Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Qatar

Erdogan Kunjungi Teluk untuk Redakan Sengketa

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

DUBAI - Presiden Turki, Tayyip Erdogan, memulai perjalanan ke Arab Saudi dan Kuwait pada Minggu (23/7), sebagai bagian dari lawatan diplomatik untuk menyelesaikan perselisihan negara-negara Arab dengan Qatar.

Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Mesir memutuskan hubungan dan memberlakukan sanksi terhadap Qatar pada bulan lalu dan menuduhnya mendukung terorisme, namun Doha membantah tuduhan tersebut.

Negara pemboikot ingin Qatar menutup pangkalan Turki, mengekang hubungan dengan musuh mereka, Iran, dan menutup stasiun televisi Al Jazeera. Dalam krisis diplomatik ini, Kuwait berusaha menengahi kemelut itu.

"Saat pertemuan antara Raja Arab Saudi, Salman dan Presiden Erdogan, dibahas upaya memerangi terorisme dan sumber pendanaannya", kata kantor berita Saudi tanpa menjelaskan lebih jauh.

Presiden Erdogan kemudian tiba di Kuwait pada malam hari dan dijadwalkan untuk mengunjungi Qatar pada Senin (24/7) untuk menyelesaikan perjalanan dua hari tersebut.

Berdasarkan atas kesepakatan 2014, Ankara mempertahankan sebuah pangkalan militer di Qatar yang pada akhirnya akan menampung 1.000 tentara. Kedua negara itu juga menjaga hubungan ideologis, karena partai Erdogan memiliki akar Islam dan Doha adalah pendukung utama Ikhwanul Muslimin, yang oleh lawan-lawannya dari Arab dianggap sebagai organisasi teroris.

UEA, satu dari empat negara Arab yang menjatuhkan sanksi kepada Qatar, mengatakan Doha perlu mengubah kebijakannya sebelum dialog bisa berlangsung. Menteri Luar Negeri UEA, Anwar Gargash, mengatakan sebuah seruan untuk dialog oleh emir Qatar, Sheikh Tamin bin Hamad, telah disambut baik, tapi hanya bisa terjadi setelah Doha melakukan perubahan.

"Dialog itu perlu dan dibutuhkan tapi tulang punggungnya adalah harus dilakukan perubahan," kata Gargash di akun media sosian Twitter.

Dalam kesempatan itu Menlu UEA juga mengungkapkan kekecewaannya dengan pidato Sheikh Tamim pada Jumat (21/7) pekan lalu. Pidato pertama yang diberikan emir sejak dimulainya krisis. "Saya berharap bahwa pidato Sheikh Tamim akan menjadi sebuah inisiatif untuk perubahan," kata Menlu Gargash.

Kirim Pasukan

Qatar sebelumnya mengatakan bahwa lebih banyak prajurit Turki tiba di sebuah pangkalan militer di Doha setelah Ankara mempercepat undang-undang bulan lalu untuk mengirimkan lebih banyak tentara ke negara itu untuk misi pelatihan yang berlangsung sejak 19 Juni. Pangkalan di Qatar menampung tentara Turki di bawah sebuah kesepakatan yang ditandatangani pada 2014.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani, menuding negara-negara tetangganya melakukan agresi yang amat jelas terhadap negaranya.

Menlu al-Thani mengatakan tuduhan-tuduhan yang disebut oleh Arab Saudi, Bahrain, UEA, dan Mesir dengan memutus hubungan diplomatik dan transportasi sebulan lalu jelas-jelas dirancang untuk menciptakan perasaan benci Qatar di Barat. Ant/Rtr/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top