Gempar, Ada Apa Ini Tiba-tiba Nama Novelis "Wuhan Diary" Hilang dari Daftar Asosiasi Penulis Tiongkok
Arsip - Seorang pengunjung Belt and Road Forum (BRF) sedang melihat buku-buku di China National Convention Center (CNCC) Beijing pada Minggu (14/5/2017).
Beijing - Penulis novel "Wuhan Diary",Fang Fang, dihapus dari daftar nama anggota Kongres Nasional ke-10 Dewan Penulis China (CWA).
Mantan Wakil Ketua CWA Zhang Kangkang, yang selama ini membela Fang, juga dihapus dari daftar nama tersebut, demikian dilaporkan media China, Sabtu.
Padahal, kedua nama itu tercantum pada Kongres Nasional ke-9 CWA tahun 2018 sebagaimana tertulis di laman chinawriter.com.
Hilangnya nama Fang dari daftar anggota kongres tersebut diduga karena catatan harian, yang menceritakan kehidupan masyarakat Wuhan selama dikunci total (lockdown) pada awal 2020, dianggap bias dan mengandung rumor serta kritikan terhadap otoritas setempat.
Dalam sambutan pembukaan Kongres Nasional ke-11 Federasi Sastera dan Lingkaran Seni China (CFLAC) dan Kongres Nasional ke-10 CWA, Presiden China Xi Jinping mengatakan bahwa para penulis dan seniman seharusnya tidak menjadi budak pasar, namun seharusnya memperkuat budaya dan berkontribusi dalam mewujudkan pembaharuan nasional China.
Saat lockdown, Fang membuat tulisan "Wuhan Diary" pada Januari-Maret 2020. Tulisannya berkisah tentang apa yang dilihat dan didengar untuk merefleksikan pengalamannya.
Karya sastra penulis perempuan berusia 65 tahun tersebut mendapatkan sambutan luar biasa dari publik China, termasuk media setempat.
Namun, publik menjadi marah saat tulisan yang terbagi dalam 60 judul itu akan dipublikasikan dalam berbagai versi bahasa di luar negeri karena dianggap sama saja memberikan pedang kepada pasukan anti-China, demikian dilaporkanGlobal Times.
Zhang, yang pernah tercatat sebagai anggota Komite Nasional Majelis Penasihat Politik Rakyat China, telah beberapa kali membela Fang di depan publik.
Beberapa warganet China menuduh Zhang sebagai pengkhianat yang bahkan lebih buruk daripada Fang.
Redaktur : Marcellus Widiarto
Komentar
()Muat lainnya