Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Special Lecture

Gaya Hidup Digital Nomad bagi Millennial Korsel

Foto : dok. kbri Korsel
A   A   A   Pengaturan Font

Sudah menjadi keniscayaan bahwa dengan perkembangan teknologi informasi, terutama dengan munculnya internet, banyak tercipta peluang kerja baru. Youtuber dan Selebgram saat ini menjadi pilihan profesi menjanjikan bagi banyak kaum millennial.

Ya, tren ini banyak mengubah pola pikir anak muda zaman now. Siapa yang tidak tertarik untuk tinggal di Bali, bekerja hanya dengan laptop yang tersambung saluran internet gratis yang disediakan di cafe - cafe sambil menyeruput kopi vanilla late? Tak perlu waktu dihabiskan seharian di kantor. Cukup bekerja beberapa jam saja, sisa waktu dapat dinikmati dengan surfing, jalan-jalan di pantai ataupun kongkow dengan teman - teman satu komunitas.

Itulah gambaran digital nomad yang dipaparkan Dubes RI untuk Korea Selatan (Korsel), Umar Hadi dihadapan lebih dari seratus mahasiswa di Busan dalam Special Lecture yang diselenggarakan sebagai salah satu mata program dalam promosi terpadu KBRI Seoul bertema Easy Access Indonesia; Unlocking the Infinite Culture, Nature and Venture, pekan lalu, di kampus Busan University of Foreign Studies (BUFS) bekerja sama dengan ASEAN Culture House di Busan.

Special lecture yang juga dihadiri mahasiswa dari Kyungsung University, Busan National University dan Youngsan University tersebut memang menggaris bawahi kekuatan ekonomi digital yang sangat menjanjikan bagi kalangan generasi muda. Dicontohkan, banyak start up Indonesia yang menjadi luar biasa sukses dari lini bisnis ini. "Dalam hitungan beberapa tahun saja, di Indonesia sudah muncul beberapa Unicorn atau perusahan beromset minimal satu miliar dollar AS," papar Dubes.

Masih dalam konteks digital nomad, Umar juga memperkenalkan Indonesia sebagai magnet bagi para digital nomad dunia. "Di mana lagi kalian mampu menyewa rumah dengan kolam renang dan pemandangan asri persawahan dengan harga yang jauh lebih murah dibanding di Silicon Valley AS? Bali lah salah satunya di Indonesia yang sangat tepat untuk menjalankan bisnis kalian. Kalian cukup membawa laptop saja," tuturnya.

Selain memaparkan prospek ekonomi digital, Special Lecture berjudul Indonesia Update ini juga mengulas berbagai perkembangan terkini Indonesia yang meliputi peran Indonesia di tataran regional dan global, hubungan Indonesia dan Korsel serta berbagai alasan mengapa kaum muda Korsel harus mengunjungi Indonesia tanpa perlu menunggu hingga mereka tamat kuliah terlebih dahulu.

"Percayalah, perjalanan kalian akan terasa lebih menarik dan menyenangkan kalau kalian ke Indonesia sekarang saat kalian belum lulus kuliah. Dan percayalah bahwa masa depan kalian akan jauh lebih baik dari apa yang kalian bayangkan saat ini, karena apa yang terwujud di dunia ini adalah akumulasi dari mimpi - mimpi generasi muda seperti kalian," pungkasnya.

Di samping itu, Umar berkesempatan bertemu dengan Presiden BUFS Prof. Jung Giyoung. Keduanya sepakat untuk membentuk dan mempromosikan Departemen Kajian Indonesia di BUFS serta menjembatani semakin banyaknya mahasiswa Indonesia untuk belajar di BUFS.

Janji Dubes dalam Safari Ramadan

KBRI Seoul selalu berupaya meningkatkan kinerja dalam memberikan pelayanan dan perlindungan terhadap semua WNI yang bermukim di Korsel. Semua serba mudah dan dipermudah. Tak terkecuali dalam pengurusan paspor. "Membuat paspor itu sama di seluruh dunia. Di Korea bayarnya menggunakan Won, yaitu 30.000 Won. Saya berani memberikan garansi, tidak akan ada pungli di KBRI. Sampaikan kalau ada, akan saya pecat petugasnya!" ujar Umar Hadi dihadapan tak kurang dari 500 WNI yang berkumpul di Masjid Al Barokah di Kota Gimhae, yang merupakan salah satu kantong Pekerja Migran Indonesia (PMI) terbesar di Korsel, saat melakukan safari Ramadan, pekan lalu.

Sebagai minoritas, tentunya membuat pemeluk agama Islam di Negeri Ginseng ini menjadikan Ramadan sebagai waktu yang tepat untuk berkumpul. Entah untuk berbuka bersama, ataupun mengkaji agama bersama-sama. Begitu juga yang dilakukan WNI di Korsel yang sebagian besar merupakan PMI. Momen ini dimanfaatkan Umar untuk menyambangi mereka guna bersilaturahim serta mendengarkan curhatan mereka.

"Silahkan curhat ke KBRI apapun masalahnya. Urusan apa saja akan dicarikan solusinya. Pintu KBRI selalu terbuka. Kalaupun jauh dari tempat tinggal saat ini, hubungi kami melalui telpon, email maupun media sosial. Semua WNI miliki hak yang sama. KBRI tidak akan membeda-bedakan dalam hal pelayanan dan perlindungan." ungkapnya.

Masih dalam upaya memaksimalkan perlindungan WNI, Umar juga mengadakan pertemuan dengan para agen PMI, terutama yang bekerja di sektor perikanan. Umar meminta para agen untuk memastikan kesehatan seluruh PMI. "Jika para pekerja tersebut sehat dan selamat selama bekerja, maka semua urusan dan pencapaian target pekerjaan akan menjadi mudah," tegasnya.

Menurut catatan KBRI, PMI yang dikirim ke Korsel melalui skema Government to Government (G to G) sektor perikanan banyak dipekerjakan dibudidaya perikanan seperti tambak, industri pengolahan ikan atau pada kapal penangkap ikan dengan berat di bawah 20 ton yang beroperasi di perairan Korsel. Namun tak sedikit juga PMI yang menjadi Anak Buah Kapal (ABK) di kapal dengan berat di atas 20 ton.

Kapal dengan berat ini wilayah operasinya hingga di luar perairan Korea. Masalah kesehatan kerap menimpa para ABK tersebut. Selama 2017, total sebanyak 26 PMI meninggal dunia. Sebagian besar karena masalah kesehatan. Terutama yang menimpa para PMI yang bekerja di sektor ini tercatat mencapai 4.632 orang.

Kegiatan safari Ramadan dan pertemuan dengan agen PMI di Busan dan sekitarnya tersebut merupakan bagian dari Promosi Terpadu KBRI Seoul yang menitikberatkan pada upaya memperkenalkan berbagai potensi ekonomi, budaya dan pariwisata serta pembinaan dan perlindungan WNI di Provinsi Busan dan sekitarnya.

Berdasarkan data pemeriksaan kesehatan yang dilakukan KBRI terhadap ratusan PMI sebulan sebelumnya ditemukan banyak dari mereka mengalami berbagai masalah kesehatan seperti tekanan darah dan gula darah tinggi. Tak sedikit juga dari PMI yang mengalami stres. Secara umum kondisi lingkungan tempat tinggal dan tempat kerja, serta kondisi geografi berpengaruh terhadap tingkat stres tersebut.

purno widodo/R-1

Komentar

Komentar
()

Top