Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Stabilitas Kawasan

G7 Mengkhawatirkan Memburuknya Situasi di Timur Tengah

Foto : Jack GUEZ/AFP

Bangunan terdampak serangan rudal Iran di Hod HaSharon, Israel.

A   A   A   Pengaturan Font

NEW YORK - Pemimpin negara- negara anggota G7 pada hari Kamis (3/10) menyuarakan kekhawatiran mereka terkait situasi yang memburuk di Timur Tengah, seraya memperingatkan bahaya eskalasi tak terkendali lebih jauh di kawasan tersebut. "Kekhawatiran mendalam mengenai situasi yang memburuk di Timur Tengah dan mengutuk keras serangan militer langsung yang dilancarkan Iran ke Israel," kata mereka dalam sebuah pernyataan.

Dikutip dari Voice of America (VoA), mereka memperingatkan siklus serangan dan pembalasan yang berbahaya berisiko memicu eskalasi yang tidak terkendali yang tidak menguntungkan siapa pun. Pernyataan itu menyebut para pemimpin G7 telah membahas upaya dan tindakan terkoordinasi untuk menghindari eskalasi konflik yang lebih jauh di kawasan, tanpa memberikan rincian.

"Kami juga menegaskan kembali seruan kami untuk gencatan senjata segera di Gaza, pembebasan seluruh sandera tanpa syarat, peningkatan aliran bantuan kemanusiaan secara signifikan dan berkelanjutan, dan disudahinya konflik," ungkap kelompok tersebut. G7 adalah kelompok negara-negara demokrasi maju yang bertemu setiap tahun untuk membahas berbagai isu, termasuk perekonomian dunia, keamanan internasional hingga kecerdasan buatan. Ketujuh negara yang tergabung di dalamnya, yaitu AS, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Inggris.

Harga Minyak Melonjak

Sementara itu, dampak krisis mulai berdampak pada perdagangan dunia. Harga minyak mentah melonjak akibat kekhawatiran akan memburuknya ketegangan di Timur Tengah, sementara harga sahamsaham Amerika Serikat semakin menjauh dari rekor tertinggi mereka. Saham S&P 500 turun 0,2 persen pada Kamis (3/10), sementara Dow Jones Industrial Average melemah 0,4 persen, dan komposit Nasdaq turun kurang dari 0,1 persen.

Harga minyak mentah Brent per barel melonjak lima persen dan berpotensi terus naik hingga mencapai tingkat kenaikan tertingginya dalam hampir dua tahun terakhir. Kenaikan itu terjadi usai Presiden Joe Biden, mengatakan para pejabat sedang membahas kemungkinan serangan oleh Israel ke fasilitas minyak Iran, meski tampaknya tidak ada tindakan yang akan segera diambil.

Bagi hasil saham Treasury, atau saham pemerintah, naik setelah sinyal perekonomian tetap kukuh. Sementara itu, Deklarasi Doha, yang dikeluarkan pada KTT Ketiga Dialog Kerja Sama Asia dengan fokus pada "Diplomasi Olahraga," menekankan pentingnya gencatan senjata segera dan sepenuhnya di Gaza serta akses tanpa hambatan bagi bantuan kemanusiaan ke wilayah itu.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top