Gaya Busana yang Terinspirasi Musik Hip Hop
Foto: dok. Paul Frank indonesiaStreetwear, salah satu gaya pakaian yang terinspirasi dari musik hiphop semakin hari semakin populer. Tidak sedikit juga local brand Indonesia bahkan memilih gaya busana streetwear sebagai lini pakaian yang mereka luncurkan.
Sebuah survei terbaru yang dilakukan pada pengguna pakaian streetwear mengatakan pengaruh influencer khususnya di sosial media sangat berlebihan. Hanya satu per tiga dari influencer dunia maya itu yang dapat menjadi inspirasi mereka pada gaya busana ini. Kebanyakan mereka memilih untuk mengikuti para pelaku industri fesyen ataupun musisi.
Namun, pada survei kedua dari orang-orang yang bekerja di industri fesyen streetwear, mayoritas responden mengatakan mereka menghabiskan satu per empat ataupun tiga per empat pengeluaran marketing mereka pada influencer. Survei yang dilakukan Streetwear Impact Report ini didapatkan dari hampir 41 ribu responden guna menganalisis dan mendapatkan pandangan mengenai bagaimana dan kenapa orang-orang membeli streetwear.
Angelo Bague, mantan Brand Director dari Supreme yang mungkin brand streetwear terbesar di dunia, mengatakan istilah streetwear sudah muncul sebelum 2010. Ketika brand ini lebih mengarah ke rapper, peselancar, seniman grafiti serta pemain skateboard hingga akhirnya dilirik industri fesyen. "Sebelumnya itu adalah urban-wear, yang mana merupakan cara untuk mengatakan pakaian yang dikenakan berwarna hitam dan dikenakan orang Puerto Rico," kata Baque.
Di akhir 1980an dan awal 1990an, brand fesyen mandiri mulai berkembang. Mulai daerah West Coast, di mana ada brand peselancar dan skate seperti Stussy dan Freshjive dan brand hiphop X-Large dan Cross Colours. Sementara di East Coast, ada Triple Five Soul, Ecko Unlimited, Supreme dan brand lainnya.
Streetwear, menurut Baque telah mencapai babak ke sepuluh. Bagaimana sosial media dapat membuat masyarakat tersadar akan adanya gaya ini, dan juga internet yang menetaskan banyak grup rap, sehingga tidak mengherankan kalau streetwear menjadi gaya yang mainstream.
"Di awal 90-an, kita semua terpaku pada subkultur. Semisalnya, skateboard dan grafiti atau punk rock. Dibandingkan brand sekarang, mereka tidak terpaku pada subkultur tertentu. Mereka muncul dari mana saja," kata Erik Brunetti, desainer dari FUCT. gma/R-1
Gaya yang Lebih Individual
Pengaruh streetwear terjadi di mana saja, termasuk mewabah pada brand Paul Frank. Awalnya brand ini lebih menargetkan pada perempuan muda dengan koleksinya yang cenderung menampilkan pakaian yang childish dan feminim. Untuk terus mengikuti tren pasar, Paul Frank pun mengubah konsep toko mereka menjadi lebih modern.
Mereka saat ini fokus mengembangkan produk ke arah gaya streetwear dan mengubah konsep gerai mereka menjadi lebih modern dan kekinian. Termasuk menghadirkan gimmik berupa spot yang sangat cocok untuk diunggah di sosial media dan layanan Do It Yourself.
"Kami ingin pelanggan merasakan pengalaman baru saat berbelanja di gerai kami. Kuncinya adalah bagaimana caranya meningkatkan keterlibatan pelanggan saat berbelanja dengan menghadirkan berbagai aktivitas menarik yang relevan dengan tren sekarang serta sesuai kebiasaan pelanggan," cerita Tiara Nurmalita Dewi, Brand Manager Paul Frank Indonesia.
Tiara menambahkan generasi milenial saat ini sangat menyukai sesuatu yang terlihat modern, simpel dengan tidak terlalu banyak warna atau corak yang biasanya merujuk ke gaya streetwear. Dengan begitu, adanya Do It Yourself di gerai mereka sangat membantu para milenial ini untuk mendapatkan pakaian kostumisasi sendiri yang sesuai gaya dan keinginan mereka.
Kehadiran layanan Do It Yourself ini bisa menjadi jawaban bagi pelanggan yang ingin mengekspresikan kreativitas mereka. Pelanggan bisa menambahkan stiker desain gambar Paul Frank pada kaus mereka dengan menggunakan heat press machine dalam waktu yang sangat singkat.
"Di era yang instan dan mass production ini, tidak dapat dipungkiri bahwa kebutuhan akan personalized products semakin meningkat. Hal tersebut erat kaitannya dengan identitas diri dan kreativitas kita sebagai individu. Tidak ada cara yang lebih baik dalam mempersonalisasi barang-barang kita selain dengan melakukannya sendiri," tambah Tiara. gma/R-1
Di Balik Model Pakaian Kebesaran
Gaya streetwear memang masih didominasi generasi milenial, namun bukan berarti hanya bisa dikenakan anak muda saja. Itu karena kebanyakan pakaian streetwear memiliki potongan simpel, modern dengan warna dan corak yang tidak terlalu banyak.
Lantas, bagaimana caranya agar terlihat bergaya streetwear? Mudah saja, menurut Tiara biasanya produk pakaian streetwear cenderung kebesaran dengan potongan bahu yang lebih turun dibandingkan baju biasanya. "Kalau gaya produknya drop shoulder, atau potongan bahu lebih ke bawah lagi dengan sizing yang lebih besar," katanya.
Sementara produk yang paling banyak dikenakan adalah hoodie dan sweatsize dengan ukuran besar pastinya. Pakaian yang biasanya dikenakan berukuran M, untuk mendapatkan kesan streetwear dan rebel, penggunanya memakai pakaian berukuran L atau malah XL. Untuk menambahkan kesan, bisa pula ditambah aksesoris seperti topi.
Namun ternyata pakaian kebesaran bisa menimbulkan kesan berbeda pada pemakainya. Semisalnya pakaian berbahu lebar. Ternyata pakaian berbahu lebar memperkuat bentuk tubuh superhero-esque atau tubuh ala pahlawan super yang merupakan cita-cita publik.
Sehingga pakaian itu dirancang agar bisa terlihat kuat dan mengesankan. Pertama kali tren ini muncul sekitar 1980-an. Bertepatan dengan munculnya gym dan pandangan baru mengenai super-berotot dari tubuh laki-laki.
Selain itu, ternyata ada manfaat nyata untuk mengenakan pakaian besar. Untuk satu hal, mereka memungkinkan lebih banyak pergerakan dan sirkulasi udara. Artinya, dalam berbagai situasi, mereka berada pada posisi yang jauh lebih nyaman dibandingkan mereka yang mengenakan pakaian ketat.
Secara estetika, mereka mengirimkan sinyal untuk tidak terlalu banyak berbicara mengenai gaya pakaian mereka dan mengirimkan sinyal bahwa percaya diri akan busana yang dikenakannya. Gaya berbusana tidak hanya membicarakan mengenai estetika berpakaian karena yang paling penting adalah kenyamanan dalam berbusana. gma/R-1
Redaktur:
Penulis:
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 3 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 4 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 5 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
Berita Terkini
- MMKSI Luncurkan Varian Baru Mitsubishi Xforce Ultimate with Diamond Sense,
- Dubes RI untuk Belanda: Dukungan BNI pada KMILN Tegaskan Posisinya sebagai Bank Global
- IDI Kabupaten Banyumas Bagikan Cara Tepat Obati Penyakit Tekanan Darah Tinggi yang Efektif
- IDI Jawa Tengah BagikanTips Kesehatan Cara Cepat Hamil Setelah Haid
- Khofifah - Emil Ajak Pendukung Doa Bersama dan Sukseskan Pilgub Jatim