Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Tidur menjadi cara yang ampuh untuk mengembalikan vitalitas. Namun fase tidur dengan gerakan mata cepat, paling ampuh menyegarkan kembali otak dibandingkan tahap lain.

Fase Tidur Gerakan Mata Cepat Paling Baik untuk Otak

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Beristirahat dengan cara tidur adalah mekanisme alami untuk menyegarkan kembali tubuh agar mendapatkan kembali energi, vitalitas, dan daya tahan yang menurun. Tidur juga dapat memperbaiki sel yang rusak, meningkatkan daya ingat, mencegah penyakit dan daya ingat.
Tidur dengan gerakan mata cepat (rapid eye movement/REM) menurut Sleep Foundation ditandai dengan gerakan cepat dan acak dari mata. Tidur tersebut sangat penting untuk fungsi kognitif otak, seperti ingatan, proses belajar, dan kreativitas.
Pada fase REM mimpi paling sering terjadi dibandingkan pada fase lain. Lembaga tersebut mengungkapkan, sebagian besar orang menghabiskan sekitar 20 persen dari total tidurnya pada tahap REM.
Penelitian lebih jauh tentang tidur REM dilakukan oleh seorang peneliti dari Universitas Tsukuba, Profesor Yu Hayashi. Penelitian yang dipublikasikan pada laman universitas tersebut seperti dilansir Science Daily edisi 25 Agustus lalu menemukan bukti baru penyegaran otak terjadi selama tahap tidur tertentu terutama pada saat tidur dengan gerakan mata cepat itu.
Dalam meneliti REM, ia menggunakan teknik visualisasi pergerakan sel darah pada tikus. Visualisasi itu untuk mengetahui adanya pertukaran nutrisi dan limbah antara sel otak dan darah di kapiler otak saat mereka terjaga dan tidur.
"Kami menggunakan pewarna dan teknik yang disebut mikroskop dua foton untuk membuat pembuluh darah otak terlihat di bawah lampu neon," kata Hayashi dalam laman universitas tersebut.
Para peneliti juga mengukur aktivitas listrik di otak untuk menentukan tidur REM, tidur non-REM, dan terjaga. Dari studi tersebut peneliti mendapatkan perbedaan aliran darah di antara tahap-tahap ini.
"Kami terkejut dengan hasilnya," ucap Profesor Hayashi. "Selama tidur REM, sel darah merah mengalir dalam jumlah besar melalui kapiler otak, tetapi tidak ada perbedaan antara tidur non-REM dan keadaan terjaga, yang menunjukkan bahwa tidur REM adalah keadaan yang unik," jelas dia.

Terkait Penyakit
Saat peneliti mengganggu tidur tikus, terjadi tidur REM rebound atau pemanjangan dan peningkatan frekuensi dan kedalaman tidur REM yang terjadi setelah periode kurang tidur. Hal ini sejalan dengan penelitian pada manusia saat mengalami kurang tidur, mereka membutuhkan waktu lebih sedikit dari biasanya untuk mencapai keadaan REM.
Ketika orang tidak dapat memperoleh jumlah tidur REM yang cukup, tekanan untuk mendapatkan tidur REM menumpuk. Ketika subjek dapat tidur, mereka akan menghabiskan persentase malam yang lebih tinggi dalam tidur REM.
Selama tidur REM rebound, aliran darah di otak semakin meningkat, yang menunjukkan korelasi antara aliran darah dan intensitas tidur REM. Namun, ketika para peneliti mengulangi percobaan yang sama pada tikus tanpa reseptor adenosin A2a, terjadi peningkatan aliran darah juga lebih sedikit.
"Hasil ini menunjukkan bahwa reseptor adenosin A2a mungkin bertanggung jawab untuk setidaknya beberapa perubahan aliran darah otak selama tidur REM," kata Hayashi.
Dalam penelitiannya, Hayashi mengatakan bahwa mencapai tidur REM sangat penting. Hal ini karena penurunan aliran darah di otak dan penurunan tidur REM terkait dengan perkembangan penyakit Alzheimer dan penyakit demensia.
Penelitian ini meletakkan dasar awal untuk penelitian masa depan tentang peran reseptor adenosin A2a dalam proses penyegaran otak. Pada akhirnya dapat mengarah pada pengembangan metode baru untuk pengobatan penyakit seperti penyakit Alzheimer. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top