Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Gawat Jangan Sampai Penderita Covid-19 Terkena Badai Sitokin, Ini Gejala dan Penanganannya

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Badai sitokin merupakan salah satu komplikasi yang bisa dialami oleh penderita COVID-19. Badai sitokin sendiri sebenarnya bukanlah nama penyakit. Kondisi ini sering kali menyebabkan kematian pada pasien Covid-19.

Badai sitokin merupakan sindrom yang mengacu pada sekelompok gejala medis di mana sistem kekebalan tubuh mengalami terlalu banyak peradangan. Akibatnya, organ gagal berfungsi dan memicu kematian.

Kondisi ini perlu diwaspadai dan perlu segera ditangani secara intensif. Bila dibiarkan tanpa penanganan dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ hingga kematian.

Kenali apa itu badai sitokin, gejala badai sitokin, dan pengobatannya.

Apa itu badai sitokin?

Badai sitokin dikenal juga dengan cytokine storm. Sitokin merupakan salah satu protein yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh.

Dalam kondisi normal, sitokin membantu sistem imun berkoordinasi dengan baik dalam melawan bakteri atau virus penyebab infeksi. Sitokin akan bergerak menuju jaringan yang terinfeksi, misalnya paru-paru dan bekerja sama dengan sel darah putih untuk melawan virus, dikutip dari Alodokter.

Namun, jika diproduksi secara berlebihan, sitokin justru dapat menyebabkan kerusakan di dalam tubuh. Inilah yang disebut sebagai badai sitokin.

Saat kondisi tubuh terus menerus memproduksi sitokin dan melepaskan terlalu banyak sitokin ke dalam darah dalam jangka waktu yang sangat cepat sehingga kerja sitokin tak terkendali.

Kondisi ini membuat sel imun justru menyerang jaringan dan sel tubuh yang sehat, sehingga menyebabkan peradangan. Kondisi ini diketahui dengan pemeriksaan D-dimer dan CRP pada penderita COVID-19.

Alih-alih melawan virus, badai sitokin justru menyerang organ atau jaringan. Padahal virus sudah mati atau tak ada di tubuh. Inilah yang menjadi alasan badai sitokin kerap terjadi saat seseorang dinyatakan sudah sembuh dari Covid-19.

Tak jarang peradangan membuat organ-organ di dalam tubuh menjadi rusak dan gagal berfungsi. Inilah yang membuat badai sitokin perlu diwaspadai, karena bisa sampai menyebabkan kematian.

Pada penderita COVID-19, badai sitokin menyerang jaringan paru-paru dan pembuluh darah serta bisa menyebabkan kebocoran paru, pneumonia dan kekurangan oksigen dalam darah. Alhasil alveoli atau kantung udara kecil di paru-paru akan dipenuhi oleh cairan.

Hal inilah yang menyebabkan kondisi pasien memburuk dan organ rusak sehingga tidak memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen dalam tubuh dan menyebabkan penderita COVID-19 sering mengalami sesak napas.

Kondisi ini meningkatkan risiko kematian pada orang orang yang terkena badai sitokin.

Gejala Badai Sitokin pada Penderita COVID-19

Sebagian besar penderita COVID-19 yang mengalami badai sitokin mengalami demam dan sesak napas hingga membutuhkan alat batu napas atau ventilator. Kondisi ini biasanya terjadi sekitar 6-7 hari setelah gejala COVID-19 muncul.

Selain demam dan sesak napas, badai sitokin juga menyebabkan berbagai gejala, seperti:

  • Kedinginan atau menggigil
  • Kelelahan
  • Pembengkakan di tungkai
  • Mual dan muntah
  • Nyeri otot dan persendian
  • Sakit kepala
  • Ruam kulit
  • Batuk
  • Napas cepat
  • Kejang
  • Sulit mengendalikan gerakan
  • Kebingungan dan halusinasi
  • Tekanan darah sangat rendah
  • Penggumpalan darah

Penanganan Badai Sitokin

Penderita COVID-19 yang mengalami badai sitokin memerlukan perawatan di unit perawatan intensif (ICU). Beberapa langkah penanganan yang akan dilakukan dokter, meliputi:

  • Pemantauan tanda-tanda vital, yang meliputi tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh, secara intensif
  • Pemasangan mesin ventilator
  • Pemberian cairan melalui infus
  • Pemantauan kadar elektrolit
  • Cuci darah (hemodialisis)
  • Pemberian obat anakinra atau tocilizumab (actemra) untuk menghambat aktivitas sitokin

Meski demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penanganan yang tepat terhadap penderita COVID-19 yang mengalami badai sitokin.


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Aris N

Komentar

Komentar
()

Top