Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Industri Pengolahan

Farmasi Andalan Substitusi Impor

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pemerintah mengandalkan subsektor Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) untuk mendorong substitusi impor. Potensi itu tercermin dari kinerja industri farmasi, obat kimia dan obat tradisional serta industri bahan kimia dan barang kimia yang tumbuh positif 9,71 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal III-2021.

Direktur Jenderal IKFT Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Muhammad Khayam menuturkan, saat ini terdapat 223 perusahaan farmasi formulasi/ produk jadi, terdiri dari empat perusahaan BUMN meliputi PT Bio Farma Tbk (sebagai holding), PT Kimia Farma Tbk, PT Indofarma Tbk, dan PT Phapros Tbk. Berikutnya, sebanyak 195 industri swasta nasional, serta 24 multinational company (MNC).

"Pasar farmasi Indonesia tahun 2019 sekitar 88,3 triliun rupiah, tumbuh 2,93 persen dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, 76-80 persen kebutuhan produk obat nasional sudah mampu dipenuhi oleh industri farmasi dalam negeri," sebutnya di Jakarta, Minggu (12/12).

Khayam menjelaskan bahan baku pembuatan obat terdiri dari dua bagian, yaitu bahan baku aktif atau active pharmaceutical ingredients (API) dan bahan baku tambahan atau eksipien. "Saat ini, kami bekerja keras untuk memacu investasi dan produksi dalam negeri guna menekan impor bahan baku obat," tegasnya.

Hal tersebut menciptakan peluang besar untuk pendalaman struktur dan pengembangan industri bahan baku dan bahan tambahan bagi industri farmasi. "Selain untuk memperkuat ketahanan industri farmasi nasional, sekaligus berkontribusi terhadap kebijakan substitusi impor," imbuhnya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top