capro), Lisawati (Bank Jasa Jakarta), Sussie Meilina (MNC Securitas).

Direktur Utama Bank Mandiri Kartiko Wirjoatmodjo bermain sebagai Sultan Bonang, Kresno Sediarsi (Dirut Bank DKI), Bob T Ananda (BNI), sebagai Arya Penangsang yakni M Eddy Purnawan (BSBI), Evi Afiatin sebagai Ratu Kaliyamat (BPJS Ketenagakerjaan), M Ikhsan (OJK) sebagai Hadiwijaya.

Ada juga Frans Rundengan (Andalan Finance), Ilya Avianti (PLN), Handayani (BRI), Muhammad Adil (Bank Sumsel Babel), dan Lies Permana Lestari (Sarinah), Suwandi (APPI), Juanita Luthan (Securinvest), Susanti (ATM Prima), Nini Sumohandoyo (Prudential), Anggar B Nuraini (OJK), Rita Mirasari (Danamon), Vera Liem (BCA), Fajar Nugroho (BKraf ), dan Danny Hartono (Bank Mas) serta Dumasi Samosir (Asuransi Sinar Mas).

Sedangkan dari kalangan anggota DPR RI ada Andreas Soesatyo dan Indah Kurnia serta kalangan ekonom ada Aviliani (ISEI), Bustanul Arifin (Indef), Nimmi Zulbainarni (ISEI), Ina Primiana (ISEI) dan Komang Savytri (ISEI) serta Arif Budimanta (KEIN).

Sarat Makna

Lakon ini bercerita sejarah perebutan tahta Kerajaan Demak pada pertengahan abad 15 yang berlumuran darah. Bermula dari dibunuhnya Raja Demak ke-2, Pangeran Surowiyoto atau Pangeran Sekar, oleh Sunan Prawoto, anak Pangeran Trenggono. Trenggono yang masih bersaudara dengan Pangeran Sekar karena sama-sama anak pendiri Kerajaan Demak, Raden Patah, itu kemudian naik tahta menjadi Raja Demak ke-3 tahun 1521.

Setelah berkuasa selama 25 tahun, pada tahun 1546 Trenggono wafat dan digantikan oleh Sunan Prawoto sebagai Raja Demak ke-4. Di sinilah muncul Arya Penangsang, anak dari Pangeran Sekar. Saat itu, Penangsang atau disebut juga Arya Jipang atau Ji Pang Kang adalah raja di Kadipaten Jipang (Cepu).

Penangsang yang menyimpan dendam atas terbunuhnya sang ayah oleh Sunan Prawoto menuntut balas.

Arya Penangsang mengutus orang kepercayaannya, Rangkud, untuk membunuh Sunan Prawoto dengan dibekali Keris Kyai Setan Kober. Keris yang juga menjadi penyebab tewasnya beberapa raja Demak itu akhirnya juga mengakhiri kepemimpinan Sunan Prawoto di Demak.

Penangsang pun naik tahta sebagai Raja Demak ke-5 tahun 1549. Arya Penangsang hanya lima tahun menjadi Raja Demak. Ambisinya yang besar untuk mengalahkan Raja Pajang Hadiwijaya justru berbalik arah. Dia tewas terbunuh secara mengenaskan oleh pasukan Hadiwijaya pada tahun 1554. "Hikmahnya. Semoga dendam politik tidak terus terjadi di Indonesia demi kekuasaan. Sudah waktunya ekonomi menjadi panglima bukan politik yang terus mendendam," kata Eko B Supriyanto, Produser Eksekutif Pergelaran Ketoprak Arya Penangsang.

Kental Upaya Pelestarian

Eko melanjutkan acara ini dihelat sebagai kecintaan para sahabat di lingkungan keuangan, perbankan, dan kalangan media massa terhadap kesenian tradisi ketoprak.

"Acara ini dipersembahkan sebagai bentuk kecintaan para sahabat di lingkungan masyarakat keuangan, perbankan, BUMN, serta kalangan media terhadap kesenian tradisi budaya Indonesia, yaitu ketoprak," tutur Eko.

Untuk itu, kami memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para peserta yang berkenan meluangkan waktu serta memberikan dukungan atas terselenggaranya pagelaran ini. "Semoga pagelaran ini dapat menyalakan lilin bagi kebudayaan tradisi yang sudah lama redup," papar Eko yang juga Pemimpin Redaksi Majalah Infobank itu.

Kegigihan para seniman tradisional, seperti Aris Mukadi dan para seniman dari Yayasan Adhi Budaya, untuk melestarikan seni tradisi, menurut Eko, sudah seharusnya dihargai dan diberi kesempatan untuk terus berlanjut bisa mengadakan pentas di banyak tempat. Maka itu, sebagai bentuk kepedulian, hasil dari pementasan tersebut akan disumbangkan untuk pengembangan kesenian tradisi ketoprak Yayasan Adhi Budaya.

"Kami juga harus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para sponsor, donatur, dan semua pihak yang mendukung terselenggaranya acara ini," tandas Eko. ima/R-1

Komentar

Komentar
()

Top