Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Perlindungan WNI

Enam WNI Dibebaskan dari Penyanderaan di Libia

Foto : Dok Kemlu RI

Serah Terima ABK WNI l Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi (tengah) dan Direktur Jenderal Protokol Dan Konsuler Kementerian Luar Negeri RI, Andri Hadi (kanan), berfoto bersama 6 ABK WNI yang berhasil dibebaskan dari sekapan kelompok militan di Benghazi, Libia, saat diserahterimakan ke pihak keluarga di kantor Kementerian Luar Negeri di Jakarta, Senin (2/4).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Sebanyak enam ABK WNI yang menjadi sandera kelompok milisi di Benghazi, Libia, berhasil dibebaskan dan dipulangkan ke Indonesia. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Jakarta, pada Senin (2/4) menyerahterimakan keenam ABK WNI tersebut kepada keluarga mereka di Kementerian Luar Negeri.

"Dengan ini saya serahkan teman-teman keenam ABK WNI kepada keluarga," demikian Menlu Retno Marsudi di acara serah terima yang dihadiri oleh sejumlah keluarga ABK.

Para ABK yang bekerja di kapal ikan Salvatore 6 berbendera Malta tersebut, diculik oleh kelompok milisi Libia di perairan Benghazi, berjarak sekitar 72 mil dari garis pantai Libia pada 23 September 2017. Kemlu RI menerima informasi terhadap penculikan ABK tersebut lima hari setelah penculikan terjadi. Sejak saat itu Kemlu melakukan kontak termasuk dengan pemilik kapal.

"Proses pembebasannya tidak mudah karena ada masalah politik di Benghazi dan Tripoli," kata Menlu RI. "Karena menjadi wilayah konflik, kompleksitas pembebasan para sandera tidak mudah sama sekali," imbuh dia.

Tim pembebasan dari direktorat Perlindungan WNI Kemlu, BIN dan KBRI Tripoli, terlibat dalam upaya pembebasan keenam ABK tersebut. Setelah melakukan upaya pendekatan diplomasi, pada 27 Maret dilakukan serah terima dari kelompok bersenjata di pelabuhan ikan di Benghazi.

"Upaya pendekatan yang intensif dilakukan selama enam bulan terakhir dengan menekankan bahwa Indonesia dekat dengan Libia. Bahwa Indonesia tidak berpihak di dalam konflik Libia," kata DirekturPerlindungan WNI, Lalu Muhammad Iqbal.

Adapun keenam ABK WNI yang diserahterimakan pada keluarganya adalah Rony Wiliam asal Jakarta, Joko Riyadi dari Blitar, dan empat lainnya dari Tegal yaitu Hariyanto, Saifudin, Muhammad Abudi, dan Waskita.

Ketika mereka ditangkap oleh kelompok milisi tersebut, seluruh isi kapal dirampas mulai alat navigasi, komunikasi, bahkan lemari es dan barang-barang pribadi mereka.

Baru pada Desember tahun lalu, pihak KBRI di Tripoli setelah melakukan upaya pendekatan berhasil berkomunikasi dengan para ABK yang disandera untuk memastikan kondisi mereka sehingga pemerintah bisa mengatur skenario pembebasan mereka di Benghazi.

Motif Penculikan

Motif penculikannya pun sedikit bersifat politis karena kapal yang mereka cegat berbendera Malta, yang diketahui kelompok milisi tersebut diketahui tidak memiliki hubungan yang bagus dengan negara tersebut.

"Kami ucapkan terima kasih sehingga kami bisa dipertemukan kembali dengan keluarga kami," kata salah satu ABK yang disandera, Roni William.

Selama kurang lebih enam bulan disandera di salah satu pelabuhan di Benghazi, Roni dan lima ABK lainnya juga menjadi saksi bagaimana konflik bersenjata yang terjadi di Libia kala itu. "Kami melihat pesawat sangat dekat karena letaknya hanya satu atau dua kilometer, kadang peluru ada yang nyasar," kata Roni.

Selain enam ABK WNI, kelompok milisi juga sempat menahan kapten kapal Salvatore 6 berkebangsaan Italia. Namun karena masalah kesehatan, sang kapten kapal dibebaskan lebih awal, kata Roni.

Setelah pembebasan ABK WNI, Kemlu RI saat ini sedang berupaya memulihkan hak-hak mereka dengan berkomunikasi dengan perusahaan pemilik kapal di Malta.

Ant/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top