Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Demokrasi Turki I Kekuasaan dan Kewenangan Presiden Semakin Besar

Erdogan Kembali Berkuasa

Foto : AFP/Bulent Kilic

pesta kemenangan l Tayyip Erdogan dan istrinya, Emine Erdogan melambaikan tangan kepada pendukungnya setelah komisi pemilihan umum setempat mengumumkan kemenangan yang bersangkutan dalam pemilihan presiden Turki, di Ankara, Senin (25/6). Erdogan mengalahkan pesaing dekatnya, Muharrem Ince. Erdogan meraih 53 persen dukungan suara dari 99 persen suara yang telah dihitung.

A   A   A   Pengaturan Font

Hasil pilpres kali ini hampir sama dengan dukungan untuk Erdogen pada pemilu 2014 guna memberikan mandat Erdogan sebagai presiden.

ISTANBUL - Petahana Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan diumumkan komisi pemilihan umum pada Senin (25/6) memenangkan pemilihan bagi presiden. Berkat kemenangan itu, maka masa kekuasaan Erdogan yang telah dipegangnya selama 15 tahun, akan diperpanjang.

"Erdogan telah mengalahkan pesaing dekatnya, Muharrem Ince, dengan keunggulan telak dan pemilu presiden tak perlu melaju ke putaran kedua," demikian pernyataan ketua komisi pemilu Turki, Sadi Guven.

Konfirmasi dari komisi pemilu Turki itu mewujudkan harapan Erdogan yang ingin agar pemilu hanya digelar satu putaran dan partai pendukungnya, Justice and Development Party (AKP), meraih kursi mayoritas di parlemen.

Berdasarkan hasil hitung cepat yang diperoleh kantor berita Anadolu, Erdogan meraih 53 persen dukungan suara dari 99 persen suara yang telah dihitung dalam pilpres 2018 ini. Sementara Ince dari Republican People's Party (CHP) dilaporkan hanya mendapat dukungan suara sebanyak 31 persen saja.

Angka dukungan terhadap Erdogan dalam pilpres kali ini hampir sama dengan dukungan pada pemilu 2014 untuk memberikan mandat Erdogan sebagai presiden setelah sebelumnya selama lebih dari satu dekade menjabat sebagai perdana menteri.

Pemilu Turki tahun ini berbeda dengan pesta demokrasi sebelumnya karena warga akan memilih presiden dan anggota parlemen dalam sistem politik presidensial. Dalam sistem politik yang baru yang disahkan dalam konstitusi baru pada April 2017 lalu, Presiden Turki yang baru akan memiliki kekuasaan yang lebih besar dan posisi perdana menteri dihapuskan. Lawan politik mengecam sistem politik yang baru ini karena bisa menjadikan kekuasaan Erdogan jadi lebih otokratik.

"Saya telah dipercayakan oleh negara untuk mengemban tugas dan amanat sebagai presiden," demikian bunyi pidato kemenangan yang disampaikan Erdogan saat berada di kediamannya di Istanbul.

Erdogen pun melanjutkan, "Saya berjanji sistem presidensial yang baru akan diterapkan dengan cepat. Turki telah memberikan contoh demokrasi pada seluruh dunia," imbuh pemimpin Turki itu.

Perayaan kemenangan Erdogan juga terasa di markas besar AKP di Ankara dimana banyak pendukung Erdogan melambai-lambaikan bendera partai. Setelah yakin menang, Erdogan terbang ke Ankara dan berpidato di balkon markas AKP pada jam 3 dini hari. "Pemenang sejati dari pemilu ini adalah setiap warga dan individu dari keseluruhan 81 juta warga Turki," kata Erdogan.

Dalam pidatonya, Erdogan sesumbar bahwa kubu aliansi yang dipimpin AKP dan Nationalist Movement Party (MHP), telah meraih kursi mayoritas di parlemen. Berdasarkan hitung cepat dari hitungan 99 persen suara yang telah masuk, maka AKP dan MHP bisa meraih 293 kursi dan 50 kursi dari total 600 kursi di parlemen.

Protes Oposisi

Klaim kemenangan Erdogan tak diterima begitu saja oleh kubu oposisi CHP. Partai yang mendukung Ince ini menuding kantor berita Anadolu telah terlalu cepat mempublikasikan hasil pemilu yang menguntungkan Erdogan.

AFP/I-1/AR-3

Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top