Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Skandal Eksploitasi Data

Facebook Akui Comot Data Diluar Pengguna

Foto : AFP/ARUN SANKAR

Media Sosial l Pemilik telepon pintar sedang mengaktifkan media sosial Facebook di Chennai, India, pada Maret 2018. Perusahaan Facebook saat ini sedang menghadapi masalah setelah terjadi skandal eksploitasi data penggunanya.

A   A   A   Pengaturan Font

SAN FRANCISCO - Perusahaan Facebook yang saat ini diterpa skandal eksploitasi data penggunanya, pada Senin (16/4) mengakui bahwa mereka juga mengumpulkan informasi setiap orang diluar jaringan media sosial mereka.

Konfirmasi ini menanggapi isi dari sesi dengar pendapat dengan Kongres Amerika Serikat (AS) pekan lalu, dimana CEO Facebook, Mark Zuckerberg, menjelaskan bahwa Facebook telah mengumpulkan data orang lain yang didapat dari penggunanya.

"Saat Anda menggunjungi situs atau aplikasi yang mempergunakan layanan kami, kami menerima informasi alaupun Anda telah tak menggunakannya lagi (log out) atau tak memiliki akun di Facebook," demikian penjelasan Direktur Manajemen Produk Facebook, David Baser, dalam posting-an di blog jejaring sosialnya. "Hal itu terjadi karena aplikasi atau situs lain tak tahu siapa pengguna Facebook," imbuh dia.

Baser menerangkan bahwa banyak laman dan aplikasi yang menggunakan layanan Facebook memiliki konten target dan iklan yang otomatis terkoneksi saat seseorang menggunakan akun Facebook agar bisa masuk ke laman atau aplikasi lain.

Namun disebutkan oleh Baser bahwa praktik ini telah umum dilakukan oleh perusahaan lain seperti Google dan Twitter. "Kebanyakan laman dan aplikasi mengirimkan informasi yang sama pada banyak perusahaan setiap Anda mengunjungi laman tersebut," ucap Baser, sembari menjelaskan bahwa melalui cara ini Facebook mendapatkan informasi dari pengguna laman atau aplikasi lain.

Dalam sesi dengar pendapat pekan lalu, Zuckerberg menegaskan bahwa perusahaannya tak akan lagi "menjual" data penggunanya untuk selamanya. Zuckerberg mengakui bahwa perusahaan Facebook telah gagal melindungi informasi penggunanya setelah perusahaan konsultan Cambridge Analytica menyalahgunakan data dari 87 juga pengguna Facebook agar bisa jadi sasaran iklan politik jelang pelaksanaan pemilu Presiden AS 2016 lalu.

Gugatan "Class Action"

Pada saat bersamaan, hakim federal AS di California, memutuskan bahwa Facebook harus menghadapi gugatan class action atas tuduhan melanggar privasi penggunanya yang memakai fitur pengenalan wajah (facial recognition) atas foto mereka tanpa persetujuan secara eksplisit. Putusan ini merupakan kepanjangan dari skandal skandal eksploitasi data oleh Facebook.

Fitur pengenalan wajah diperkenalkan pada 2010 untuk mempermudah mengidentifikasi nama-nama orang lain dari foto yang diunggah pengguna Facebook.

Fungsi identifikasi ini digugat karena melanggar UU di Negara Bagian Illinois soal perlindungan privasi biometrik.

Facebook amat terbuka soal perkembangan fitur dan telah mempersilahkan pengguna untuk tak menggunakan fitur-fitur demi melindungi data privasi mereka. Teknologi pernah dibatalkan bagi pengguna di Eropa pada 2012 karena kekhawatiran bisa merusak privasi.

AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top