Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Industri Keuangan - Sebelum Fintech Hadir, Pembiayaan secara Konvensional Hanya Tumbuh 13%

"Fintech" Pacu Inklusi Keuangan

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta akarta akartaakarta - Kehadiran industri finansial berbasis teknologi atau financial technology (fintech) dinilai cukup membantu meningkatkan inklusi keuangan. Peran fintech atau teknologi finansial (tekfin) saat ini dinilai cukup efektif menyalurkan pendanaan kepada usaha mikro atau UMKM yang selama ini tak tersentuh pembiayaan perbankan.

"Fintech ini memang persyaratannya mudah sekali. Padahal unit usaha mikro ini unbankable, susah masuk ke bank. Mereka pasti akan mencari alternatif pembiayaan," ujar Pengamat ekonomi Indef, Nailul Huda, dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Rabu (12/9).

Dia menambahkan alasan lain pelaku usaha kecil mencari alternatif pembiayaan kepada perusahaan tekfin adalah karena bisa menghindarkan para pengusaha mikro dari jeratan rentenir. Untuk itu, dia mengharapkan kerja sama antara perbankan dengan industri fintech, khususnya yang berbasis pembiayaan agar masyarakat kecil dapat kemudahan mengakses dana untuk memulai maupun mengembangkan usaha.

"Bank sulit menjangkau yang UMKM ini, khususnya mikro. Itu adalah kelebihan dari fintech. Kalau bisa dikolaborasikan, bagus sekali," kata Nailul. Huda juga mengungkapkan lini perdagangan eceran, yang rata-rata unit usahanya adalah mikro, merupakan sektor terbesar yang mendapatkan pembiayaan dari tekfin, yaitu sebanyak 70 persen.

Mengacu data OJK per Juni 2018, aliran pinjaman dari berbagai penyelenggara jasa fintech mencapai 7,64 triliun rupiah sehingga sebanyak 5,35 triliun rupiah atau 70 persen mengalir ke pedagang eceran. Meski angka tersebut terlihat besar, namun pelaku UMKM di Indonesia masih kesulitan mendapatkan kredit pembiayaan dari sumber-sumber konvensional untuk mendorong perkembangan bisnis.

Data International Finance Corporation (IFC) menyatakan kesenjangan pembiayaan untuk sektor usaha kecil dan menengah mencapai 166 miliar dollar AS atau sekitar 19 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB) pada 2017. Selain itu, pinjaman perbankan ke sektor usaha mikro rata-rata baru mencapai sekitar 13-14 persen.

Dorong Pertumbuhan

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) mengungkapkan fintech memiliki potensi untuk menyumbang 15 persen dari total angka ideal pertumbuhan pembiayaan nasional guna mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar enam persen.

Kepala Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BI, Onny Widjanarko, di Jakarta, kemarin, menjelaskan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 6,0 persen, dibutuhkan pertumbuhan pembiayaan dari industri jasa keuangan sebesar 16 persen setiap tahunnya. Saat ini, industri jasa keuangan konvensional sebelum kehadiran fintech baru bisa mencatatkan pertumbuhan pembiayaan sebesar 13 persen.

Menurut Onny, jika dikembangkan secara optimal, fintech dapat menyumbang tambahan 2,5 persen pertumbuhan pembiayaan sehingga pertumbuhan pembiayaan perekonomian nasional mencapai 15,5 persen atau mendekati angka pertumbuhan pembiayaan ideal sebesar 16 persen untuk mendukung pertumbuhan ekonomi 6,0 persen.

Bank Sentral, kata Onny, pada tahun ini akan menggenjot pertumbuhan fintech. Namun, akselerasi fintech tetap dijaga agar tidak menimbulkan dampak negatif seperti lemahnya kualitas perlindungan konsumen atau gangguan terhadap stabilitas perekonomian.

mad/Ant/E-10


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top