Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
SDM Unggul -- Kekerdilan di Jakarta Pusat Mencapai 1.000 Lebih

Enam Pola Asuh Cegah "Stunting"

Foto : ANTARA/Siti Nurhaliza

Orang tua bersama anak pada peluncuran program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Rumah Susun Karang Anyar, Sawah Besar, Jakarta Pusat, Selasa (20/8).

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Para orang tua diharapkan mengadopsi enam pola asuh kesehatan terhadap anak untuk mencegah kasus stunting. "Saya berharap semua orang tua bisa memahami pola asuh kesehatan ini," kata Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat, Rismasari, Senin.

Pola asuh tersebut mencakup, pertama: nutrisi yang seimbang dengan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif. Makanan pendamping ASI (MPASI) yang tepat, dan memberikan makanan bergizi.

Kedua, orang tua perlu rutin memantau pertumbuhan anak dengan berkunjung ke Posyandu atau Puskesmas. Lalu, konsultasi dengan tenaga kesehatan jika ada kekhawatiran tentang pertumbuhan anak.

Ketiga, memperhatikan sanitasi dan kebersihan. Perlu diperhatikan kebersihan lingkungan dan akses air bersih. Keempat, beri suplemen jika diperlukan. "Ini bisa vitamin atau mineral," ujar Risma.

Pola asuh kelima, menurut Risma, adalah meningkatkan pendidikan kesehatan untuk orang tua. Ini bisa dilakukan melalui konseling dan dukungan terkait pengetahuan pola makan yang sehat untuk anak. Cermati tanda-tanda anak stunting. Penting juga memperkaya nutrisi dalam perkembangan anak.

Kemudian, keenam memberi stimulasi perkembangan dengan interaksi positif orang tua ke anak. Menurut Risma, kasus stunting salah satunya dipengaruhi perilaku orang tua dalam mengasuh anak.

"Stunting dipengaruhi aspek perilaku terutama pola asuh salah. Ini terutama dalam memberi makan bagi bayi dan balita," tandas Risma. Maka, penting untuk memperhatikan enam pola asuh kesehatan tersebut.

Berdasarkan hasil intervensi serentak atas stunting yang dilakukan pada bulan Juli, jumlahnya 1.000 lebih untuk Jakarta Pusat. Terbanyak jumlah anak stunting ada di Kecamatan Tanah Abang (213).

Gemarikan

Sebelumnya, Jakarta Timur gencar mengampanyekan gerakan memasyarakatkan makan ikan (Gemarikan) ke para siswa sekolah dasar di SDN 07 Kramat Jati, Jakarta Timur. Gerakan yang diinisiasi Suku Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian (KPKP) Jaktim itu dalam rangka mencegah stunting Jakarta Timur.

"Saya memonitor sosialisasi Gemarikan SDN 07 Kramat Jati. Tujuannya, agar ikan dengan protein dan omeganya tinggi disukai anak-anak sejak dini," kata Wali Kota Jaktim, M Anwar. Gemar ikan harus dimulai sejak dini. Sebab pembiasan sejak awal akan menjadi budaya setiap pribadi. "Ini juga penting untuk pengentasan kasus-kasus stunting Jakarta Timur," tandas Anwar.

Menurutnya, anak kalau sudah dibiasakan akan menjadi kegemaran. Mereka bisa selamanya bisa mencintai ikan. Gemarikan juga bisa memastikan ketahanan pangan. Di sisi lain, generasi muda sekarang sedang berhadapan dengan stunting. Salah satu upaya mengatasinya dengan kampanye gemarikan. Tujuannya, nanti masyarakat betul-betul mencintai ikan.

Anwar pun berpesan kepada para orang tua untuk membantu anak-anak menggemari makan ikan. "Saya mengimbau orang tua, anak-anak jangan dibiasakan makan junk food. Upayakan masak ikan diolah dengan jenis apa pun. Yang penting disukai anak-anak. Biasakan tiap hari disajikan ikan," harap Anwar.

Sementara itu, Kepala Sekolah SDN 07 Kramat Jati, Ari Setianingsih mengharapkan dengan adanya kegiatan itu para siswa dapat menggemari makan ikan. "Selain makan bergizi juga dilengkapi dengan makan ikan. Paling tidak dengan makan olahan ikan dari rumah. Ini akan kita rutinkan di sekolah SDN 07 Kramat Jati," jelas Ari.

Stunting anak adalah terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan. Ini menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius dan berkelanjutan di Indonesia. Stunting disebabkan malanutrisi jangka panjang atau infeksi berulang. Stunting dapat berdampak besar pada terhambatnya perkembangan fisik dan mental.

Selain berdampak pada aspek kesehatan, stunting menimbulkan dampak signifikan terhadap aspek ekonomi mikro dan makro. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang stunting memperoleh penghasilan 10 persen lebih rendah dari rekan-rekan sebayanya sepanjang hidup.

Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar Asia Tenggara. Namun, malanutrisi, termasuk di antaranya stunting, obesitas, dan anemia, telah merugikan negara sebesar 250 triliun hingga 300 triliun per tahun. Ini berarti sekitar 3 persen dari PDB nasional. Maka, stunting harus diperangi.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Aloysius Widiyatmaka, Antara

Komentar

Komentar
()

Top