Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Politik Inggris

Gagal Laksanakan Brexit, PM May Mundur

Foto : Sumber: House of Commons, Departemen Transportasi,
A   A   A   Pengaturan Font

LONDON - Perdana Menteri (PM) Inggris, Theresa May, mengumumkan pengunduran dirinya pada Jumat (24/5). Dia akan melepas jabatannya sebagai pemimpin Konservatif pada 7 Juni 2019.

Hal itu terjadi setelah Parlemen Inggris menolak memberikan suara untuk mendukung kesepakatan Brexit sebanyak tiga kali. Kepemimpinan May sebagai Perdana Menteri banyak dikritik oleh anggota partainya sendiri karena berulang kali gagal membawa Inggris keluar dari Uni Eropa (UE) atau Britain Exit (Brexit).

"Ini akan tetap selalu merupakan masalah penyesalan yang mendalam kepada saya bahwa saya belum dapat melaksanakan Brexit," ujar May, dengan suaranya pecah, saat memberikan pernyataan yang emosional, di luar kantor Downing Street.

May, 62 tahun, akan tetap menjabat Perdana Menteri dengan peran sementara sampai seorang pengganti dipilih oleh partai. Seperti diketahui, pemimpin partai secara otomatis menjadi perdana menteri.

May melanjutkan telah melakukan yang terbaik untuk menghormati hasil referendum Uni Eropa (UE) 2016 yang mengamanatkan pemisahan Inggris dari UE.

May akan menjadi salah satu perdana menteri Inggris dengan masa jabatan terpendek setelah Perang Dunia II, yang diingat karena memimpin salah satu periode paling kacau dalam sejarah politik modern negara itu dan karena ketidakmampuannya untuk merealisasikan Brexit.

"Saya akan segera meninggalkan pekerjaan yang telah menjadi kehormatan dalam hidup saya untuk dipegang, perdana menteri wanita kedua, tetapi tentu saja bukan yang terakhir," kata May.

Tanpa adanya kesepakatan Brexit yang dicapai hingga saat ini, berarti Brexit no deal atau keluarnya Inggris dari UE tanpa kesepakatan lebih mungkin terjadi. Inggris dan Irlandia Utara diharuskan meninggalkan UE pada 31 Oktober 2019.

Di Bawah Tekanan

May kini berada di bawah tekanan Parlemen dan Partai Konservatif terkait usulan RUU baru untuk Brexit. Sedangkan Partai Konservatif meminta referendum untuk Brexit diadakan sekali lagi.

Sejak Januari 2019, Parlemen menolak usulan May yang terus melakukan negosiasi dengan Uni Eropa serta upaya-upaya untuk berkompromi dengan Partai Buruh.

May juga menawarkan pengaturan perdagangan yang lebih erat dengan Uni Eropa sebagai insentif.ang/AFP/BBC/WP

Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top