Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Gangguan Medan Magnet Bumi Sebabkan Burung Tersesat

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Ilmuwan menemukan burung migran yang tersesat dan jadi pengelana dalam perjalanan bisa menyebabkan penurunan populasi mereka di Amerika utara. Dari hasil analisa, fenomena tersebut disebabkan oleh kesalahan navigasi karena terjadi gangguan medan magnet Bumi.

Migrasi burung merupakan pergerakan populasi burung dari tempat berkembangbiak menuju tempat mencari makan pada waktu tertentu setiap tahun. Migrasi dilakukan saat iklim di tempat asalnya tidak memungkinkan untuk mendapatkan makanan.

Dalam bermigrasi, burung menggunakan navigasi berdasarkan berbagai indera. Banyak burung yang terbukti menggunakan kompas Matahari pada siang hari. Menggunakan Matahari sebagai media pengarah melibatkan kebutuhan burung dalam membuat kompensasi berdasarkan waktu.

Navigasi juga telah terbukti didasarkan pada kombinasi kemampuan lain termasuk kemampuan untuk mendeteksi medan magnet (magnetoreception) Bumi, menggunakan penunjuk visual serta saraf olfaktori atau saraf kranial (olfaktorius) yang merupakan sel reseptor utama untuk indra penciuman.

Medan magnet Bumi, yang membentang antara kutub utara dan selatan, dihasilkan oleh beberapa faktor, baik di atas maupun di bawah permukaan planet. Penelitian laboratorium selama beberapa dekade menunjukkan bahwa burung dapat merasakan medan magnet menggunakan magnetoreseptor di mata mereka.

Namun burung migran umumnya mengandalkan medan magnet bumi untuk bermigrasi. Dalam perjalanan mereka mengalami masalah navigasi karena terjadinya gangguan geomagnetik. Hal ini mengakibatkan burung tersesat dari tujuan awal, sebuah fenomena yang oleh para ilmuwan disebut sebagai "pengembaraan" (vagrancy).

Fenomena pengembaraan disebabkan oleh gangguan medan magnet Bumi. Sementara faktor lain seperti cuaca kemungkinan memainkan peran lebih besar menyebabkan pengembaraan adalah korelasi yang kuat antara burung yang ditangkap jauh di luar jangkauan yang diharapkan dan gangguan geomagnetik yang terjadi selama migrasi musim gugur dan musim semi.

Tampaknya cukup logis bahwa cuaca buruk terkadang dapat menyebabkan burung menjadi bingung selama migrasi musim gugur tahunan mereka. Akibatnya mereka berakhir di wilayah yang tidak biasa mereka kunjungi.

Tetapi mengapa, meskipun cuaca bukan merupakan faktor utama, burung melakukan perjalanan jauh dari rute biasanya?

Sebuah makalah baru oleh ahli ekologi University of California Los Angeles (UCLA) mencoba menelusuri penyebabnya dari sisi geomagnetik. Dalam penelitian yang dipublikasikan pada jurnal Scientific Reports penyebab pengembaraan burung dapat terjadi bahkan dalam cuaca yang sempurna untuk bermigrasi, terutama selama migrasi musim gugur.

"Ada semakin banyak bukti bahwa burung benar-benar dapat melihat medan geomagnetik," kata Morgan Tingley, penulis korespondensi makalah dan profesor ekologi dan biologi evolusi UCLA, seperti dikutip dari Science Daily.

Peneliti mengaitkan fenomena pengembaraan tersebut dengan menurunnya populasi burung Amerika utara. Mereka menduga penyebab penurunan populasi adalah karena fenomena pengembaraan yang kadang berakhir dengan kematian.

Dengan pengetahuan ini para ilmuwan terbantu dalam memahami ancaman yang dihadapi burung dan cara mereka beradaptasi dengan ancaman tersebut.

Perspektif Ekologis

Fenomena pengembaraan menurut peneliti tidak berarti negatif. Bisa jadi bermanfaat bagi burung yang rumah tradisionalnya tidak dapat dihuni lagi karena perubahan iklim dan secara tidak sengaja mereka masuk pada wilayah geografis yang kemungkinan bisa lebih cocok untuk menjadi rumah baru.

Studi UCLA yang baru mendukung temuan tersebut dari perspektif ekologis. "Di daerah yang sudah dikenal, burung dapat bernavigasi berdasarkan geografi, tetapi dalam beberapa situasi lebih mudah menggunakan geomagnetisme," terang Tingley.

Namun kemampuan burung untuk bernavigasi menggunakan medan magnet dapat terganggu saat medan magnet tersebut terganggu. Gangguan tersebut dapat berasal dari medan magnet matahari, misalnya, terutama selama periode aktivitas matahari yang tinggi, seperti bintik matahari dan jilatan api matahari, tetapi juga dari sumber lain.

"Jika medan magnet mengalami gangguan, itu seperti menggunakan peta yang terdistorsi yang membuat burung keluar jalur," kata Tingley.

Peneliti utama penelitian tersebut adalah Benjamin Tonelli adalah seorang mahasiswa doktoral UCLA. Ia bekerja dengan Tingley dan peneliti postdoctoral Casey Youngflesh untuk membandingkan data dari 2,2 juta burung, yang mewakili 152 spesies, yang telah ditangkap dan dilepaskan antara 1960 dan 2019. Penelitan tesebut bagian dari pelacakan Survei Geologi Amerika Serikat program terhadap catatan sejarah gangguan geomagnetik dan aktivitas Matahari.

Sementara faktor lain seperti cuaca kemungkinan memainkan peran lebih besar dalam menyebabkan pengembaraan. Para peneliti menemukan korelasi kuat antara burung yang ditangkap jauh di luar jangkauan yang diharapkan dan gangguan geomagnetik yang terjadi selama migrasi musim gugur dan musim semi. Tetapi hubungan gangguan geomagnetik dengan cuaca sangat menonjol selama migrasi musim gugur.

"Gangguan geomagnet mempengaruhi navigasi burung muda dan tua mereka, menunjukkan bahwa burung juga mengandalkan geomagnetisme terlepas dari tingkat pengalaman migrasi mereka," papar Tonelli.

Para peneliti memperkirakan gangguan geomagnet yang terkait dengan aktivitas Matahari yang meningkat berkaitan dengan sebagian besar pengembaraan. Yang mengejutkan mereka, aktivitas Matahari justru mengurangi kejadian pengembaraan.

Salah satu alasan yang mungkin adalah bahwa aktivitas frekuensi radio yang dihasilkan oleh gangguan Matahari dapat membuat magnetoreseptor burung tidak dapat digunakan. Pada keadaan ini burung harus bernavigasi dengan sinyal lain.

"Kami pikir kombinasi aktivitas Matahari yang tinggi dan gangguan geomagnetik mengarah pada jeda migrasi atau peralihan ke sinyal lain selama migrasi musim gugur," kata Tonelli. "Menariknya, burung yang bermigrasi pada siang hari umumnya merupakan perkecualian dari aturan ini mereka lebih terpengaruh oleh aktivitas Matahari," lanjut dia.

Meskipun para peneliti hanya mempelajari burung, metode dan temuan mereka dapat membantu para ilmuwan memahami mengapa spesies migrasi lainnya, termasuk paus, menjadi tersesat atau terdampar jauh dari wilayah biasanya.

"Penelitian ini sebenarnya terinspirasi oleh terdamparnya paus, dan kami berharap pekerjaan kami akan membantu ilmuwan lain yang mempelajari navigasi hewan," kata Tingley.

Untuk membuat penelitian lebih mudah diakses oleh publik yang mengamati burung, Tonelli mengembangkan alat berbasis web yang melacak kondisi geomagnetik dan memprediksi gelandangan secara real time. Pelacak itu offline selama musim dingin, tetapi akan hidup lagi di musim semi, ketika migrasi dimulai lagi. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top