Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Gus Muwafiq Luncurkan Buku yang Banyak Mengambil Referensi dari Manuskrip Kuno, Ada Kisah soal Sunan Prapen

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Gus Muwafiq atau KH. Ahmad Muwafiq baru saja meluncurkan sebuah buku berjudul Islam Rahmatan Lil Alamin dan diterbitkan oleh Pustaka Al Barokah, Yogyakarta.

Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY bekerjasama dengan MWC NU Seyegan Sleman, Penerbit Al Barokah, dan Lebah Buku Yogyakarta secara khusus membedah buku tersebut di Gedung Serbaguna Margomulyo, Seyegan, Sleman pada Jumat (14/10) hari ini.

Di depan 150-an peserta bedah buku, salah satu narasumber bedah buku tersebut, Ustadz Dr. Aguk Irawan mengatakan buku Gus Muwafiq banyak mendasarkan pada referensi manuskrip-manuskrip kuno yang sekaligus menunjukkan bagaimana dinamika budaya sebelum Islam masuk dan setelah Islam masuk.

Merujuk pada kitab warisan abad ke-16, ada konsep teologis yang menyatakan bahwa hubungan Islam dan budaya seperti biji dengan kulitnya, karenanya umat perlu mendapatkan bijinya dan membungkusnya dengan kulit yang baru, tetapi keduanya tetap penting dan dibutuhkan. Karena biji tanpa kulit keberadaannya sulit dibayangkan.

Menurut Aguk, ketika ada momen antara kulit dan isi menyatu, itu tak ubahnya seperti bawang bombai yang tidak punya biji, sehingga sebanyak dan sedalam apa pun dikuliti tidak akan ditemukan apapun karena di dalam kulit bawang itulah meresap semua isinya dan ini terjadi beberapa hal khusus, seperti dalam syariah tertentu; shalat, puasa, haji, zakat, aqiqah, walimah nikah dan seterusnya yang itu semua lahir dari sebuah tradisi Arab.

"Di Nusantara, Islam yang didakwahkan para wali telah memberi dan mengadiluhungkan budaya tertentu, dan ketika dihadirkan di suatu tempat yang baru itu akan tetap berada dalam kulitnya. Jadi yang penting sebenarnya, menurut Sunan Prapen, tidak hanya menyatukan nilai islam dari budaya, melainkan juga bagaimana dapat secara kritis memberikan makna baru yang bermanfaat bagi budaya setempat," papar Aguk Irawan yang juga pengasuh Ponpes Baitul Kilmah ini.

Selain Aguk Irawan, hadir sebagai narsumber yaitu Anggota DPD dari DIY, Hilmy Muhammad, anggota DPRD DIY Syukron Arif Muttaqin, dan Rois Syuriah PCNU Sleman, KH. M. Syakir Ali.


Redaktur : Eko S
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top