Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Geger! Ukraina Makin Terdesak, Putin Perbolehkan PBB dan Palang Merah Ikut Agenda Baik Ini di Mariupol

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Presiden Rusia, Vladimir Putin, menyepakati prinsip keterkaitan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Komite Internasional Palang Merah (ICRC) dalam evakuasi warga di pabrik baja Azovstal, Mariupol.

Kesepakatan tersebut dicapai usai Putin bertemu dengan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, Antonio Guterres.

"Presiden setuju, secara prinsip, akan keterlibatan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Komite Internasional Palang Merah dalam evakuasi warga sipil dari pabrik Avozstal di Mariupol," ujar juru bicara Guterres, Stephane Dujarric, dalam sebuah keterangan pers, Selasa (26/4).

Dujarric juga menjelaskan, dialog kedepannya terkait hal tersebut bakal dibicarakan pihak Kantor Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) dan Kementerian Pertahanan Rusia.

Tidak hanya membicarakan situasi Mariupol, Guterres ikut memberikan pembentukan 'Kelompok Kontak Kemanusiaan' yang didalamnya Rusia, Ukraina, dan PBB. Kelompok itu dibangun untuk mencari peluang membuka koridor kemanusiaan, dengan penghentian kekerasan lokal, dan menjamin itu efektif.

Selain itu, Guterres diagendakan bertemu dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, pada Kamis (28/4).

Kemarin bertemu Guterres, Putin menyebutkan kepada Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, bahwa operasi militer di Mariupol itu tidak ada. Putin juga menilai Ukraina harus bertanggung jawab atas nasib masyarakat yang bersembunyi di pabrik baja Azovstal.

Untuk itu, Mariupol adalah kota pelabuhan yang kini diduduki Rusia.

Tepat di 21 April, Rusia mendeklarasikan kemenangan mereka atas Mariupol meski sejumlah pejuang Ukraina masih berdiam di ruang bawah tanah pabrik Azovstal.

Sementara Pihak Rusia sempat menyebutkan bakal membuka koridor kemanusiaan di pabrik Azovstal untuk warga sipil, Senin (25/4). Meski begitu, Ukraina mengklaim rencana itu tidak benar dan Rusia masih menyerang daerah tersebut.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Zulfikar Ali Husen

Komentar

Komentar
()

Top