Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Fenomena Remaja "SCBD" Nongkrong di Dukuh Atas

Foto : Koran Jakarta/ John Abimanyu

Perlu Gelanggang remaja I Para remaja dari berbagai wilayah ini bermain dan bersosialisasi di Dukuh Atas. Mereka memerlukan wadah untuk menyalurkan bakat dan kreativitas seperti era Gubernur Ali Sadikin banyak Gelanggang Remaja.

A   A   A   Pengaturan Font

Rintik hujan membasahi Jakarta, Jumat (15), tidak menyurutkan anak-anak remaja Citayam, Bogor, untuk berkumpul di Terowongan Kendal, Pintu Masuk MRT, Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Kegiatan mereka belakangan menjadi pusat perhatian warga yang beraktivitas di sini. Mereka berkumpul dan bercanda.

Remaja-remaja tersebut sesekali mengerumuni salah satu pendahulu mereka, Jeje, yang tengah berboncengan dengan Bowo di atas motor sport. Jeje atau Jasmine Latika yang mencuatkan sebutan remaja "SCBD" alias Sudirman Citayam Bojonggede Depok bersama teman prianya, Bonge.

Sebagian remaja, duduk berkumpul atau berswafoto dengan berlatar belakang pemandangan taman. Sebagian lagi sibuk membuat konten video untuk sosial media.Ternyata tidak hanya remaja Citayam yang datang. Mereka dari beberapa wilayah Jabotabek, seperti Poris Tangerang, Jakarta Barat, Depok, Serang, dan Bekasi.

Salah satu remaja asal Citayam, Eka Saputra alias Bonge, yang merupakan teman pria Jeje, mengatakan sengaja datang Dukuh Atas untuk sekadar nongkrong dan kumpul bersama teman-teman. "Nongkrong ngopi, gitu bareng teman-temen di sini," kata Bonge ditemui Koran Jakarta di Dukuh Atas, Jakarta Pusat, Jumat (15/7).

Remaja asli Citayem ini, mengaku sudah tidak sekolah sejak kelas tiga Sekolah Dasar karena orang tua tidak mampu membiayai. "Saya sudah tidak sekolah dari 3 SD. Orang tua enggak ada biaya," ucapnya. Melihat peluang mencari konten video, Bonge mencoba peruntungan dengan membuat konten di sosial media. Dari membuat konten, dia mampu mendapat uang jutaan rupiah. "Bisa sampai jutaan, Bang," jelasnya.

Saat ditawarkan untuk mendapat beasiswa dari Menteri Pariwisata dan Kreatif Sandiaga Uno, Bonge masih mau kembali menimba ilmu. "Mau banget, Mas karena saya dapat kembali sekolah," jelasnya. Ditemui di lokasi yang sama, Jibon mengaku tujuan datang ke Dukuh Atas juga ingin nongkrong untuk mencari teman."Saya datang kemari untuk mencari teman nongkrong saja, Bang," ujar Jibon.

Jibon mengaku rela bolos sekolah untuk datang ke Dukuh Atas demi bertemu teman-teman. "Saya bolos sekolah, Bang demi datang kemari," ucapnya.Menurut Jibon, pendidikan penting demi masa depan. "Pendidikan peting banget, tapi karena kita bandel, sering cabut alias bolos sekolah," tutur Jibon.

Menyikapi kehadiran para remaja di Dukuh Atas, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengapresiasi para remaja Sudirman, Citayam, Bojonggede, Depok (SCBD) itu. Mereka tampil percaya diri mengenakan busana produk lokal. Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, sangat bangga kawasan Dukuh Atas menjadi destinasi wisata. Menurutnya, kawasan dukuh atas memiliki daya tarik tersendiri bagi remaja SCBD itu.

"Kami sejujurnya senang dan bersyukur adik-adik, saudara dari Citayam bermain di Dukuh Atas naik kereta. Itu rekreasi ke Jakarta, sesuatu yang baik," kata Riza. Menurut Riza, Jakarta menjadi salah satu destinasi wisata masyarakat penyangga Ibu Kota seperti Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi. Namun, Riza mengimbau para remaja untuk selalu menjaga kebersihan dan ketertiban.

Dikonfirmasi terpisah, Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Komarudin mengatakan, pihaknya memastikan para remaja yang nongkrong lebih dari pukul 22.00 WIB di Dukuh Atas, bakal dibubarkan. Namun begitu, belum ada sanksi remaja kedapatan nongkrong hingga larut malam.

"Kita pastikan remaja yang nekat akan kita minta pulang," kata Komarudin.

Dia akan mengedukasi orang tua untuk lebih memperhatikan anaknya. Peran orang tua sangat penting untuk pengawasan. "Apalagi kita lihat cukup banyak anak-anak di bawah umur. Kita harapkan orang tua ikut mengawasi anaknya agar tidak main sampai larut," ucapnya."Kami akan menindak hukum yang membuat kriminalitas," pungkasnya.

Konten Edukasi

Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menunjuk pegiat media sosial, Jasmine Latika atau Jeje untuk membuat konten edukasi kebersihan Dukuh Atas, Jakarta yang viraldi kalangan anak muda sebagai tempat berkumpul dengan nama "SCBD" (Sudirman, Citayam, Bojonggede, Depok).

"Kami nilai efektif karena mereka punya pengaruh, khususnya anak-anak usianya. Jeje menjadi sosok fenomenal di media sosial," kata Kepala Seksi Humas Dinas LH DKI Jakarta,Yogi Ikhwan. Selain menggandeng gadis berusia 16 tahun itu, DLH DKI juga mengajak teman pria Jeje, Bonge dari Bojonggede agar bersama-sama membuat konten edukasi kebersihan dan ketertiban di kawasan "SCBD."

Yogi menambahkan, sosok pegiat media sosial Jeje yang kini viral dipilih berdasarkan arahan Gubernur DKI. Mereka diharapkan mengajak anak-anak seusianya untuk menjaga kebersihan, termasuk edukasi melalui media sosial. Nantinya, Dinas LH DKI akan membuat tayangan langsung melalui akun Instagram untuk program edukasi kebersihan bersama Jeje dan Bonge.

Yogi menjelaskan kedua sosok tersebut tidak minta bayaran pemerintah, namun mereka mengharapkan ada bantuan beasiswa untuk sekolah. "Kalau sama pemerintah, mereka tidak minta bayaran. Kalau bisa ada beasiswa. Bagus pemikirannya. Berarti mereka mau sekolah lagi," ucap Yogi.

Sementara itu, terkait kondisi kebersihan kawasan Dukuh Atas, di dekat Stasiun Sudirman BNI City, lanjut dia, saat ini sampah sudah makin berkurang. Saat awal SCBD viral, kata Yogi, sampah dalam sehari mencapai tujuh meter kubik. Setelah ada penertiban berkurang menjadi empat meter kubik karena ada sanksi sosial.

Perlu Wadah

Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi menyampaikan pemerintah harus menyediakan fasilitas bagi kalangan remaja Citayam untuk menyalurkan bakat kreativitas mereka. Dia memberi contoh, era Gubernur Ali Sadikin ada gelanggang-gelanggang remaja (GGR).

Dalam GGR tersebut menampung anak-anak untuk bertheater, menari, main musik, paduan suara, dan sebagainya. "Jadi kreativitas anak tertampung dengan adanya fasilitas-fasilitas untuk remaja dalam GGR," katanya.

Seto mengatakan pemerintah juga turut mengawasi dalam menertibkan kebersihannya, agar mereka tidak membuang sampah sembarangan. Mencegah aksi kriminalitas."Jadi hal itu yang perlu diperhatikan. Pemerintah turun tangan untuk menyalurkan dengan cara yang tepat. Perlu dibangun berbagai fasilitas-fasilitas," ujarnya.

Tadi seperti gelanggang remaja zaman dulu bisa saja dipergunakan untuk tempat kegiatan remaja seperti negara maju, misalnya, untuk peragaan busana. Menurut Seto, suasana fenomena remaja Citayam memiliki kreativitas tinggi. Mereka membuat kegiatan seperti di Prancis, ada Paris Fashion Wee.

"Saya kira sama geloranya, apalagi dibungkus dengan komunikasi secara media sosial. Jadi ini bisa menampung kreativitas remaja, termasuk juga yang ada di Jakarta mungkin dengan ide-ide baru," ucapnya.Dikatakan Seto, ini menjadi awal kepedulian semua kalangan dalam memberikan wadah bagi remaja dalam menyalurkan kreativitas.

"Saya melihat selama ini wadah kreativitas remaja memang kurang. Karena tidak tersalur, lahirlah geng motor, kebut-kebutan, atau malah tawuran dan bullying," ungkapnya. Hal senada disampaikan, psikolog Universitas Indonesia, A Kasandra Putranto. Dia mengatakan peran orang tua dibutuhkan untuk mengawasi remaja."Ya harus kembali kepada orang tua yang mengawasi anak-anak," ucapnya.Menurut Kasandra, peran serta sekolahdan Dinas Pendidikan perlu juga agar mereka tidak bolos sekolah.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Yohanes Abimanyu

Komentar

Komentar
()

Top