Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perilaku Konsumen

Geliat Industri Ritel Sambut Lebaran

Foto : koran jakarta/Gemma f purbaya
A   A   A   Pengaturan Font

Lebaran merupakan hari yang sangat dinanti. Itu menjadi salah satu alasan pada bulan tersebut terjadi beberapa perubahan, tak terkecuali pada industri UKM .

Menurut data dari Moka, startup penyedia layanan sistem kasir digit, terjadi tren pada industri ritel dan F&B sepanjang Ramadan dan menjelang Lebaran, serta perubahan perilaku konsumen pada saat sahur dan berbuka puasa. Pada jelang Lebaran, industri ritel mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jumlah transaksi per outlet-nya mencapai 68 persen jika dibandingkan pada bulan-bulan sebelumnya. Namun hal itu tidak berbanding lurus dengan jumlah pendapatannya yang hanya sebesar 38,8 persen.

"Artinya, orang-orang lebih banyak membeli baju, tetapi harganya yang cenderung tidak terlalu mahal sehingga lebih ke kuantitasnya," kata Hutami Nadya, Data Analyst Moka.

Sementara pada industri elektronik juga mengalami kenaikan, meskipun hanya sebesar 3,2 persen. Konsumen rela menghabiskan uang lebih banyak menjelang Hari Raya. Namun bukan elektronik besar seperti kulkas, televisi dan lainnya, yang paling sering dibeli oleh orang. Melainkan aksesoris handphone dan kuota internet.

Hutami mengatakan semakin dekat Lebaran, jumlah transaksi pada industri ini semakin mengalami peningkatan. Di mana hari minggu dan pagi hari, menjadi waktu paling populer untuk berbelanja barang elektronik.

Untuk bisnis F&B, tren penjualan pada 2018 kurang lebih serupa dengan 2019, yaitu pada minggu pertama Ramadan, bisnis F&B sedikit melemah dibandingkan minggu sebelumnya. Penurunan jumlah transaksi berkisar antara 20 sampai 30 persen di setiap outlet. Penjualan akan kembali meningkat di minggu kedua Ramadan dan diperkirakan akan terus mengalami kenaikan sampai di minggu terakhir Ramadan, dengan persentase 15 sampai 25 persen.

Namun, terlepas dari angka pertumbuhan bisnis yang positif, terdapat penurunan penjualan di berbagai industri saat satu minggu setelah di Hari Raya. Adapun penurunan terjadi sekitar 42,5 persen pada merchant kuliner, 67,75 persen pada merchant ritel, serta 70 persen pada merchant servis.

Untuk itu, setiap pebisnis harus siap mengantisipasi terjadinya penurunan pada saat satu minggu di Hari Raya.

"Ada banyak cara untuk mengantisipasi penurunan penjualan. Semisal, mengadakan promo hingga satu minggu setelah Lebaran agar tidak terjadi penurunan drastis," ujar Hutami.

Ia menuturkan kalau sebagian besar pebisnis hanya mengadakan promo Ramadan sampai akhir Ramadan saja. Padahal jika dilakukan lebih lama, efek terjadinya penurunan penjualan dapat terhindarkan karena orang-orang cenderung lebih tertarik pada promo-promo yang dilakukan. Atau bisa juga menawarkan produk baru, semisalnya membuat paket parcel selama Ramadan dan Hari Raya. Karena pada saat itu, penjualan paket dan parcel meningkat hingga 107 persen, khususnya paket dan parcel kue-kue kering.

Yang terakhir, dengan memanfaatkan fitur loyalty program untuk memastikan pelanggan akan kembali lagi ke toko. "Karena pelanggan tetap umumnya mengeluarkan uang lebih besar dibandingkan yang lain, selain itu kemungkinan untuk mendapat pelanggan baru dengan fitur loyalty program seperti ini juga naik menjadi tujuh kali lipat," kata Hutami. gma/R-1

Dampak Perkembangan Teknologi

Seiring perkembangan teknologi, tidak mengherankan jika membawa perubahan perilaku seseorang. Pada data yang diperoleh Moka menyebutkan adanya perubahan perilaku konsumen dari tahun ke tahun. Apalagi saat ini telah banyak layanan jasa pesan antar makanan termasuk saat Ramadan.

"Konsumen biasanya pesan makanan mulai dari jam 2 pagi, lalu waktu yang paling ramai sekitar jam 3 sampai 4 pagi. Di mana terjadi peningkatan per outlet sebanyak 83 persen dibandingkan periode non Ramadan," kata Hutami.

Angka tersebut mengalami penurunan lewat pukul 4 pagi sebanyak 27 persen. Tentunya angka tersebut didukung layanan jasa pesan antar yang memudahkan para konsumen untuk membeli hidangan pada saat sahur. Meskipun begitu, bukan berarti outlet F&B mengalami pelonjakan yang signifikan untuk pemasukan mereka pada saat sahur.

Faktanya, hanya 5 dari 10 outlet F&B yang buka saat sahur dan berhasil menjual 25 persen item yang terdapat di dalam menu. Untuk itu, Hutami menyarankan jika ingin membuka outlet saat sahur, ada baiknya untuk menyiapkan bahan baku untuk 25 persen menu yang paling laris, mencegah terjadinya kerugian akibat bahan makanan yang tidak segar atau terbuang percuma.

Sementara untuk saat berbuka, mengalami perubahan jam. Jika biasanya outlet F&B ramai di atas jam 7 malam, saat Ramadan outlet ramai dari pukul 6 hingga 8 malam, tepatnya saat berbuka puasa. "Rata-rata jumlah item per transaksi dalam satu bill mencapai 21 item di minggu terakhir Ramadan. Sementara di bulan biasa sekitar 8 item," ujar Hutami.

Ia mengatakan karena pada minggu-minggu terakhir Ramadan, orang cenderung berbuka puasa di luar atau ikut kegiatan buka bersama. Berbeda dengan di minggu-minggu awal yang biasanya mereka berbuka di rumah bersama keluarga. gma/R-1

Tren Hijab Populer

Dalam industri fesyen, hijab merupakan salah satu item yang paling populer di bulan Ramadan, menurut data Moka. Meskipun lonjakannya terjadi satu bulan hingga dua bulan sebelumnya. Lonjakannya naik 50 persen dari biasanya dan menurun sekitar 21,2 persen di bulan Ramadan.

Dituturkan Hutami, itu karena kebanyakan orang membeli hijab secara grosir dan untuk stok barang mereka berjualan di bulan puasa. Hijab yang paling populer adalah masih hijab segiempat dengan bahan voal dan warna lembut dan natural, seperti merah muda, biru dan peach.

Meningkatnya peminat hijab bermotif dari bahan voal tentunya membuat para pelaku industri hijab berusaha memenuhi kebutuhan konsumen, termasuk Buttonscarves yang baru saja membuka gerainya di Surabaya.

Pada saat yang sama, Buttonscarves menampilkan koleksi terbarunya The Lines Series yang merupakan hasil kolaborasi dengan salah satu influencer yang bergelut di bidang bisnis fesyen, Sarah Sofyan. "The Lines Series mengusung tema pemberdayaan perempuan. Tema ini secara khusus dibuat untuk semua perempuan dengan keunikannya masing-masing," cerita Linda Anggrea, pemilik Buttonscarves.

Perpaduan desain garis-garis tebal dan halus yang indah dan harmonis menggambarkan bagaimana sosok perempuan dibalik karakternya yang tegas, mandiri dan cerdas, juga memiliki sisi lembut. Linda memilih warna-warna lembut dan natural seperti merah muda, cokelat, hitam dan putih untuk koleksi hijab terbarunya ini dan sesuai dengan data tren hijab yang dikeluarkan Moka. gma/R-1

Komentar

Komentar
()

Top