Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Aksi Korporasi - GMF pada 2019 Menganggarkan Belanja Modal sebesar USD50 Juta

GMFI Bidik Pendanaan lewat Pasar Modal Rp500 Miliar

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMFI) tengah mengincar pendanaan dari pasar modal sekitar 100-500 miliar rupiah. Perseroan pun tengah menjajaki untuk penerbitan saham baru atau rights issue. Perseroan ingin meningkatkan peredaran saham di publik dengan melepas 15-20 persen saham. Saat ini, peredaran saham GMFI di publik baru 10 persen.

Direktur Keuangan Garuda Maintenance Facility AeroAsia, Edward Okky Avianto, mengatakan pada saat melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO), Perseroan mendapatkan dana sekitar 80 juta dollar AS. Oleh karena itu, melalui pelepasan saham ke publik sebanyak 15- 20 persen, maka Perseroan akan memiliki modal tambahan sekitar 120 miliar rupiah.

"Kita mau mencari momen untuk masuk ke pasar modal ketika kondisinya sedang membaik. Kalau sekarang masih jelek bahkan saham GMF sekarang ini saja harganya sekitar 225 rupiah. Jadi kalau kita rights issue sekarang tidak bisa," ungkapnya di Jakarta, Selasa (25/6).

Kendati begitu, memang momentum rights issue lebih pas dilakukan pada bulan September. Hanya saja dia masih akan melihat pada kondisi pasar modal terlebih dahulu apakah akan lebih baik atau tidak. Sejauh ini, pihaknya telah melakukan pembicaraan terkait hal itu dengan perusahaan penjamin emisi seperti PT Mandiri Sekuritas dan PT BNI Sekuritas.

"Kita mau mencari penambahan modal di rights issue itu. Mereka (underwriter) juga masih menunggu pasar. Bagaimanapun kalau saham lagi jelek dan kita rights issue, investor pun akan berpikir untuk membeli saham kita atau tidak," jelas Edward.

Selain itu, imbuh Edward, ketika rights issue harga saham Perseroan masih 200 rupiah, sehingga tidak pas untuk menjualnya. "Setidaknya kita rencananya ingin membalikan terlebih dahulu ke harga nominal dan kita lihat pasarnya apakah tertarik investasi di GMF atau tidak, baru setelah itu kita rights issue. Saat ini price earning Perseroan sekitar 2,5-5 kali," jelas Edward.

Memang Perseroan menilai dalam melakukan rights issue, lebih baik menunggu harga stabil seperti pada saat IPO di level 400 rupiah. Namun aksi korporasi tersebut merupakan rencana jangka panjang. Sain itu, Perseroan juga menjajaki untuk menerbitkan obligasi, DIRE, atau Medium Term Notes (MTN).

Penjajakan Investor

Lebih lanjut ditambahkan, segala bentuk alternatif pendanaan sedang dijajaki, di antarnya berdiskusi dengan BNI Sekuritas dan Mandiri Sekuritas untuk menerbitkan alternatif pendanaan. "Sekarang penjajakan dan cari-cari investor. Kalau investor tertarik baru kita memutuskan mau dibungkus dalam satu wadah investasi entah itu reksa dana, obligasi, DIRE, MTN, atau juga rights issue," jelasnya.

Pada tahun ini, Perseroan menganggarkan belanja modal (capital expendicture/capex) sebesar 50 juta dollar AS. Alokasi belanja modal tidak sama setiap tahunnya dan di tahun ini terbilang lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya. Hingga saat ini serapan belanja modal belum sampai di angka 20 juta dollar AS.

Untuk pinjaman baru yang tengah dijajaki belum ada namun untuk fasilitas pinjaman perbankan sudah ada dari BNI. Meski enggan menyebutkan nilainya, pinjaman bank tersebut untuk investasi dalam mengembangkan workshop engine.

Biasanya pinjaman bank untuk modal kerja (working capital), sebab pengerjaan untuk engine memakan waktu 3-6 bulan sehingga modal di awal harus besar. "Untuk engine itu 40 persen biaya materialnya besar. Jadi belanjanya juga harus dari awal dan uang untuk membelanjakannya harus ada," papar dia.

yni/AR-2

Penulis : Yuni Rahmi

Komentar

Komentar
()

Top