Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Surat Utang - Tren Kenaikan Suku Bunga Pengaruhi Penerbitan MTN

Emisi MTN Akan Lebih Rendah

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Penerbitan surat utang menengah (Medium Term Notes/MTN) di semester kedua kemungkinan akan mengalami penurunan. Salah satu faktor yang memengaruhi penerbitan MTN adalah tren kenaikan suku bungan acuan Bank Indonesia 7-Days Repo Rate (BI 7-DRR).

Analis MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra, mengatakan penerbitan MTN di semester II 2018 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan penerbitan di semester I. Hingga akhir Juni, 2018, berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (BEI), nilai penerbitan MTN yang dicatatkan mencapai 17,67triliun rupiah.

"Tren kenaikan suku bunga acuan, kenaikan imbal hasil Surat Utang Negara (SUN), serta faktor permintaan MTN dari investor reksa dana akan pengaruhi penerbitan MTN sampai akhir tahun," ungkap Made kepada Koran Jakarta, Senin (3/8). Menurut Made, kenaikan BI 7-DRR berdampak terhadap kenaikan beban bunga penerbitan MTN, seiring dengan kenaikan imbal hasil SUN yang menjadi acuan dalam hal penentuan tingkat bunga MTN l, sebagaimana yang terjadi pada penerbitan obligasi korporasi.

"Pasar MTN saat ini menghadapi tantangan berkaitan dengan adanya Surat Edaran dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkaitan investasi MTN bagi reksa dana, dimana OJK mensyaratkan bahwa MTN yang menjadi asset reksa dana minimum harus memiliki peringkat AA. Sebagaimana diketahui, investor MTN terbesar adalah reksadana, dimana hingga 16 Agustus 2018 kepemilikan MTN di reksa dana mencapai 35,62 triliun rupiah.

Adanya aturan OJK tersebut akan membatasi reksa dana untuk membeli MTN, sehingga akan berpengaruh terhadap permintaan instrumen MTN oleh investor," jelas Made. Made mengatakan emiten mesti mengatur strategi dalam menentukan besaran cost of fund yang harus ditanggung saat kondisi tren kenaikan suku bunga. "Emiten dapat mempertimbangkan alternatif pendanaan dari perbankan maupun di pasar saham," tandasnya.

Baca Juga :
Panduan Entrepreneur

Butuh Dana

Sementara itu, Direktur Indonesia Bond Pricing Agency, Wahyu Trenggono, menuturkan di tengah gejolak pasar yang tidak menentu banyak pihak membutuhkan dana dalam jangka pendek antara 1-3 tahun. Sedangkan dalam menerbitkan obligasi membutuhkan waktu yang lebih panjang maka penerbitan MTN menjadi lebih menarik.

"Di pasar primer penerbitan MTN masih akan bertambah bahkan di kuartal keempat saja masih banyak pihak-pihak yang akan menerbitkannya. Sementara di pasar sekunder MTN tidak diperdagangkan sekalipun ada relatif kecil sekali atau hampir tidak ada. Sebab MTN sudah berpindah tangan sejak diterbitkan," kata Wahyu.

Meski secara tenor penerbitan obligasi korporasi pun ada yang 1-3 tahun, namun secara proses obligasi memakan waktu lebih lama. Di tengah tren kenaikan BI 7-DRR pasti akan membuat yield MTN juga terkerek naik. Apalagi dari sisi keamanan, penerbitan obligasi dinilai lebih aman dibanding MTN, kemudian obligasi lebih terpantau datanya.

"Risiko memegang MTN ini dipandang lebih tinggi dibandingkan memegang obligasi karena itu orang akan meminta yield yang lebih tinggi dan biasanya di atas obligasi dengan tenor yang sama," jelas Wahyu. Wahyu menegaskan korporasi harus berhitung cost and benefit analysis antara menerbitkan obligasi atau MTN.

Jangan sampai cost menerbitkan surat utang entah itu obligasi atau MTN lebih mahal dibandingkan benefit yang akan diperoleh. "Jadi faktor timing atau waktu penerbitan pun menjadi penting, karena MTN bisa disesuaikan waktu penerbitannya. Sementara kalau penerbitan obligasi sangat tergantung pada laporan keuangan yang dimiliki," ujar dia.

"Untuk rating MTN-nya pun tidak ada kewajiban, namun biasanya investor juga akan menanyakannya. Jadi ada MTN yang dirating dan ada yang tidak. Bagi investor yang paham instrumen surat utang biasanya akan menanyakan ratingnya apa." Secara umum, ditambahan Wahyu, rating tetap dibutuhkan dalam menerbitkan MTN.

Hanya saja beberapa pihak belum terlalu paham obligasi maka investor itu tidak me syaratkan perlu adanya rating. Padahal rating itu memperlihatkan tingkat risiko bagi investor obligasi. "Pilihan antara menerbitkan obligasi atau MTN tergantung bisnis dan kas internal perusahaan tersebut," pungkasnya.

yni/AR-2

Penulis : Yuni Rahmi

Komentar

Komentar
()

Top