Gerak Cepat Bantu Warga, 600 Tangki Air Didistribusikan ke Desa Terdampak Kekeringan Trenggalek
Pjs Bupati Trenggalek saat mendistribusikan air bersih kepada warga.
Foto: ANTARA/HO - Prokopim TrenggalekTrenggalek - Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur mengonfirmasi bahwa sejauh ini pihaknya telah menyalurkan lebih dari 600 tangki air bersih ke 52 desa/kelurahan daerah itu yang terdampak kekeringan.
"Distribusi terus kami lakukan karena daerah terdampak juga banyak, bahkan masih mungkin bertambah," kata Pjs Bupati Trenggalek, Dyah Wahyu Ermawati di Trenggalek, Minggu.
Hujan memang beberapa kali mengguyur Trenggalek dan sekitarnya. Namun hal itu belum mempengaruhi sediaan air bawah tanah, khususnya di daerah-daerah kering yang beberapa bulan terakhir mengalami krisis air bersih.
"Meskipun hujan sempat mengguyur namun belum dapat menanggulangi kekeringan," katanya.
Untuk menanggulangi itu, Pemkab Trenggalek berkolaborasi dengan instansi terkait lainnya terus mendistribusikan bantuan air bersih.
Hingga saat ini tercatat lebih dari 600 kali pengiriman air bersih dengan tangki berkapasitas lima ribu liter.
"Semoga dapat membantu memenuhi kebutuhan keseharian masyarakat yang mengalami kekeringan," katanya.
Bantuan air bersih itu dilakukan karena kondisi sumber air di daerah terdampak tak bisa lagi diakses.
Tak hanya kekeringan, dampak kemarau ini juga mengakibatkan bencana kebakaran hutan dan lahan.
Lebih dari 30 kali kebakaran hutan dan lahan dilaporkan terjadi sejak awal musim kemarau.
"Untuk itu kami himbau kepada masyarakat untuk selalu berhati-hati dan waspada, utamanya saat beraktivitas di kawasan hutan," pungkasnya.
Mengacu data BPBD, pada 2023 sebanyak 56 desa dari 152 desa dan lima kelurahan di Trenggalek terdampak kekeringan.
Kekeringanpada 2023 terbilang parah, mengingat seluruh kecamatan di Bumi Menak Sopal sebutan lain Trenggalek terdampak.
"Tahun lalu ada 56 daerah terdampak kekeringan, mudah-mudahan segera turun hujan sehingga warga tidak lagi mengalami kekeringan," jelasnya.
Meskipun tidak mengalami kekeringan lagi jika hujan turun, warga dihadapkan dengan potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor.
BMKG memprediksi puncak musim hujan pada bagian Indonesia barat terjadi pada November - Desember.
Wilayah yang akan mengalami puncak musim hujan pada November-Desember 2024 adalah sebanyak 303 Zona Musim atau 43,4 persen dari total Zona Musim yang meliputi Pulau Sumatra, pesisir selatan Jawa, dan Kalimantan.
Sementara terdapat pula sebanyak 250 Zona Musim atau 35,8 persen dari zona musim yang diprediksi akan mengalami puncak musim hujan pada Januari-Februari 2025, yaitu meliputi Lampung, Pulau Jawa bagian Utara, sebagian kecil Pulau Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan sebagian besar Papua. Masyarakat diimbau waspada potensi bencana hidrometeorologi.
"Kami terus lakukan mitigasi bencana untuk meminimalisir dampak," pungkasnya.
Redaktur: Marcellus Widiarto
Penulis: Antara
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Pemeintah Optimistis Jumlah Wisatawan Tahun Ini Melebihi 11,7 Juta Kunjungan
- 2 Dinilai Bisa Memacu Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Harus Percepat Penambahan Kapasitas Pembangkit EBT
- 3 Permasalahan Pinjol Tak Kunjung Tuntas, Wakil Rakyat Ini Soroti Keseriusan Pemerintah
- 4 Dorong Sistem Pembayaran Inklusif, BI Hadirkan Tiga Layanan Baru BI-Fast mulai 21 Desember 2024
- 5 Sabtu, Harga Pangan Mayoritas Turun, Daging Sapi Rp131.990 per Kg
Berita Terkini
- Ruben Amorim Tetap Yakin Periode Buruk MU Bakal Segera Berakhir
- Perayaan Natal Nasional 2024 Digelar di GBK Usung Tema “Marilah Sekarang Kita Pergi ke Bethlehem”
- Pemda Diimbau Waspadai Kenaikan Harga Komoditas Jelang Nataru
- Sejak Posko Dibuka, KAI Commuter Catatkan 4 Juta Pengguna Selama Empat Hari Angkutan Nataru 2024
- Kemensos Gerak Cepat Salurkan Bantuan Senilai Rp1,8 Miliar untuk Korban Banjir Makassar