Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Energi Terbarukan

Energi Dibutuhkan untuk Kemajuan Ekonomi

Foto : Kemlu

seminar energi l Para perwakilan peserta Seminar on Renewable Energy and Energy Security, berfoto bersama usai seminar yang membahas soal energi, di Paris, Prancis, Rabu (19/12).

A   A   A   Pengaturan Font

Paris - Sebanyak 50 peserta dari kedutaan-kedutaan negara sahabat, think tank, akademisi, media, dan pelaku industri energi terbarukan hadir pada Seminar on Renewable Energy and Energy Security: Interlinkages and Best Practices in the Transition to Renewable Energy, yang diselenggarakan oleh Indonesia sebagai negara koordinator MIKTA, bekerja sama dengan International Energy Agency (IEA).

Seminar dibuka oleh Dubes RI Paris, Dr. Hotmangaradja Pandjaitan, dan Dr. Fatih Birol, Direktur Eksekutif International Energy Agency (IEA), Rabu (19/12) . Pembicara pada seminar ini mewakili lima negara MIKTA, yaitu: Ullises Neri (Counsellor for Energy, Permanent Representative of Mexico for OECD), Rudjimin (Counsellor Fungsi Ekonomi, KBRI Paris), Yong-Duk Pak (Senior Research Fellow, Korea Energy Economics Institute/KEEI), Halime Semerci (Head of Department, Ministry of Energy and Natural Resource, Turki), Jennifer Mackinlay (Senior Trade and Investment Commissioner, Australia), serta dari IEA yaitu Heymi Bahar (Renewable Energy Market Analyst).

Pada sambutannya, Duta Besar Hotmangaradja Pandjaitan menyampaikan bahwa MIKTA, sebagai emerging powers membutuhkan banyak energi untuk mendukung laju pertumbuhan perekonomian. Di satu sisi, negara-negara MIKTA juga diharapkan dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fossil dan beralih kepada energi terbarukan. Sementara itu, Dr. Fatih Birol menyampaikan bahwa negara-negara MIKTA memiliki potensi yang sangat besar untuk beralih pada energi terbarukan, dan mengolah energi yang digunakan saat ini menjadi energi bersih yang tidak menghasilkan emisi karbon yang tinggi.

Masing-masing pembicara menyampaikan bahwa setiap negaranya memiliki kebijakan yang berbeda, namun dengan tujuan yang sama, yaitu meningkatkan penggunaan energi terbarukan guna mencegah perubahan iklim. Kebijakan energi pemerintah yang mendukung segala sektor merupakan kunci keberhasilan transisi kepada energi terbarukan, dan dapat dilalui dengan adanya keterbukaan, dan komitmen bersama.

Untuk Republik Korea, pemerintahan Presiden Moon Jae-in berfokus untuk mengurangi emisi sebanyak 30% dalam 5 tahun, meregulasi kembali kebijakan nuklir di negaranya, dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan. Australia menekankan pendekatan kepada pihak industri sebagai pihak yang harus selalu melakukan inovasi dan menciptakan teknologi yang dapat menghasilkan energi terbarukan dengan harga bersaing, untuk mencapai target diversifikasi energi pemerintah.

Terkait energi terbarukan, Meksiko nantinya akan meningkatkan pasokan energi terbarukan untuk mengurangi porsi 75% energi dari minyak dan gas alam saat ini. Turki memiliki kebijakan Renewable Energy Zones yang dapat menggantikan 50% diversifikasi energi di Turki. Sementara untuk Indonesia, dijelaskan bahwa pemerintah dalam track untuk meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan pada tahun 2025 dan 2030. Pencapaian target bauran tersebut memperhatikan ketersediaan energi yang terjangkau bagi rakyat, komitmen Indonesia pada perubahan iklim, serta proyeksi pertumbuhan ekonomi. Kemlu/AR-3

Komentar

Komentar
()

Top