Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Organisasi Internasional

G7 Jadikan Tiongkok dan Russia sebagai Musuh Bersama

Foto : NIKLAS HALLE’N / EUROPEAN COMMISSION / AFP

FOTO BERSAMA I Para delegasi dan pemimpin negara-negara anggota G7 berfoto usai pertemuan di London, Inggris, Rabu (5/5) waktu setempat.

A   A   A   Pengaturan Font

LONDON - Negara anggota Group of Seven (G7) telah menyelesaikan pertemuan mereka di London, Rabu (5/5) waktu setempat. Anggota G7 terdiri atas Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika.

Pertemuan tersebut merupakan pendahulu dari KTT G7 yang akan berlangsung di sebuah resor pedesaan Inggris pada Juni, dengan Presiden AS, Joe Biden, dan para pemimpin dunia lainnya akan hadir.

Dalam komunike sepanjang 12.400 kata yang disusun bersama, para menteri luar negeri G7 mengatakan Russia berusaha merusak demokrasi, melakukan agresi ke Ukraina. Sementara itu, Tiongkok dianggap bersalah atas pelanggaran hak asasi manusia dan tindakan keras terhadap tokoh-tokoh pro-demokrasi.

Tetapi, ketujuh negara anggota tidak menyebutkan secara pasti langkah-langkah konkret apa yang akan diambil untuk menindak Russia maupun Tiongkok. Secara umum, kesimpulan rapat hanya berisi kecaman dan teguran.

Salah satu poin komunike itu hanya menyebutkan G7 akan meningkatkan upaya kolektif untuk menghentikan kebijakan ekonomi koersif Tiongkok dan melawan disinformasi Russia.

"Daripada bereaksi dengan kemarahan, saya pikir Tiongkok perlu memahami bahwa aturan internasional dasar ini harus ditaati," ungkap Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab.

Russia sebelumnya menyangkal tuduhan campur tangan di luar perbatasannya terkait Krimea, dan mengatakan negara Barat terkurung dalam histeria anti-Russia.

Sejalan dengan itu, Tiongkok mengatakan negara-negara Barat adalah pengganggu dan para pemimpinnya memiliki pola pikir pasca-kekaisaran yang membuat mereka merasa dapat bertindak seperti polisi global.

Mendukung Taiwan

Negara anggota G7 yang jika ekonominya digabungkan jauh lebih besar dari Tiongkok dan Russia, justru khawatir dengan manuver kedua negara tersebut.

Pertemuan baru-baru ini jelas menunjukkan bahwa Tiongkok dan Russia masih dianggap sebagai ancaman serius bagi eksistensi G7, yang mereka sebut sebagai ancaman terhadap ketahanan ekonomi global.

"Kami akan bekerja secara kolektif untuk mendorong ketahanan ekonomi global dalam menghadapi kebijakan dan praktik ekonomi yang sewenang-wenang dan memaksa," ungkap pernyataan G7 terkait kebijakan ekonomi Tiongkok.

G7 juga sepakat untuk mendukung Taiwan dari segala sisi, termasuk partisipasinya dalam forum WHO dan Majelis Kesehatan Dunia. Tiongkok menganggap Taiwan sebagai wilayahnya sendiri dan menentang perwakilan resmi Taiwan di tingkat internasional.

Terkait Russia, G7 juga sepakat berdiri bersama Ukraina dalam konflik di Krimea. Namun, poin-poin solusi belum didapatkan.

Bagi ketujuh negara kaya ini, manuver Russia di kawasan tersebut merupakan upaya jahat yang bertujuan untuk merusak sistem demokrasi negara lain.

Negara-negara G7 memberikan sanksi kepada para petinggi militer Myanmar yang menggulingkan pemimpin terpilih secara demokratis, Aung San Suu Kyi. Mereka memperingatkan bahwa mereka siap untuk "mengambil langkah lebih jauh jika militer tidak membalikkan arahnya".

Penanganan pandemi dan distribusi vaksin Cobid-19 menjadi salah satu fokus yang dibahas dalam rapat G7. Namun, isu pembagian akses ke paten vaksin Covid-19 ini tidak disinggung dalam pernyataan bersamanya.

Selain pembagian akses ke paten vaksin Covid-19, pendanaan untuk meratakan distribusi vaksin pun tidak mereka singgung. Padahal, itu salah satu isu yang kerap dikeluhkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO berkata mayoritas suplai vaksin Covid-19 masih dikuasai negara-negara maju.

Anggota G7 hanya menyatakan bahwa mereka akan mengupayakan peningkatan produksi vaksin.

Pertemuan menteri luar negeri negara-negara G7 di London itu sempat diwarnai kepanikan karena dua delegasi dari India dinyatakan positif Covid-19. Menteri Luar Negeri India dan timnya pun harus mengisolasi diri.

India, yang saat ini mengalami lonjakan kasus Covid-19 terparah di dunia, menghadiri G7 sebagai tamu dan mengikuti pertemuan pada Selasa malam dan sepanjang Rabu.

"Diberitahu kemarin malam tentang kemungkinan kasus positif Covid," kata Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, di Twitter.

Akibat kejadian itu, kata Jaishankar, ia terpaksa mengikuti pertemuan G7 secara virtual.

Seorang pejabat Inggris mengonfirmasi dua tes positif dan mengatakan seluruh delegasi India mengisolasi diri. Aturan Inggris membutuhkan periode isolasi diri 10 hari.

Delegasi India belum tiba di tempat pertemuan puncak utama di Lancaster House, sehingga acara yang dijadwalkan pada hari Rabu berjalan sesuai rencana. Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengatakan dia akan berbicara dengan Jaishankar via Zoom.

n SB/AFP/P-4


Redaktur : Khairil Huda
Penulis : AFP, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top