Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Gawai Lahirkan Generasi Nunduk

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Oleh Irma Suryani

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementerian Agama berencana menyusun regulasi penggunaan gawai bagi anak-anak. Regulasi dipandang perlu mengingat berbagai dampak buruk yang ditimbulkan penggunaan gawai secara berlebihan di kalangan anak-anak dan remaja. Dampak buruk itu mulai dari berkurangnya konsentrasi, gangguan perkembangan psikomotorik, menurunnya daya memori dan berpikir, hingga lemahnya kemampuan berpikir analitis.

Harus diakui, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi bergerak demikian cepat. Berbagai perangkat canggih melimpah di sekeliling dan mewarnai hidup. Gawai salah satunya. Dengan segudang fitur, tak sedikit jenis gawai yang fungsinya sudah sama dengan komputer. Lewat gawai, masyarakat bukan hanya bisa mengirim dan menerima teks serta suara, tetapi juga gambar serta video seketika.

Selain itu, pengguna mudah berselancar di dunia virtual untuk mereguk aneka ragam data dan informasi tanpa batas. Gawai menyediakan banyak aplikasi hiburan dan permainan. Anak-anak dan remaja menjadi salah satu kelompok yang semakin aktif menggunakan gawai.

Dengan harga gawai yang semakin terjangkau dan pilihannya pun semakin banyak, menjadikan kian meningkat saja anak dan remaja menenteng gawai. Bagi sebagian anak dan remaja, selain kebutuhan sebagai alat komunikasi, gawai berfungsi pula sebagai penunjang eksistensi agar terlihat modis dan trendi.

Persoalannya, seperti juga produk-produk teknologi lainnya, gawai bukan hanya membawa sejumlah sisi positif, tetapi juga negatif. Dalam konteks anak dan remaja yang masih pelajar, kehadiran gawai sebenarnya dapat menjadi sarana ampuh mendukung proses belajar di sekolah maupun rumah. Berbagai aplikasi dalam gawai dapat dimanfaatkan untuk mendukung proses pembelajaran aneka disiplin ilmu seperti bahasa, biologi, fisika, geografi, kimia, dan matematika. Gawai juga sangat membantu pelajar mencari bahan-bahan menyelesaikan tugas-tugas sekolah.

Akan tetapi, di sisi lain, gawai dapat membawa sejumlah pengaruh buruk. Penggunaan berlebihan di kalangan anak-anak dan remaja membawa implikasi buruk terhadap perilaku dan kesehatan. Bukan rasahasia lagi, kini tidak sedikit anak-anak dan remaja yang cenderung menjadi autis. Mereka asyik dengan dunia sendiri, sehingga tidak acuh terhadap orang lain.

Dalam banyak kesempatan sering tampak anak-anak muda meski bersama-sama dalam sebuah kesempatan, sama sekali tidak berkomunikasi satu sama lain karena sibuk dengan gawai masing-masing. Melihat fenomena seperti ini, sebagian kalangan menilai, gawai telah melahirkan generasi menunduk, yang dalam banyak kesempatan senantiasa menunduk karena sibuk memainkan gawai.

Carikan Solusi

Penggunaan gawai kalangan anak-anak dan remaja di lingkungan sekolah sedikit banyak memudahkan plagiarisme saat mengerjakan tugas-tugas. Sementara itu, ditilik dari aspek kesehatan, sejumlah kajian menyimpulkan, penggunaan gawai, terutama di malam hari, berkontribusi lemunculan berbagai gangguan tidur. Akhirnya, memicu gangguan kesehatan lainnya yang lebih serius.

Di sisi lain, penggunaan gawai kalangan anak-anak dan remaja juga memungkinkan semakin mudah mengakses materi-materi kekerasan dan pornografi. Faktanya, tidak sedikit anak maupun remaja melakukan tindakan asusila karena terpengaruh konten-konten gawai. Pengaruh-pengaruh buruk penggunaan gawai seperti dipaparkan, tentu saja harus segera dicarikan solusinya. Pelarangan sama sekali bukan solusi terbaik. Kemajuan teknologi tidak akan mungkin dapat dilawan hanya dengan sebuah larangan penggunaannya.

Jumlah anak dan remaja pengguna gawai bakal terus meningkat . Hal ini tidak bakal bisa dibendung. Untuk itu, perlu kesadaran semua pihak, terutama keluarga dan sekolah untuk bisa semaksimal mungkin mengawasi dan mengarahkan sehingga tidak begitu saja mereka menjadi budak dan korban kemajuan teknologi. Maka, salah satu ikhtiar yang perlu dilakukan untuk mencegah dampak negatif dari penggunaan gawai dengan membangun dan menanamkan kesadaran digital.

Secara sederhana, kesadaran digital dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan, memahami, mengevaluasi, menciptakan, dan mengomunikasikan informasi menggunakan teknologi digital secara tepat guna. Di sejumlah negara, membangun dan menanamkan kesadaran digital menjadi salah satu program pokok Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mereka melibatkan secara aktif institusi sekolah dan keluarga.

Tujuan utamanya, agar anak-anak dan remaja mampu memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi secara benar, aman, serta efektif. Membangun dan menanamkan kesadaran digital di kalangan anak-anak dan remaja mendesak dilakukan. Di Belanda, misalnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun 2006 meluncurkan program Digibewuust en Digivaardig. Salah satu tujuannya, agar anak-anak mampu memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi secara benar, aman, serta efektif.

Dengan mempertimbangkan dampak-dampak negatif terkait kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi harus segera dibangun kesadaran digital. Dengan kesadaran digital, anak-anak dan remaja negeri ini dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara lebih kritis dan bertanggung jawab. Mereka mampu memilah aktivitas positif dan negatif baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Yang juga tidak kalah krusial, pemerintah harus mampu menciptakan iklim yang mendorong masyarakat berlomba menciptakan konten-konten internet bermutu bagi generasi muda. Dengan begitu, bangsa Indonesia semakin produktif.


Penulis Lulusan STAI Sukabumi

Komentar

Komentar
()

Top