Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Geopark Merangin, Jejak Terbentuknya Pulau Sumatra

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Destinasi alam Geopark Merangin yang kaya wawasan geologi bisa dicoba untuk mengisi liburan akhir pekan ini. Di sini wisatawan dapat melihat bukti pulau Sumatra terseret ke selatan dari posisinya di 40 derajat lintang utara.

Geopark Merangin (GM) diperkenalkan peneliti bernama August Tobler seorang ahli geologi asal Swiss pada 1922. Setelah penemuannya, dua naturalis Barat bernama Wilhelmus Josephus Jongmans dan Walther Gothan, mengenalkannya sebagai Jambi Flora pada 1935.

Dari kekayaan yang dimiliki GM, memang bisa menjadi tempat untuk belajar tentang riwayat bumi khususnya Jambi dan Sumatra di masa lalu. Dalam sejarahnya, geopark yang berada di di Desa Air Batu, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi, dulunya berada di belahan bumi utara atau berada 40 lintang utara.

Dari hasil penelitian, GM terbentuk sekitar 300 juta tahun yang lalu. Terjadi patahan lempeng karena aktivitas tumbukan lempeng Eurasia dan Hindia. Lempeng ini pecah lalu terseret jauh ke selatan membentuk Pulau Sumatra sekarang.

Di GM, gambaran proses tersebut dapat terlihat pada wilayah yang dilalui Sungai Merangin dan Sungai Mengkarang.

Direktur Geopark Merangin, Agus Zainudin, menjelaskan GM di Jambi berada di sepanjang aliran Sungai Batang Merangin. Di dalam kawasan geopark tersebut dapat dijumpai dengan mudah fosil flora dan fauna purba yang berusia ratusan juta tahun.

Selain fosil flora dan fauna, di kawasan GM juga terdapat batuan alam yang terhampar di pinggiran Sungai Batang Merangin yang berusia ratusan juta tahun. Di antaranya batuan granit, batuan sedimen, batuan beku dan batuan metamorf.

Fosil-fosil yang berada di kawasan GM tersebut juga menjadi bukti bahwa sebagian kawasan GM pada zamannya merupakan daerah pesisir laut karena terdapat fosil jejak kerang-kerangan.

"Usia fosil flora dan fauna yang berusia 300 juta tahunan itu menjadikan geopark ini sebagai pusat batuan fosil tertua di Asia," terang Agus seperti dikutip dari kantor berita Antara.

Dari peneliti, fosil flora yang banyak ditemukan berserakan di kawasan itu, sama dengan fosil flora yang ada di batuan Tiongkok. Hal ini menunjukkan dulu wilayah ini tersambung dengan salah satu daratan di sana. Namun ketika usianya dibanding, fosil yang ada lebih tua dari fosil flora dari Negeri Panda itu.

Penelitian fosil yang dilakukan oleh para ahli geologi menyatakan fosil di GM Jambi disimpulkan merupakan lempeng tertua di Asia alias tanah leluhurnya Asia. Pernyataan ini membuat wilayah ini memiliki nilai tinggi dari sisi warisan geologi.

Untuk membuktikannya, wisatawan menyusuri Sungai Merangin dan Sungai Mengkarang. Fosil ini tersingkap dengan jelas di batuan di formasi Sungai Merangin dan formasi Sungai Mengkarang berupa endapan dataran aluvium yang sangat mempengaruhi aktivitas gunung api saat itu.

Di GM, menurut Tobler dalam buku Voorlopige mededeeling over de geologie der Residentie Djambi. Jaarboek Mijnwezen Nederlandsch Oost-Indie (1910), ada tiga formasi geologi di wilayah ini. Pertama disebut formasi Mengkarang. Pada formasi ini terdapat sisipan batu gamping dan endapan batu bara. Hal ini merupakan transisi laut dangkal dengan daratan.

Lalu formasi Teluk Wang dapat ditemui beberapa jenis batuan berpasir termetafora, granit, konfigurasi aliran, lava kuno, breksi, konglomerat dan batu lempung hitam. Formasi ketiga adalah formasi Palepat yang tersusun dari lava andesit.

Penelitian menyebutkan, formasi Mengkarang ini ditindih oleh formasi Teluk Wang, lalu diterobos oleh batuan granit tantang. Peristiwa ini terjadi pada akhir Jura awal.

Pada formasi Mengkarang, ditemukan fosil flora berupa pohon Araucarioxylon. Fosil Araucarioxylon sejauh ini hanya ditemukan di tiga lokasi dunia dan diperkirakan berasal dari Permian awal. Di antara tiga lokasi fosil pohon tertua itu, berada di Merangin.

Dulunya Araucarioxylon berada di endapan laut dangkal. Memang tidak jauh dari fosil merupakan kawasan endapan danau yang memiliki kandungan karbon. Fosil pohon tersebut tercetak di bebatuan vulkanik dari laut dangkal. Kebetulan di GM pernah terjadi erupsi gunung merapi dan hingga kini peristiwa vulkanik seperti fumarol masih bisa dilihat di kawasan ini.

Fumarol berasal dari bahasa Latin fumus yang berarti asap. Bentuknya berupa lubang pada kerak bumi yang mengeluarkan uap dan gas seperti karbon dioksida, belerang dioksida, asam klorida, dan hidrogen sulfida.

Fumarol Grao Sakti yang muncul dari dalam air sehingga tercipta geyser atau air panas dengan asap belerang, yang menjadi kunjungan wisatawan. Di sini mereka berendam di air untuk mendapatkan sensasi dan manfaat berendam di air hangat dengan kandungan mineral belerang itu.

Kekayaan GM lain berupa pemandangan Gunung Masurai, sebuah sisa kompleks gunung api yang sangat luas dan besar dengan setengah kaldera tersisa di bagian timur. Sedangkan di sebelah barat muncul dua kerucut, satu diantaranya memiliki dua buah danau vulkanik, yaitu Danau Kumbang dan Danau Mabuk, yang tertutup hutan lebat dan sulit dijangkau.

Gunung berapi ini turut mengendapkan hutan purba (paleoforest). Berkat endapan lava letusan gunung berapi yang mengendap menjadi terawetkan lalu menjadi fosil. Fosil-fosil yang banyak ditemukan di di kawasan geopark tersebut, merupakan sisa peninggalan periode Parem awal-Jura akhir (299-250 juta tahun lalu).

Parem adalah periodesasi bumi di masa Paleozoikum. Sedangkan Paleozoikum adalah masa dimana perubahan geologi, iklim, dan evolusi sangatlah dramatis. Parem akhir menuju peralihan dikenal dengan Permian. Periode Permian terjadi antara 290 juta tahun yang lalu dikenal sebagai periode kepunahan.

Meski GM terjadi sangat lama namun ini jauh dari awal permulaan terbentuknya Bumi. Menurut para ahli, umur Bumi sendiri diperkirakan 4,6 miliar tahun. Pembentukkannya dalam lima periode masa yaitu Arkeozoikum (4,5-2,5 miliar tahun), Proterozoikum (2,5 miliar-550 juta tahun), Paleozoikum (590-250 juta tahun), Mesozoikum (250-65 juta tahun), Kenozoikum (65 juta tahun-sekarang).

"Kampus Bumi"

Kekayaan GM membuatnya menjadi ladang riset bagi para ilmuwan lokal dan dunia untuk mempelajari evolusi Bumi. Dari "kampus Bumi" ini kita bisa melihat bukti-bukti geologi tersebut dan pelancong harus melakukan penelusuran dengan berjalan kaki atau melalui sungai dengan perahu karet.

Untuk mengetahui fenomena alam yang terjadi di GM, wisatawan dapat menyusuri Sungai Merangin dari Desa Air Batu ke hilir sampai ke Teluk Wang. Dengan pemandu, kita akan diajak untuk mempelajari peristiwa geologi dari periode Permian sampai ke umur yang paling muda yaitu 2 juta tahun yang lalu.

Kekayaan alam lain yang bisa dijumpai selain fosil-fosil dan fenomena vulkanik fumarol adalah Fumarol Grao Sakti dan Gunung Masurai. Kekayaan warisan geologi di GM lainnya adalah gua-gua kapur di kawasan karst yang terbentuk selama jutaan tahun lalu.

Di dalam gua, terangkai ornamen batuan, stalaktit, stalakmit, dan pilar-pilar. Berada di dalam gua seperti berada di sisi lain dunia, yang sejuk dan bebas polusi. Gua ini sekarang menjadi tempat berlindung burung walet dan kelelawar.

Meski tidak mewah fasilitas dan akomodasinya, wisata alam yang satu ini dapat dikatakan cukup memadai. Wisatawan dapat menyewa berbagai macam homestay yang disediakan oleh penduduk setempat. Tarifnya rata-rata sekitar 200 ribu rupiah per malam. Satu buah homestay biasanya dapat digunakan untuk sekitar 10 orang pengunjung sekaligus.

Untuk kegiatan tracking menuju titik-titik lokasi di GM, perlu menyewa seorang pemandu dengan biaya 100 ribu rupiah per orangnya. Sedangkan untuk biaya penyewaan perahu karet dengan kapasitas 5 orang, dikenakanan biaya sebesar 600 ribu.hay/I-1

Sensasi Rafting Sambil Melihat Fosil Purba

Sungai Merangin yang berada di Geopark Merangin (GM) mengalir dari ketinggian menuju ke hilir. Arusnya cukup deras yang membuat wisatawan menyukai untuk memacu adrenalin, apalagi jalur ini menjadi lokasi keberadaan fosil flora dan fauna purba berusia ratusan juta tahun yang menjadi penanda tuanya tempat ini.

Sambil menjelajahi geopark, wisatawan otomatis diajak melakukan aktivitas rafting. Sensasi mengarungi arung jeram dengan mencoba menciptakan keseimbangan, perahu karet sesekali berhenti untuk melihat fosil-fosil. Rafting memang menjadi salah satu keunikan di GM yang tidak ditemui di tempat lain.

Perjalanan dimulai dari Desa Air Batu dan berakhir di Kolam Jodoh. Panjang rute ini mencapai 13 kilometer, dimana pelancong akan diajak menyusuri sungai berarus deras hingga mencapai titik pemberhentian terakhir di Kolam Jodoh. Perjalanan dilakukan dalam waktu 3 jam dengan empat titik pemberhentian.

Titik-titik pemberhentian untuk melihat fosil sekaligus beristirahat adalah fosil batu tua Araucarioxylon, fosil kerang Teluk Gedang dan juga fosil daun di Muara Karing. Wisatawan akan mendapat penjelasan dari pemandu yang telah mendapatkan pelatihan. Mereka berasal dari pemuda desa setempat.

Rafting unik ini cukup diminati baik oleh wisatawan lokal maupun asing. Beberapa turis dari Eropa seperti sangat menyenangi rafting sambil mengamati fosil. Umumnya mereka sangat puas dan takjub menikmati sensasi berayun di atas perahu dan mendapat wawasan baru tentang peristiwa geologis di tempat itu.

Jika ingin lebih seru, bisa datang saat acara Geo Fun Rafting Merangin yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi yang berkolaborasi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pada 2 Desember 2021 misalnya, sebanyak 23 perahu ikut memeriahkan Geo Fun Rafting Merangin. Petualangan pun dimulai dari Desa Air Batu menuju ke titik akhir yakni Teluk Wang Sakti. Setelah rafting para peserta disuguhi makanan dan hiburan menarik berupa pertunjukan musik dan tari daerah.

Ada pameran kreatif dan UMKM yang menampilkan berbagai kerajinan, kuliner, hingga kopi khas Merangin. Untuk mengembangkan kreativitas masyarakat, digelar juga acara pameran dan demo seni lukis yang mengambil tema Pesona Geopark Merangin.

Selain rafting, beberapa aktivitas seru lain di sekitar GM bisa dicoba. Pertama, mandi di Air Terjun Muara Karing atau Air Terjun Mengkaring. Air terjun ini berundak-undak mirip tangga dan sangat jernih. Di sekitarnya berupa pemandangan hijau di sekelilingnya pasti bikin betah di sini.

Trekking ke tengah hutan melihat Air Terjun Telun Perentak bisa juga menjadi pilihan. Tantangannya wisatawan harus berhati-hati karena harus melewati jalan setapak yang licin dan becek, apalagi setelah hujan mengguyur. Usaha ini terbayar dengan keindahan panoramanya.

Tantangan lebih berat adalah mendaki Gunung Masurai. Gunung dengan tinggi 2.935 mdpl menawarkan jalur yang cukup menantang. Sangat pas untuk para pendaki yang suka mencari tantangan baru. Dari puncak di sebelah timurnya, kita akan bisa melihat Danau Kumbang dan Danau Mabuk. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top