Berdasarkan rilis Pfizer dari studi kedua bahwa pengobatan mengurangi rawat inap sekitar 70 persen dalam uji coba yang lebih kecil dari orang dewasa berisiko standar, termasuk beberapa orang yang divaksinasi berisiko lebih tinggi.
Pfizer mengemukakan hasil tersebut menunjukkan tren positif, tetapi tidak signifikan secara statistik. Diketahui, mereka mengikuti hasil dan berencana untuk merilis data dari 20 persen terakhir peserta dalam uji coba 1.100 pasien.
Dilaporkan, uji coba tersebut tidak menunjukkan bahwa obat tersebut mengurangi gejala COVID-19 pada populasi itu.
Dolsten berharap dengan adanya otorisasi tersebut dapat digunakan pada individu berisiko tinggi dari Food and Drug Administration AS (FDA) dan badan pengatur lainnya sesegera mungkin.
"Kami sedang dalam dialog regulasi yang sangat maju dengan Eropa dan Inggris, dan kami memiliki dialog dengan sebagian besar badan pengatur utama secara global," tutur Dolsten.
Untuk diketahui, Pfizer mengirimkan data ke FDA dan meminta otorisasi penggunaan darurat (Emergency Use Authorization/EUA) untuk obat tersebut pada bulan lalu.
Seorang profesor di Harvard Medical School Dr Paul Sax mengatakan bahwa obat tersebut adalah hasil yang sangat menarik.
"FDA harus mencoba untuk mempercepat proses otorisasi, mencatat ada pilihan pengobatan yang sangat terbatas untuk orang berisiko tinggi di luar rumah sakit."
Komentar
()Muat lainnya