Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Prospek Usaha

FORU Targetkan Pertumbuhan Pendapatan 20%

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - PT Fortune Indonesia Tbk (FORU) menargetkan pertumbuhan pendapatan 20 persen di tahun ini. Untuk mencapai target tersebut Perseroan pun melakuan terobosan teknologi digital melalui innovaction. Direktur Fortune Indonesia, MD Menuk Sudaryanti, mengatakan FORU pada tahun ini akan meningkatkan pendapatan sekitar 20 persen atau menjadi 364 miliar rupiah, dari raihan sepanjang 2017 sebesar 300 miliar rupiah.

Perseroan pun optimistis dapat meraih pertumbuhan pendapatan tersebut seiring dengan inovasi yang akan dilakukan oleh Perseroan. "Sekarang ini dunianya digital dan kita harus menemukan inovasi baru," ungkap dia di Jakarta, baru-baru ini. Untuk target laba bersih berdasarkan laba kotor atau laba usaha tahun lalu sekitar 4 miliar rupiah, sehingga Perseroan menargetkan kenaikan laba bersih tahun ini sekitar 15 persen.

Saat ini pendapatan terbesar FORU an masih dikontribusikan oleh segmen periklanan dengan kontribusi 80 persen. Sebagai informasi, dari total pendapatan Perseroan tahun lalu sebesar 300 miliar rupiah dengan proporsi periklanan sebesar 271 miliar rupiah. Pendapatan dari periklanan meliputi segmen activation dan digital di luar jasa kehumasan (public relation/PR).

Untuk segmen PR membukukan pendapatan lebih dari 29 miliar rupiah. Pada tahun ini Perseroan menganggarkan belanja modal (capital expendicturs/capex) di bawah satu miliar rupiah. Alokasi capex terbilang kecil karena bidang usaha Perseroan sebagai perusahaan apgensi yang menjual jasa, berbeda dengan perusahaan rumah produksi (production house/PH), yang memerlukan capex besar seperti untuk mengedit film membutuhkan unit komputer atau peralatan keras yang mahal bahkan nilainya bisa mencapai 2 miliar rupiah.

Terkait momen pemilu, Direktur Utama Fortune Indonesia, AG Edhi Bawono menjelaskan memang ada dampaknya, khususnya jasa political campaign. "Pemilu atau pilkada membuat perilaku konsumen dan brand berubah," jelas Edhi. Dari situ konsumen mengantisipasi sebab kalau perkembangan politiknya menuju arah yang negatif, maka perilaku pasar langsung tidak akan menyetok barangnya.

Kalau sudah begitu pemilik brand akan berpikir untuk apa pasang iklan sehingga lebih memilih untuk menahannya terlebih dahulu. "Itu pasti berdampak dan itu adalah cycle. Jadi bisa menghambat tergantung dinamika politiknya," jelas dia.

yni/AR-2

Penulis : Yuni Rahmi

Komentar

Komentar
()

Top