Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Diplomasi AS-Russia

Gedung Putih Tolak Akui Aneksasi Crimea

Foto : AFP/Mandel Ngan
A   A   A   Pengaturan Font

WASHINGTON DC - Gedung Putih pada Senin (2/7) mengatakan bahwa mereka menolak aneksasi Russia atas Semenanjung Crimea yang direbut dari Ukraina pada 2014. Gedung Putih juga menyatakan bahwa sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Russia akan tetap berlaku hingga Moskwa melepas Crimea.

"Kami tak akan mengakui upaya Russia untuk menganeksasi Crimea. Kami pun sepakat untuk terus memberikan sanksi terhadap Russia hingga negara itu mengembalikan kawasan semenanjung itu pada Ukraina," kata juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders, dalam konferensi pers.

Ketegasan Gedung Putih disampaikan terkait kepastian rencana pertemuan Presiden AS, Donald Trump, dengan Presiden Russia, Vladimir Putin, di Helsinki, Finlandia, pada 16 Juli mendatang.

Sebelumnya Kremlin mengatakan bahwa Presiden Putin dan Presiden Trump akan membahas isu-isu apapun kecuali soal Crimea.

"Presiden Putin berulang kali menyampaikan bahwa Crimea tak akan dijadikan agenda pembahasan karena wilayah itu merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Russia," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.

Pada awal 2014, di Ibu Kota Kiev terjadi kemelut hingga berujung dengan tersingkirnya Presiden Ukraina yang pro-Russia, Viktor Fedorovych Yanukovych. Kemelut di Ukraina bertambah parah saat kelompok pro-Russia melakukan pemberontakan di perbatasan. Ditengah kemelut, pasukan Russia tanpa seragam militer menduduki Crimea.

Usai pendudukan, digelar referendum di wilayah Crimea yang sebagian besar populasinya fasih berbahasa Russia dan akhirnya pada 8 Maret, Russia secara resmi menyatakan aneksasi terhadap Crimea.

Persiapan Pertemuan

Sementara itu pada Selasa (3/7) dilaporkan bahwa sejumlah senator AS telah melakukan kunjungan ke Moskwa. Para senator AS itu melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Russia, Sergei Lavrov, untuk membahas persiapan pertemuan Trump-Putin dua pekan mendatang.

"Kami mengakui bahwa dunia akan lebih baik jika tak terjadi banyak ketegangan antara AS dan Russia. Memperbaiki hubungan mungkin bisa menyingkirkan sejumlah perselisihan," kata Senator Richard Shelby saat bertemu dengan Menlu Lavrov di kantor Kementerian Luar Negeri Russia di Moskwa.

"Kami berharap pertemuan Trump-Putin di Helsinki, akan jadi awal mula dari hari yang baru," imbuh Senator Shelby. Juru bicara Kremlin mengatakan bahwa tak ada rencana para senator AS ini akan melakukan pertemuan dengan Presiden Putin. Peskov pun menambahkan bahwa Kremlin amat puas dengan kunjungan para senator AS itu ke Russia.

Moskwa dan Washington DC mengumumkan tanggal pertemuan Trump-Putin setelah Penasihat Keamanan Nasional AS, John Bolton, melakukan pertemuan dengan Presiden Putin di Moskwa pada pekan lalu.

Pertemuan pemimpin negara dari AS dan Russia itu dilaksanakan usai KTT NATO di Brussels, Belgia, pada 11 dan 12 Juli mendatang. Negara-negara sekutu AS di Eropa, mengkhawatirkan pertemuan Trump-Putin akan jadi faktor perpecahan antara negara-negara anggota NATO dengan AS. Kekhawatiran ini dipicu sikap AS yang berseberangan dengan negara-negara anggota G7 saat pertemuan di Quebec, Kanada, pada 9 Juni lalu.

AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top