Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Media Sosial

Facebook Menghapus Miliaran Akun Palsu

Foto : AFP/Philippe LOPEZ
A   A   A   Pengaturan Font

NEW YORK - Facebook telah menghapus 2,2 miliar akun palsu antara Januari hingga Maret 2019. Ini merupakan rekor tertinggi bagi perusahaan dalam kebijakan penghapusan akun. Angka tersebut hanya sedikit berkurang dari 2,38 miliar pengguna aktif bulanan Facebook di seluruh dunia. Sebagai perbandingan, Facebook menonaktifkan 1,2 miliar akun palsu pada kuartal sebelumnya dan 694 juta antara Oktober-Desember 2017.

Angka yang baru dirilis pada Kamis (23/5) dalam laporan Community Standards Enforcement ke-3 dari perusahaan layanan jaringan sosial itu. Facebook akan mulai merilis laporan ini setiap triwulan mulai tahun depan, bukan dua kali setahun, dan akan mulai memasukkan Instagram.

"Kesehatan dalam percakapan sama pentingnya dengan pelaporan keuangan apapun yang pernah kami laporkan, jadi kami harus melakukannya sesering itu," kata CEO Facebook, Mark Zuckerberg, pada awak media, Kamis.

"Memahami prevalensi konten berbahaya akan membantu perusahaan dan pemerintah merancang sistem yang lebih baik untuk menghadapinya. Saya percaya setiap layanan internet utama harus melakukan ini," imbuh Zuckerberg.

Terkait dirilisnya laporan Community Standards Enforcement dari Facebook, wakil presiden dari media sosial itu, Alex Schultz, menjelaskan beberapa alasan di balik peningkatan tajam dalam akun palsu. Dia mengatakan salah satu faktor adalah "serangan sederhana," yang dia klaim tidak mewakili bahaya nyata atau bahkan risiko nyata bahaya.

Ini sering terjadi ketika seseorang membuat seratus juta akun palsu yang kemudian langsung dihapus. Schultz mengatakan mereka dihapus begitu cepat sehingga tidak ada yang terpapar pada mereka dan mereka tidak termasuk dalam jumlah pengguna aktif.

Perusahaan Facebook memperkirakan 25 dari setiap 10.000 tampilan konten, seperti menonton video atau memeriksa foto, di laman media sosialnya adalah hal-hal yang melanggar kekerasan dan kebijakan konten grafisnya. Antara 11 dan 14 dari setiap 10.000 tampilan konten melanggar ketelanjangan orang dewasa dan kebijakan aktivitas seksual.

Facebook juga berbagi untuk pertama kalinya upayanya untuk menindak penjualan ilegal senjata api dan narkoba di platformnya.

Kebijakan Facebook mengatakan bahwa pengguna, produsen atau pengedar tidak dapat membeli atau menjual obat-obatan atau ganja non-medial pada akunnya. Peraturan juga tidak mengizinkan pengguna untuk membeli, menjual, memperdagangkan atau memberikan senjata api di Facebook, termasuk bagian dalam atau amunisi.

Isu Ujaran Kebencian

Ujaran kebencian pun dianggap sebagai tindakan yang sangat menantang bagi Facebook. Sistem otomatis perusahaan mengalami kesulitan mengidentifikasi dan menghilangkan ujaran kebencian, tetapi teknologinya mendukung dengan baik.

Persentase ujaran kebencian yang menurut Facebook ditemukan secara proaktif, artinya sebelum pengguna melaporkannya, naik menjadi 65,4 persen pada kuartal pertama, naik dari 51,5 persen pada kuartal ketiga 2018.

"Yang (oleh kecerdasan buatan) masih belum bisa lakukan dengan baik adalah memahami konteks," ujar Justin Osofsky, Wakil Presiden Facebook untuk operasi global. "Konteks adalah kunci ketika mengevaluasi hal-hal seperti ujaran kebencian."

Osofsky juga mengatakan Facebook akan memulai program percontohan di mana beberapa pengulas kontennya akan fokus pada ujaran kebencian. Tujuannya adalah agar pengulas tersebut memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana ujaran kebencian memanifestasikan dan membuat ucapan yang lebih akurat. ang/CNN/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top